8

1.3K 176 104
                                    

Simon menghentikan langkah ketika matanya menangkap siluet dibalik gang. Ia menoleh dan mematung begitu melihat sepasang kekasih tengah berciuman di dalam sana. "Oh myㅡ" Mulutnya menganga setelah menemukan jubah mahal yang tadi sempat menarik perhatiannya.

Ternyata mereka hanya sepasang kekasih yang mencoba mencari tempat untuk berduaan.

"Ck! Aku tidak percaya mereka melakukannya disini," Mikhael memukul lengan Simon, "kau mengganggu mereka." Sinisnya yang hanya mendapat kekehan canggung dari Simon.

Kedua kesatria itu akhirnya berjalan pergi, melanjutkan patroli. Meninggalkan Jimin dan Jungkook yang masih betah diam dengan posisi seperti sepasang kekasih tengah berciuman.

Jantung Jimin terus berdentum tidak karuan. Wajahnya sudah merah padam karena Jungkook tidak sedikitpun bergerak membuat jarak. Jemarinya bergetarㅡkedua kelereng kelam dengan binar berkilau milik Jungkook terus menatap matanya tanpa berkedip.

Gemuruh menggelitik itu kembali mengetuk hatinya. Pun perasaan membuncah semakin kuat dirasakannya.

"P-pangeranㅡMereka sudah pergi.." Cicitnya pelan. Ditengah dentuman jantungnya, ia masih berusaha mengatur ekspresi dan sikapnya. Walaupun merah muda itu tidak dapat disembunyikannya, Jimin masih berusaha meraih kesadarannya.

Sayangnya, Jungkook tetap tidak bergeming. Seakan mencari sesuatu, pemuda itu terus mengamati si mungil sampai lima menit kemudian tangannya mulai bergerak membuka celah. Dia mendengus pelan, bergerak mundur dan membiarkan Jimin menunduk sembari memakai kembali tudung jubahnya. Entah apa yang coba diamatinya, tapi ekspresi wajahnya perlahan melunak. "Apa kekhawatiranmu sudah hilang?" Tanyanya dengan wajah ingin tahu.

Saya merasa lebih khawatir dari sebelumnya karena pangeran melakukan hal tak terduga seperti itu! "Terimakasih karena telah memahami keadaan saya, pangeran. Saya merasa sangat tertolong.." Senyum manis itu terlukis meski batinnya berteriak heboh. Sekarang, di dalam pikirannya, ia seperti tengah menyesali keputusannya membantu pangeran Jungkook dalam mencari hadiah untuk Yustaf.

Kecanggungan menyelimuti Jimin sesegera mungkin. Terlebih Jungkook yang tidak mengatakan apapun, membuatnya berdehem mencoba memecah keheningan. "Saya minta maaf atas tindakan yang saya lakukan sebelumnya," Pemuda mungil itu sudah bisa menetralkan detak jantungnya. "Dan juga untuk kejadian tidak terduga seperti ini.."

Tidak ada yang menjawab permintaan maaf itu. Jungkook terus diam mengamati; membiarkan Jimin mengendalikan situasi. "Terlepas dari itu, saya sangat bersyukur karena pangeran sudah menemukan hadiah yang cocok untuk dibawa esok hari.." Tambahnya dengan senyum cerah.

"Ya. Terimakasih atas bantuanmu, Jimin." Jungkook berujar tenang. Suaranya terdengar puas dan Jimin semakin merasa bangga akan dirinya sendiri. Walaupun beberapa kejadian tidak menyenangkan sempat menghampiri mereka, tapi sampai detik ini, Jungkook tidak mempermasalahkannya.

"Kalau begitu, karena hari sudah semakin sore, saya pamit undur diri.." Park Jimin membungkuk memberi hormat. "Pangeran, hati-hati dalam perjalanan pulang Anda.. May Ethyria always bless your choice.."

Entah hanya perasaannya saja, ketika ia menyebutkan Ethyria, rahang Jungkook mengeras dengan cepat. Ia tidak tau pasti apakah penglihatannya salah atau benar, selain karena cahaya temeram yang menyinari gang kecil tempat mereka berada, perubahan ekspresi Jungkook begitu cepat untuk disadari siapapun.

I Meet The Villain Who Was Real TyrantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang