BAB 39🌿

1.4K 61 0
                                    

Fhelisa berusaha melupakan masalahnya sama Vanessa kemarin walaupun berat Fhelisa tetep berusaha agar Fhelisa fokus di sekolah.

Setelah kepergiaan Vanessa kemarin, Fhelisa terus menangis dan menyesal berkata kasar sama mamanya sendiri. Di mana hati nuraninya? Fhelisa pengen di peluk sama Vanessa tapi rasa sakitnya membuat Fhelisa benci dan melupakan pelukan hangat itu.

Pikiran jahat Fhelisa berkata,"rasa sakit yang kamu rasakan selama ini ngga sebanding dengan rasa sakit yang kamu buat kemarin. Dia pantas mendapatkannya, kamu ngga salah." Sedangkan pikiran baik perkata,"semua orang pasti punya kesalah di masa lalu, begitu juga dengan mamamu. Lebih baik memaafkannya dari pada kamu menyesal. Kamu sudah durhaka sama mamamu, cepat minta maaf."

Dua pikiran yang pertolak belakang membuat Fhelisa semakin pusing. Andai bunuh diri ngga dosa mungkin Fhelisa sudah bunuh diri.

Terus melangkah dengan pikiran kosong. Tiba-tiba ada tangan yang menarik Fhelisa dengan kasar.

"Anjing, lepaskan tangan gua!" Berontak Fhelisa ketika melihat pelaku.

"Gua ngga akan lepaskan lo, sebelum lo menerima cinta gua!" Tegas Delo.

Delo Emilio Fransisco, cowok berkaca mata bulat yang menyukai Fhelisa dari kelas 1 SMA. Sudah ratusan kali Delo menyatakan perasaannya tapi ngga ada satupun yang diterima Fhelisa. Delo ngga menyerah walaupun perkataan kasar yang keluar dari mulut Fhelisa, Delo tetap mengejar Fhelisa.

Cinta itu buta.

"Gua ngga sudi sama lo!"

"Gua cinta sama lo!" Delo menatap mata Fhelisa tapi yang ditatap biasa saja.

"Gua ngga cinta sama lo, gua benci sama lo. Jangan paksa gua!"

"Apa perlu gua hamilin lo supaya cinta gua di terima?" Tanya Delo sambil memperdekat jarak di antara mereka. Fhelisa benar-benar dikepung.

"Menjauh dari gua atau kaki lo gua patahkan!" Ancam Fhelisa ngga main-main.

"Gua rela patah tulang asalkan lo terima cinta gua, anjing!" Delo mencekik leher Fhelisa seakan-akan jiwa psikopat Delo keluar.

"Lepas anjing!" Tanpa ba bi bu Fhelisa menendang kaki Delo.

"Lo mau main-main sama gua? Oke, gua ikutin permainan lo. 3 tahun gua terus mengejar lo tapi apa balasan lo? Lo malah jadian sama anak mami. Apa kurangnya gua, anjing!"

"Bukan urusan lo. Gua ngga minta lo ngejar-ngejar gua, gua ngga butuh orang seperti lo, gua sudah bilang dari awal menjauh dari gua tapi lo keras kepala, jadi bukan salah gua ngga nerima cinta lo!"

Plak.

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Fhelisa, darah segar keluar dari bibirnya. Tamparan yang keras membuat bibir Fhelisa robek.

Dengan tersenyum sinis Fhelisa membersihkan darahnya menggunakan tangan.

Bruk.

Bruk.

Bruk.

"Jangan main-main sama gua!"

Tanpa ampun Fhelisa memukul dan menendang cowok tersebut. Delo membalas tapi berhasil Fhelisa kalahkan. Keadaan Delo memperhatinkan, tangan patah, kaki patah, baju robek, wajah babak belur. Dari awal Fhelisa benci sama cowok yang mengejar-ngejarnya tapi Fhelisa kesihan sama cowok tersebut karena salalu baik sama dirinya. Semakin hari semakin melujak, jangan salah Fhelisa berbuat kasar.

Hari ini mood Fhelisa hancur ditambah dengan perbuatan Delo yang mau melecehkannya membuat emosi Fhelisa ngga terkontrol.

Delo ngga sadarkan diri tanpa rasa kesihan Fhelisa meninggalkannya.

"Bodo amat kalo lo meninggal. Gua bahagia atas penderitaan lo. Selamat bersenang-senang."

____

Dengan santai Fhelisa melangkah ke kelasnya. Banyak bisikan-bisikan yang Fhelisa dengar tapi Fhelisa boda amat dengan semuanya.

"Akhirnya lo datang juga, gua pikir lo bosol lagi."

"Bisa menyelesaikan sedikit masalah," acuh Fhelisa sambil mengambil minuman botol milik Nisa.

"Woy, minuman gua tuh!" Teriak Nisa ngga terima.

"Minta dikit kali, pelit banget jadi teman." Bukannya berhenti meminum Fhelisa malah menghabiskannya.

"Ngga mau tahu, pokoknya lo harus ganti rugi 10 botol!" Tegas Nisa dengan mata melotot.

"Anda siapa yah?"

"Anjing, ngga tahu malu. Eh, masalah apaan?"

"Biasa Delo."

"Pasti buat ulah lagi?" Tebak Nisa tepat sasaran.

"Si babi gila, ya kali gua mau dilecehkan." Fhelisa emosi kalo mengingat masalah tadi rasanya Fhelisa mau membutuh satu persatu cowok di muka bumi ini supaya hidupnya tenang. Kenapa masalah selalu dari cowok?

"Ha, serius lo? Terus tu bocah baik-baik saja 'kan?" Tanya Nisa was-was karena kalo Fhelisa emosi berbahaya antara rumah sakit atau kuburan.

"Gua hajarlah, ya kali gua biarkan bebas." Dengan santainya Fhelisa menjawab.

"Terus?" Tanya Nisa belum puas dengan jawaban Fhelisa.

"Terus tu babi babak belur, setelah itu pingsan deh dan gua pergi. Pintarkan gua?"

"Apa?"

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang