3

1.9K 232 29
                                    

Jimin mematung ketika tatapan mereka bertabrakan. Hitam kelam bertemu coklat madu, dua warna indah dengan binar berbeda. Jika yang satu terlihat begitu datar dan kosong, maka lain hal dengan yang satunya lagi; penuh ketakutan.

Kedua kakinya menahan getar tubuhnya. Jimin hampir memundurkan langkahnya jika saja ia tidak segera menarik napas dan memasang ekspresi tenang secepat mungkin. Pengendalian diri yang luar biasa meski dirinya saat ini dipenuhi perasaan takut dan trauma.

Tidak! Batinnya. Ia harus mengendalikan diri meski yang dilihatnya adalah sosok Jeon Jungkook. Kejadian itu, pembunuhan dan penyiksaan yang didapatnya tidak boleh terjadi lagi. Kenangan kelam yang membuatnya menangis sepanjang hari harus dilupakan. Tidak ada seorang pun yang boleh mengetahuinya karena menurutnya, itu hanyalah mimpi buruk.

Sekarang, yang ada dihadapannya, adalah sosok yang belum melakukan semua perbuatan jahatnya. Sosok yang belum mengibarkan bendera perang kepada keluarganya sendiri. Sosok yang belum menindas dan membunuh banyak orang.

Disana, Jeon Jungkook berumur 15 tahun. Remaja yang belum memiliki kekuasaan apapun, termasuk sekutu yang dengan sukarela berada dipihaknya.

Jimin terus merapalkan kalimat itu dalam kepalanya. Mencoba menenangkan hatinya sembari tersenyum kecil. Tangannya masih bergetar. Tapi hal itu segera ia tutupi dan mulai membuka pembicaraan. "S-Saya tidak tau jika tempat ini bukan sembarangan tempat untuk dikunjungi.." Suaranya tercekat. Napasnya tertahan seiring dengan sepasang kelereng hitam yang berkilat mengerikan di depan sana.

Mungkin selama di Akademi, telinganya sudah mendengar satu dua berita kalau pangeran termuda juga belajar di akademi Wardenhag. Dan setelahnya, tidak ada yang berani membuka mulut untuk memulai percakapan mengenai keluarga kerajaan. Mereka enggan atau lebih tepatnya takut jika melakukan kesalahan dengan membicarakan salah satu keluarga kerajaan.

Jeon Jungkook mendapat kelas khusus. Pangeran itu tidak berada dalam satu kelas bersama anak bangsawan lain. Bahkan ketika jam istirahat atau latihan, Jungkook memiliki jadwal yang berbeda sehingga dirinya tidak pernah berbaur dan bertemu dengan siswa lain.

Selama ini, dirinya tidak pernah mengingat kenangan bertemu dan bertatapan secara langsung dengan pangeran Jungkook. Sosok itu seakan begitu tertutup dan membatasi diri dengan dunia luar. Bahkan keluarga kerajaan tidak pernah mempublikasikan secara resmi tentang Jeon Jungkook. Anak dari selir Victoria itu berada dan tinggal terpisah dari keluarga kerajaan lainnya. Entah apa alasannya, tapi semua orang sudah mengetahui perihal putra yang dilahirkan Victoriaㅡbuah dari hubungan raja Leonhard dan putri keluarga bangsawan Oh, hingga mengharuskan raja Leonhard menikahinya.

Tak ada yang menceritakan hubungan itu. Mereka semua bungkam setelah pernikahan digelar. Dan sekarang, dirinya berhasil bertemu dengan Jungkook.

Kembali pada keadaan, Jimin tidak tau harus mengatakan apa. Pengendalian dirinya hampir mencapai batas. Ia tidak tau reaksi seperti apa yang akan dikeluarkannya jika dirinya masih memijakkan kaki disini dan tidak segera pergi. Sebisa mungkin kedua sudut bibirnya membentuk senyum. Tubuhnya yang kaku dipaksa membungkuk dan menyuarakan permohonan maaf. "Mohon maaf atas kelancangan saya. Saya sudah mengganggu ketenangan Anda.."

Hening. Tidak ada yang menyahut permohonan maaf Jimin. Hanya ada suara desir angin yang begitu menyejukkan hati. Dedaunan yang terkena sapaan angin terus bergerak jatuh ke tanah. Ketenangan seperti ini sebenarnya cukup membuat siapa saja takjub dan betah berlama-lama disini. Tapi sayangnya, bagi seorang Park Jimin, berada di lingkungan yang sama dengan Jeon Jungkook membuat jantungnya berdentum menyakitkan. Keringat dingin tidak bosan berjatuhan membasahi kulitnya ketika ingatan penyiksaan itu kembali membayangi pikirannya.

Berdiri tegak, kali ini Jimin memberikan senyum lebar dan menatap tepat di kedua kelereng hitam itu. Ekspresi tenang serta suara lembutnya yang terdengar halus, seakan menjadi pelengkap ketenangan sore hari. "Sekali lagi, saya mohon maaf atas kelancangan yang sudah saya lakukan. Saya tidak tau jika Anda tengah berlatih dan menggunakan tempat ini.." Matanya sempat melirik. Tidak ada seorangpun berada disana selain dirinya dan Jungkook. Hal itu tak khayal membuat keningnya mengernyit. Prajurit kerajaan yang seharusnya mengekor untuk melindungi keluarga kerajaan, terlihat tidak bersama dengan Jungkook. Apa mungkin sedang bersembunyi?

I Meet The Villain Who Was Real TyrantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang