BAB 24🌿

2.7K 117 0
                                    

"An__ " kata Fhelisa tertahan.

Kalo Fhelisa terus berkata kasar yang ada Arvin menang banyak. Memangnya Fhelisa cewek apaan dicium-cium. Arvin memang senang tapi Fhelisa jijik, Fhelisa harus mandi bunga 7 rupa untuk menggilangkan najis dari ciuman orang gila. Siapa lagi kalo bukan Arvin.

"Anak pintar," puji Arvin ketika Fhelisa gagal berkata kasar.

Setidaknya sifat keras kepala Arvin mengubah Fhelisa menjadi lebih baik. Arvin membuat peraturan seperti itu bukan tanpa sebab, selain ngga bagus didengar dan bisa mengubah Fhelisa ngga perkata kasar setiap saat. Arvin ngga suka mendengarnya.

"Ayo, ke bawah mami sudah nunggu kita di meja makan!"

"Arvin masih ngantuk sayang."

"Oke, kalo itu pilihan lo gua pulang dan ngga akan kesini lagi jangan anggap gua teman lo lagi!" Ancam Fhelisa.

Fhelisa yakin ancaman ini berhasil. Arvin takut kalo Fhelisa menjauh, Fhelisa satu-satunya teman Arvin dan cewek yang berbeda.

"Jangan!" Pinta Arvin semakin mempererat pelukannya seakan-akan Fhelisa ngga boleh pergi.

"Awas gua mau pergi, gua benci sama cowok yang ngga nurut, lepaskan gua!"

"Iya Arvin bangun tapi janji jangan pergi," kata Arvin dengan mata berkaca-kaca.

Baru diancam saja sudah nangis, bagaimana kalo Fhelisa pergi ke luar Negeri? Bisa-bisa bunuh diri. Desar cowok lemah.

Perlahan Arvin bangun dari tidur nyenyaknya jangan lupakan Fhelisa yang masih di atas badannya. Arvin bagun sambil menjaga keseimbangan supaya Fhelisa ngga jatuh. Perlahan tapi pasti akhirnya Arvin berdiri dengan sempurna dengan Fhelisa di gendongannya seperti Monyet dan anaknya.

"Lo gila, mau bunuh gua!" Murka Fhelisa pecah. Fhelisa sudah sabar mengahadapi Arvin tapi Arvin  malah seenaknya. Apa dia ngga punya otak untuk berpikir kalo hal tadi berbahaya?

"Tenang sayang ngga akan kenapa-napa. Arvin akan berusaha menjaga sayang dalam hal apapun itu," katanya sambil tersenyum.

"Jijik gua liat senyum lo. Turunkan Gua!" Bukannya menurunkan Fhelisa Arvin malah turun ke bawah menemui Delisa untuk makan bersama.

"Turunkan gua!"

"Ngga akan Arvin turunkan. Sudah diam atau kita akan jatuh."

Anak ini benar-benar gila. Apa Arvin ngga tahu malu? Fhelisa jelas malu digendong seperti ini. Orang tua Arvin pasti berpikir yang ngga-ngga, Fhelisa ngga mau hal itu terjadi. Belum lagi ejekan Delisa, Fhelisa yakin hal itu.

"Turunkan gua malu dilihat sama orang tua lo!" Biarlah Fhelisa perjelas ke anak polos ini supaya Fhelisa diturunkan. Walaupun menahan malu berkata seperti itu Fhelisa ikhlas asalakan Fhelisa diturunkan.

"Jangan malu, mereka pasti menggerti kalo kita sedang jatuh cinta. Sudah percaya saja sama Arvin."

Apa sedang jatuh cinta, Fhelisa ngga salah dengar? Ogah banget, yang ada Fhelisa semakin jijik. Makan tu cinta!

Ini bocah mudah bangat untuk jatuh cinta padahal baru berapa kali bertemu. Arvin menganggap Fhelisa ceweknya tapi Fhelisa ngga mau, entah kalo nanti.

"Cieee, gendong-gendongan. Papi anak kita sudah besar," kata Delisa meminta persetujuan Leo.

Leo menatap mereka dengan tajam, entah apa yang ada dipikirannya. Tatapannya seperti orang ngga jijik dan ngga suka. Delisa berharap Leo ngga akan marah. Bagaimanapun Leo akan tegas ke anaknya apalagi menyangkut masa depan anaknya.

"Kenapa Mas? Jangan membuat mereka takut," bisik Delisa di teliga Leo.

Seketika Leo menatap ke Delisa lalu menatap mereka lagi," Ayo makan jangan gendong-gendongan terus Papi jadi iri," kata Leo sambil bercanda. Sudah cukup Leo menjahili mereka.

"Sudah gede masih saja iri sama anak kecil!" Sindir Arvin sambil menurunkan Fhelisa.

Fhelisa ngga bisa berkata-kata Fhelisa cuma bisa diam.

"Apa salahnya? Papi bisa setiap saat gendong Mami 'kan sudah halal memangnya kamu!"

Seperti itulah Leo akan bahagia jika anaknya perubahan dan akan marah ketika anaknya bersifat manja. Padahal dirinya juga seperti itu, dasar ngga pernah ngaca!

"Nanti Arvin juga setiap saat memangnya Papi saja yang bisa!"

"Kapan bocah kecil?"

"Mami, Arvin mau nikah sekarang juga!" teriak Arvin sekali nafas.

"Apa?"

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang