BAB 43🌿

1.5K 75 2
                                    

Berdebat sama Nisa ngga akan selesai, Fhelisa menyerah membiarkan foto tersebut di headphone Nisa entah, apa yang terjadi nanti? Fhelisa berharap foto tersebut ngga tersebar agar nama dan sekolahnya aman.

Nisa puas menjahilin mereka memutuskan untuk pulang. Lagi-lagi cuma mereka berdua di kamar.

"Pulang sana," usir Fhelisa ketika melihat Arvin enak diposisi meluk guling.

"Arvin ngga mau pulang. Arvin mau di sini sama sayang."

"Gudulmu di sini. Lo mau kita digerebek RT!" Emosi Fhelisa. Arvin pikir mereka kakak adek atau sudah nikah seenaknya tinggal satu rumah.

Cukup di gerebek Nisa jangan sampai RT.

"Biasanya juga Arvin tidur sama sayang," kata Arvin dengan mata berkaca-kaca.

"Kan di rumah lo bukan di rumah gua, rumah lo ada orang tua lo sedangkan di sini kosong. Sana pualng!" Fhelisa menarik paksa tangan Arvin bukannya tertarik malah Fhelisa yang ditarik Arvin. Posisi mereka Arvin yang di bawah Fhelisa yang diatas.

Kalo orang lihat berbahaya.

Bukannya menjauhkan Fhelisa, Arvin malah memeluk Fhelisa dengan erat. Fhelisa memberontak tapi percuma tenaga Arvin lebih kuat. Entah, kenapa belakangan ini tenang Arvin lebih kuat dari Fhelisa. Apa Arvin mulai menjadi cowok yang orang tuanya inginkan? Ah, kalo begitu bagus Fhelisa ngga perlu pusing-pusing lagi tapi kalo benaran Arvin jadi cowok yang orang tuanya inginkan itu tandanya Fhelisa menjauh dari Arvin, Fhelisa belum siap.

"Pelis, diposisi seperti ini dulu sebentar saja," bisik Arvin di telinga Fhelisa sambil mencium aroma badan Fhelisa, aroma vanila yang membuat Arvin nyaman didekatnya.

"Gua ngga mau anjing." Bukannya Fhelisa ngga mau, Fhelisa takut ada orang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya.

Fhelisa nyaman dipeluk sama Arvin tapi Fhelisa pikir panjang mereka belum menikah takut hal berbahaya terjadi. Mereka ngga tahu kapan setan datang?

Cup.

Arvin mencium bibir Fhelisa kedua kalinya.

"Ngga boleh sayang!"

"Semakin berani lo anjing!" Emosi Fhelisa tapi ngga bisa berbuat apa-apa karena badannya dipeluk erat sama Arvin.

"Diam sayang!" Tegas Arvin sambil menutup kedua matanya.

"Sesak nafas anjing!" Pelukan Arvin ngga main-main seakan-akan Fhelisa boneka bukan orang. Untung sayang kalo ngga sudah Fhelisa buang ke langit ke tujuh.

Sayang? Sayang sebagai adek tolong digaris bawahi.

"Maaf sayang." Jangan berpikir Arvin melepaskannya, Arvin masih memeluk Fhelisa tapi ngga erat tadi.

"Lepas anjing. Gua mau bangun!" Tegas Fhelisa yang dianggap angin lewat sama Arvin.

"Sayang diam. Arvin mau tidur satu jam saja habis itu baru Arvin pulang. Bisakan sayang?"

"Pulang sekarang!"

"Ngga mau sayang!"

"Pulang anjing!"

____

Vanessa ngga menyerah mendapatkan hati anaknya kembali, tujuannya ke Indonesia untuk berdamai sama anaknya, tujuan terakhir membawa Fhelisa ke Singapura supaya Vanessa tahu perkembangan anaknya dan perusahaan di Singapura. Cepat atau lambat Vanessa akan membawa Fhelisa ke Singapura. Masalah sekolah Felisha bisa Vanessa pindahkan di sekolah nomor satu di Singapura yang lebih bagus dari sekolah di Indonesia untuk orang terkaya nomor satu di Singapura uang ngga jadi masalah.

Vanessa harap tujuannya cepat selesai.

Dengan langkah santai Vanessa masuk ke halaman rumah yang selama ini Fhelisa tinggalin. Kalo ingat momen di rumah ini rasanya bahagia banget tapi semua itu dulu sekarang sudah berbeda. Momen dulu yang ngga pernah Vanessa lupakan sampai detik ini. Walaupun mereka bercerai setidaknya mereka pernah saling mencintai.

Tok tok tok.

Berkali-kali Vanessa mengetuk pintu di depan matanya tapi ngga ada sedikitpun pergerakan membuka pintu tersebut. Vanessa yang ngga sabar seketika membuka pintu tersebut berharap pintunya ngga terkunci.

Dugaan Vanessa benar pintu ngga terkunci.

Sepi, yang menggambarkan suasana rumah tersebut.

"Apa ngga ada orang?" Gumam Vanessa dalam hati.

Kalo ngga ada orang kenapa pintunya ngga dikunci? Vanessa penasaran melangkah ke satu titik ketitik yang lainnya berharap ada penghuni rumah besar ini.

Membuka pintu kamar satu-persatu, tibalah Vanessa di pintu kamar warna coklat di lantai dua yang Vanessa tahu ini adalah kamar anaknya.

Tanpa ngetuk atau berkata-kata Vanessa langsung membuka pintu tersebut karena ngga dikunci dari dalam.

"Apa-apaan kalian tidur satu kamar. Mau jadi apa kalian! Dasar anak ngga tahu diri bikin malu keluarga. Bersihin bajumu, ikut saya terbang ke Singapura sekarang!"

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang