08. Gedung dan Malam itu

442 95 10
                                    

Hari ini, Azura sudah bisa kembali lagi masuk ke sekolah. Gadis itu tengah menikmati udara pagi sekaligus mengamati kelas yang berada di seberang.

Biasanya ia merasa malas untuk datang ke sekolah karena tak ingin mendengar tentang hal-hal buruk mengenai dirinya. Namun hari ini berbeda, Azura tak sabar untuk memulai kembali harinya di sekolah. Tanpa ia sangka, kehadiran Yuan lah yang membuatnya seperti itu.

Walaupun baru bertemu dalam waktu singkat, Azura merasa Yuan berbeda dari orang lain.

Panjang umur, orang yang baru saja melintas di dalam otaknya muncul dari dalam kelas.

Senyum Yuan merekah, diikuti dengan senyuman tipis yang dilayangkan oleh Azura.

Yuan memberikan kode untuk Azura agar gadis itu tetap berada di koridor. Lantas, ia berlari menyusuri koridor untuk pergi ke koridor yang berada di depan kelas Azura.

Azura menyapukan pandangannya pada tubuh Yuan yang berlari. Sesekali terlihat Yuan mengulum senyumnya. Hati Azura selalu menghangat setiap kali ia melihat Yuan tersenyum.

"Hai, Azura," sapa Yuan yang kini berdiri di belakang Azura. Posisinya menghadap ke punggung gadis itu.

Napas Yuan terengah-engah, namun senyumnya tak memudar. Yuan senang Azura dalam keadaan baik-baik saja.

Azura membalikkan badannya sekilas dan menatap Yuan dengan matanya yang sendu. "Hai ... Yuan," Azura menyapa balik.

Yuan maju beberapa langkah dan memposisikan dirinya untuk berdiri bersebelahan dengan Azura.

"Kemarin lo gak masuk sekolah?" tanya Yuan dengan kedua matanya yang menatap bagian kiri wajah Azura.

Azura mengangguk singkat sebagai jawaban. "Ternyata lo sadar." 'Sadar' yang dimaksud oleh dirinya adalah Yuan menyadari bahwa kemarin Azura tidak masuk sekolah.

"Gue takut lo ngelakuin hal yang sama kayak kejadian malam itu," ujar

Yuan dengan jujur. "Tapi syukurlah gue masih bisa liat muka lo."

Azura menghembuskan napasnya dengan berat, diikuti dengan senyuman miris yang terukir.

"Lo bilang, di gedung itu juga pernah ada yang bunuh diri. Siapa? Seseorang yang lo kenal atau orang asing?" tanya Azura lagi.

Malam itu Azura melihat mata Yuan berkaca-kaca saat mengatakan ada orang sebelum Azura yang melakukan bunuh diri di gedung yang sama.

Yuan mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tak menatap mata Azura yang terlihat kosong.

Ekspresi Yuan yang seperti itu membuat Azura tak enak hati. Sepertinya ia salah memilih topik pembicaraan.

Tak selang satu menit, wajah Yuan berekspresi normal bahkan laki-laki itu terkekeh. "Katanya lo gak tau dan gak akan mau tau," ucap Yuan mengingat kembali kata-kata Azura saat itu.

Azura menautkan kedua alisnya dan menggaruk pipi kanan karena kebingungan sendiri harus menjawab bagaimana.

"I-itu gue .... Ah, lupain aja. Sekarang gue tarik ucapan gue malam itu." Azura mengepalkan kedua tangannya. Ia merasa canggung bercampur malu karena mengingkari ucapannya sendiri. Kedua pipi Azura perlahan memerah karena ucapannya sendiri.

Wajah Azura yang merah bagaikan kepiting rebus membuat Yuan tertawa.

"Gak ada yang lucu, gak usah ketawa!" ucap Azura dengan galak walaupun ekspresinya salah tingkah.

Yuan menahan tawanya dengan bibir bawah yang ia gigit.

"Iya-iya, gak ketawa lagi." Yuan menggerakkan ibu jari dan jari telunjuknya ke arah bibir. Seolah-olah mengunci bibirnya sendiri agar tidak tertawa.

Titik Sendu || YOSHI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang