4

1.8K 236 51
                                    

Lagi, Jimin kembali bertemu dengan pangeran Jungkook dalam keadaan tidak terduga. Tatapan dari sepasang kelereng hitam itu seakan mengunci tubuhnya. Ketenangan yang selalu dibangunnya bahkan mulai runtuh sedikit demi sedikit.

Ia tidak tau harus bagaimana. Ia tidak tau harus berucap apa. Semua skenario yang berusaha ditulis dalam kepalanya terasa rumit untuk dijalankan. Perbuatan spontan yang dilakukannya barusan seperti tidak memiliki penutup yang pas untuk menghadapi keadaan canggung ini.

Diam-diam, matanya mencuri pandang pada pakaian mahal yang dikenakan Jungkook. Kain putih itu telah ternoda merah gelapㅡbuah perbuatan Kiel dan dua teman bodohnya. Aroma alkohol yang begitu khas pun langsung tercium walaupun kakinya tidak melangkah mendekati. Hidungnya lantas mengkerut. Aroma menyengat ini membuat kepalanya pusing.

Tiga orang itu ternyata tidak tanggung-tanggung menyiramnya dengan wine. Mereka pasti tau kalau cairan itu tidak mudah menghilang dari kain meski sudah dicuci beberapa kali.

Rasanya pasti sangat lengket. Jungkook pasti tidak nyaman memakai pakaiannya setelah disiram tanpa peringatan. "Pangeran.. Pakaian Anda basah.." Kakinya ragu untuk melangkah, begitu juga dengan hatinya. Pun getaran pada kedua tangannya belum menghilang. Namun Jimin tetap memaksa maju mendekati Jungkook. Perasaan sedih ketika melihat tidak ada yang berada disisi Jungkook, membuat Jimin mengesampingkan ketakutannya.

Setibanya dihadapan pangeran Jungkook, Jimin kembali mengamati pakaian kotor itu sebelum mengeluarkan sapu tangannya dari dalam kantong celana. Tangannya ragu-ragu menyentuh pakaian milik Jungkook. Meskipun warna putihnya sudah ternoda, tapi keindahan kainnya tidak pudar begitu saja. Seakan tetap bersinar memancarkan karisma bagi siapapun yang memakainya; dan itu membuat Jimin tertegun. "Anda harus segera mengganti pakaian.." Ucapnya seraya mendongak, menatap tepat pada kedua bola mata Jungkook yang berkilau.

DEG

Detik itu juga, Jimin mematung. Jarak wajahnya dengan wajah Jungkook begitu dekat. Ia benar-benar tidak menyadari jika apa yang dilakukannya sudah melampaui batas aman dari seorang Jeon Jungkook. Kesedihan serta kekhawatiran lah yang membuatnya bertindak tanpa berpikir panjang. Dan lihat apa yang kini didapatnya. Deru napas serta pahatan tegas dari wajah pangeran Jungkook dapat ditangkapnya dengan jelas.

Jimin langsung memberi jarak. Perasaan gugup mulai menyelimuti dirinya. Pun panas yang tidak normal menjalar hingga ke telinganya. "M-maafkan atas sikap lancang saya, pangeran.." Suaranya terdengar bergetar pelan. Jantungnya masih berdentum cepat seiring apa yang masih diingatnya dalam kepala. "Saya bergerak tanpa berpikir dua kali.. Mohon maaf.." Lanjutnya seraya berdehem pelan.

Tidak ada yang membalas. Jungkook tidak mengeluarkan suaranya dan memilih mengamati Jimin dalam diam. "Mereka tidak mengerti apa itu sopan santun," Dari penglihatannya, pemuda mungil dengan wajah cantik itu terlihat gugup sekaligus tegang. Lihatlah bagaimana kepala itu tertunduk menyembunyikan semburat merah di wajahnya. Kedua bahu tegang serta suara yang sedikit bergetar, membuat Jungkook mendengus pelan. "Sebaiknya, pangeran segera mengganti pakaian dan mencucinya. Noda wine cukup susah untuk dihilangkan jika terlalu lama dibiarkan mengering.."

Pemuda mungil itu tidak lagi bersuara. Matanya lurus menatap rerumputan hijau setelah mendengar Jungkook mendengus. Apa ia mengatakan sesuatu yang membuat pangeran itu mendengus?

Bola mata Jungkook bergulir, melihat anjing siberian yang duduk tenang tidak jauh dari mereka berdua. "Aku selalu melihatmu dalam situasi tidak terduga seperti ini.." Lama terdiam, Jungkook akhirnya berucap tenang. Suara tanpa intonasi itu menggema membelah kesunyian malam. Angin sejuk yang berhembus membuat helai rambut keduanya bergerak indahㅡbegitu juga dengan sinar bulan yang seakan menyiram memantulkan sosok mereka secara sempurna.

I Meet The Villain Who Was Real TyrantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang