BAB 48🌿

1.4K 58 6
                                    

Sudah satu minggu Fhelisa ngga ada di sisi Arvin. Arvin terus menangis ketika mengingat kenangan bersama Fhelisa walaupun waktu berjalan dengan cepat. Sosok cewek yang terlihat keras diluar tapi lembut dihatinya Arvin mengetahuinya sejak pertama kali bertemu. Sosok yang selalu menolak keinginan Arvin tapi akhirnya menurutinya. Arvin kehilangan arah, Arvin mau mengejar Fhelisa tapi ngga tahu dimana Fhelisa berada.

"Sayang, ayo minum dot dulu," teriak Delisa sambil membuka pintu kamar Arvin jangan lupakan tangan Delisa yang aktif menggocok dot berisi susu dancow kesukaan Arvin.

"Yee ... ngedot." Arvin berusaha sebahagia mungkin. Arvin ngga mau melihat Delisa sedih sebab perubahan Arvin yang ditinggal sama Fhelisa.

"Anak Mami harus sehat. Ayo, sayang minum dotnya," pinta Delisa sambil berbaring di samping Arvin.

Arvin dengan semangat meminum dot tersebut. Delisa juga menepuk-nepuk pantat Arvin berharap bayi bersarnya tertidur nyenyak.

Nafas Arvin mulai teratur pertanda Arvin sudah tertidur.

"Selamat malam sayang," kata Delisa sebelum melangkah keluar jangan lupakan kecupan lembut di kepala Arvin.

"Mami sayang kamu."

____

Hati Arvin selalu berat ketika ke sekolah momen bersama Fhelisa terus berputar di kepalanya tapi Arvin harus kuat demi masa depannya. Jika masa depannya hancur bagaimana mau menikah sama Fhelisa? Mau di kasih makan apa anak orang nanti.

"Woy, masih pagi melamun bae." Vallen yang melihat Arvin melamun di bangku pojok berinisiatif menghiburnya. Tangan Arvin aktif menggambar tapi pikiran entah kemana.

"Astaga, ngagetin saja." Acuh Arvin sambil mengelus dada.

"Lo yang ngga dengar gua teriak-teriak dari tadi. Segitu galaunya lo ditinggal sama Fhelisa." Vallen tahu masalah yang menimpa Arvin, karena Arvin sering cerita sama Vallen. Arvin bukan sosok cowok yang kuat memendam masalah sendirian, menceritakannya sama orang terdekat ada pilihan yang tepat untuk Arvin.

"Arvin ngga sanggup kehilangan Fhelisa. Kaki Arvin pengen melangkah mencari Fhelisa tapi Arvin ngga tahu arah." Arvin berkata dengan tatapan kosong. Arvin berharap ada seseorang yang memberikan jalan keluar.

"Coba lo pikir, dimana tempat favorit Fhelisa ketika sedih."

"Arvin ngga tahu dimana tempat favorit Fhelisa. Menggunakan logika ngga masuk akal mamanya membawa Fhelisa kesana, Arvin yakin pasti ke tempat yang jauh."

"Lo ada benarnya juga. Saran gua coba lo tanya Nisa sahabat dekat Fhelisa."

"Astaga, Arvin baru ingat kenapa ngga dari kemarin Arvin tanya Nisa." Arvin menapak jidaknya sendiri. Arvin benar-benar lupa kalo Fhelisa memiliki sahabat dekat.

"Tunggu apa lagi sana tanya Nisa," usir Vallen. Semoga Arvin menemukan jawaban.

Arvin langsung belari menuju kelas Nisa dengan perasaan bahagia. Besar harapan Arvin agar bertemu Fhelisa dalam waktu dekat.

Tanpa ba bi bu Arvin membuka pintu kelas tersebut kebetulan bel pertanda istirahat berbunyi dengan nyaring.

"Nisa," panggil Arvin dengan nafas ngos-ngosan.

"Eh, itu bukannya anak mami yang gosipnya dekat sama Fhelisa."

"Ganteng juga wajahnya."

"Menang banyak Fhelisa dapat cowok ganteng tapi sayang anak mami."

"Woy, anak mami ngapain lo kesini?"

"Arvin mau cari Nisa, ada?" Tanya Arvin dengan sopan.

"Gila, Fhelisa menghilang sahabatnya pun diembat. Ganteng sekali masnya."

"Ganteng-ganteng haus belaian!"

"Sekalian cari jalang sana lebih mantap."

"Arvin cuma tanya dimana Nisa, kenapa kalian jawab yang ngga-ngga." Arvin berusaha menahan air mata yang ingin jatuh mambasahi kedua pipinya.

"Dasar, buaya cap ikan lele."

"Nisa keluar kota selama satu bulan, puas lo!" Bukan jawaban yang Arvin dapatkan malah bentakan ngga suka dari semuanya.

Tapi Arvin terus bertanya," hari apa Nisa berangkat?"

"Ngga usah banyak tanya lo anjing!"

"Pergi, babi!"

"Arvin cuma tanya kapan Nisa berangkat kenapa kalian marah? Apa kalian cemburu?" Tanya Arvin tanpa rasa malu.

Arvin heran, apa salah Arvin sama mereka? Kelas Fhelisa atau kelas Nisa memang kebanyakan cewek dari pada cowok. Cewek terdiri dari 39 orang dan cowok terdari dari 5 orang.

"Cemburu sama cowok macam lo ngga guna anjing!" Kompak mereka semuanya.

"Apa salah Arvin sama kalian? Padahal Arvin tanya baik-baik."

"Salah lo banyak anjing!"




Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang