BAB 41🌿

1.5K 87 2
                                    

Sore hari yang sejuk ditemani dengan langit berwarna jingga. Seorang cowok berlari kecil memputari taman kompleks tempat tinggalnya. Entah, angin apa yang merasuki Arvin mau olahraga.

Baju yang awalnya kering sekarang dipenuhi dengan keringat.

Arvin yang capek memilih duduk di rumput-rumput, tempat yang enak untuk meluruskan kaki.

Menikmati angin sore rasanya sejuk banget sudah lama Arvin ngga merasakannya.

"Hai." Sapa seseorang tiba-tiba Arvin melihat ke samping.

"Hm," jawab Arvin seadannya karena Arvin ngga suka dengan orang sok kenal.

"Sendirian saja. Aku boleh 'kan duduk di sini?" Tanya cewek itu dengan tatapan kagum.

"Y." Arvin risih dilihat seperti itu. Andai mengusir orang itu sopan, sudah Arvin usir dari tadi.

"Oh, iya kita belum kenalan. Nama aku Monica SMA Pancasil." Tanpa malu Monica memperkenalkan diri.

Yap, Monica musuh Fhelisa. Monica siswi yang selalu mencari masalah kalo terluka ngadu sama orang tuanya.

Monica menaru hati sama Arvin, sejak pertama kali melihatnya. Monica mau berkenalan sama Arvin tapi ada Fhelisa di sampingnya. Monica bukannya takut tapi Monica masih dalam masa penyembuhan sebab patah tulang, siapa lagi pelakunya kalo bukan Fhelisa.

"Ngga tanya." Arvin ngga peduli.

"Aku suka sama kamu." Monica mengutarakan perasaannya tanpa rasa malu. Biasanya cewek itu harga dirinya tingga tapi Monica dengan mudahnya mengutarakan perasaan. Dasar cewek murahan.

"Hm." Arvin masa bodoh dengan perkataan Monica Arvin melihat ke depan.

"Kenapa hm? Aku sudah nurunin harga diriku untuk kamu. Apa kamu ngga mau balas perasaanku?" Urat malu Monica sudah putus.

"Bodoh amat. Menjauh dari sini!"

"Arvin, aku sayang sama kamu." Mohon Monica sambil menggenggam tangan Arvin.

"Gua ngga peduli. Menjauh dari sini!" Dengan kasar Arvin melepaskan tangannya di genggaman Monica.

"Gua sudah punya pacar. Stop ganggu gua!"

"Aku ikhlas jadi yang ke dua asalkan kamu mau jadi pacarku."

"Cewek murahan, menjauh dari gua!"

"Aw .... " jerit Monica kesakitan.
_____

Gadis cantik dengan pakaian santai melangkah mencari jajanan kaki lima, menurutnya jajanan kaki lima lebih enak dari pada jajanan Mall selain harganya yang terjangkau. Gadis tersebut sering beli jajanan di taman kompleks sebelah, dengan uang 50.000 sudah puas memakan jajanan beraneka ragam.

Alunan lagu terus ia nyanyikan ngga terasa sampai di tempat tujuan.

"Bang, beli telur gulungnya 10.000 pake saos pedas." Pesan Fhelisa dengan semangat karena Fhelisa ngga sabar memakannya.

"Siap, Neng."

Sambil menunggu pesanannya selesai Fhelisa mencari jajanan yang lain.

"Mang, beli pentol bakarnya 10.000."

"Mang, beli es cendolnya 5.000."

"Mang, beli cirengnya 5.000."

"Mba, beli kue pukisnya 10.000."

"Mba, beli es kelapanya 10.000."

Gila itu perut atau gentong:)

Fhelisa ngga perlu pusing kalo makan banyak karena badannya susah gendut jadi Fhelisa bodoh amat dengan semua makanan yang Fhelisa makan, entah lari kemana makanannya.

Bisa jadi Fhelisa cacingan:)

Semua pesanan Fhelisa sudah ada di kedua tanggannya dengan santai Fhelisa melangkah mencari tempat duduk untuk menikmati jajana yang Fhelisa beli. Tatapan Fhelisa tertuju sama dua remaja yang duduk di atas rumbut dengan posisi berpelukan.

"Bagus, ini yang nama pacar?" Tanya Fhelisa mengagetkan keduanya.

"Sayang, ini ngga seperti yang kamu lihat." Bantah Arvin sambil mendorong Monica.

"Gua ngga masalah kalian berdua-duaan atau pacaran. Gua ngga peduli." Cowok Yang selama ini ada di dekatnya bersama cewek lain rasanya sakit banget.

"Urus saja cewek lo. Gua pergi!"

"Sayang dengarkan penjelasan Arvin dulu!" Mohon Arvin dengan mata berkaca-kaca.

"Bagus mereka berantam, rencana gua berhasil pura-pura sakit," gumam Monica dalam hati. Monica melihat Fhelisa dari jauh makanya Monica pura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian Arvin. Rencananya berhasil sekarang mereka berantam.

"Bodoh amat!" Dengan kasar Fhelisa menghempas tangan Arvin. Sekarang Fhelisa pengen sendiri.

"Sayang, dengarkan Arvin. Tadi Monica sakit makanya Arvin tolong. Cuma sebatas itu sayang ngga lebih." Entah Fhelisa dengarkan atau ngga intinya Arvin berusaha menjelaskan.

"Bukan urusan gua anjing!" Bentak Fhelisa.

"Sayang ngga boleh bilang kasar." Tanpa aba-aba Arvin memeluk Fhelisa dengan erat. Saat ini mereka jadi tontonan pengunjung taman.

"Maafkan Arvin sayang."

"Menjauh dari gua bangsat!"

"Arvin sayang sama kamu, Arvin ngga mungkin perpaling dari kamu cuma gara-gara cewek murahan itu!" Rujuk Arvin pas di wajah Monica.

Fhelisa berhasil terlepas dari pelukan Arvin," gua peringatan sama lo, jangan dekat sama cowok gua atau kaki lo gua patahkan!" Entah sadar atau ngga sadar Fhelisa menyebutkan Arvin cowoknya, seketika Arvin berbunga-bunga ngga sia-sia perjuangannya selama ini.

"Dasar cewek murahan perebut cowok orang!"

"Sana sama om-om simpanan lo jangan sama cowok gua!"

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang