14

1.8K 192 371
                                    

Setelah semua yang ku lakukan, kau tidak pernah memberikan penolakan padaku.

Senyuman cantikmu membuat dadaku sakit.

Binar berkilaumu membuatku terperangkap.

Suara merdumu membuatku melupakan segalanya.

Kau selalu datang padaku dan mengkhawatirkanku.

Tapi kemudian kau mengatakan bahwa semua itu hanya sebatas tata krama sialan?

Kau mengatakan untuk tidak melakukannya, karena kita adalah teman?

"PERAMPOK ITU LARI KE SEBELAH SINI!"

Kelereng hitam itu berkilat nyalang. Menatap dingin pada seorang pria paruh baya yang kini terbatuk hebat. Merintih tersiksa ketika sepasang matanya bersinar dibalik kegelapan gang.

Pria paruh baya itu mencoba meraih lengan yang kini menggencetnya habis-habisanㅡmencekiknya tiada ampun, meraup paksa seluruh oksigen di paru-parunya. "TㅡTo..long.."

Apa arti dari kehangatan yang coba kau berikan padaku?

Apa itu juga bagian dari tata kramamu?

"AAKHㅡ" Tiba-tiba, cekikan yang diterimanya menguat. Urat lehernya telah menonjol keluar saat cekikan itu terasa semakin menyiksa seiring detik. Melawan pun percuma, karena tubuhnya lemas luar biasa.

"Jangan bercanda.." Suara berat itu seakan membalas kesakitan pria yang tengah disiksa nya; menggema hingga ke sudut lorong gang. Intonasi pelan nan rendah, namun berhasil menyentak nyaring bagi siapapun yang mendengar.

Terdengar mengerikan dan gelap.

Kau memberiku afeksi dan seluruh kebahagiaan dari dunia kecilmu. Mengajariku bagaimana caranya menyampaikan emosi dan keberanian. Menemani kesepian yang selalu menghantuiku hingga detik iniㅡ

Membisikkan kalimat penenang saat semua tidak pernah menerimaku.

"DIA DISINI!" Sekitar lima orang pedagang yang membawa tongkat kayu, berlari mendekati sebuah gang. Kejengkelan terlukis jelas dari wajah mereka yang terus menyuarakan keberadaan seseorang. Bahkan teriknya matahari selepas hujan, tidak menghambat mereka untuk segera menemukan apa yang tengah dicari.

"ITU DIA! PERAMPOKㅡ"

BRUGH!

Tiba-tiba, kelimanya menghentikan langkah. Teriakan mereka menggantung di udara, pun kedua mata mereka melotot kaget ketika melihat adegan tak terduga ternyata telah terjadi di gang tersebut.

Jungkook melepaskan cekikannya begitu saja. Membuat perampok tadi terjatuh lemas dengan suara debuman yang cukup keras. Satu kantong berisi kepingan perak tergeletak di dekat sepatu bootsnya; berhamburan di tanah, mengeluarkan isinya.

Kau memintaku untuk berbuat baik.

Kau memintaku untuk menyambut semua uluran tangan orang-orang munafik itu.

Kau memintaku untuk tersenyum dan menghargai setiap kalimat mereka.

Kau memintaku untuk tidak tau apapun.

Aku mengikuti semua yang kau inginkan, Jimin.

Kelima pedagang enggan memasuki gang lantaran sosok itu masih berdiri di dalam sana. Keheningan yang menyelimuti terasa begitu mengerikan. Bulu kuduk mereka kemudian berdiri tanpa peringatan begitu mengetahui hawa berat yang kental mengitari sosok pemuda di sana.

Apa ini balasanmu?

Apa ini jawabanmu?

Apa ini yang kau berikan padaku setelah semua yang kulakukan untukmu?

I Meet The Villain Who Was Real TyrantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang