Di bawah rintiknya hujan, Yuan bertemu dengan seseorang yang membuat seluruh perhatiannya tertuju pada gadis itu. Tentang segala sendu dan pahitnya kehidupan di buana fana, mempersatukan mereka untuk bertahan dari ombak yang menerjang.
❝Titik sendu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mau tahu apa hal lucu yang baru saja terjadi di pagi buta ini?
Semua orang tidak pernah menyangka setelah kejadian beberapa hari sebelumnya yang menunjukkan seberapa dekat keduanya.
Rasanya amat berbeda walaupun waktu baru berganti menjadi hampir 2 minggu.
Azura menyapa Yuan, namun laki-laki itu hanya tersenyum sekilas. Tidak ada hal manis yang ia lakukan pada pagi ini. Azura juga mengatakan bahwa hasil ujian yang ia pernah beritahu dengan Yuan akan segera dibagikan hari ini, namun Yuan hanya membalas, "Oh ya? Semoga hasilnya bagus."
Senyum Azura meluruh kala mendengar respon Yuan yang seperti itu. Tanpa angin dan badai hujan, tiba-tiba Yuan bersikap seolah hari sebelumnya tidak pernah terjadi.
Dua minggu yang lalu, mereka lebih dekat dibandingkan sebelumnya. Namun pagi ini, terasa seperti awal pertemuan mereka. Kali ini bukan Azura yang membalas seadanya, namun Yuan.
Yuan memang tidak bersungguh-sungguh dalam mengucapkan bahwa ia tidak akan pergi dari sisi Azura. Tetapi ada banyak janji-janji lain yang Yuan utarakan. Yuan pernah mengatakan untuk selalu berada di dekatnya, Yuan menyuruh Azura untuk memanggil namanya apabila ia dibutuhkan, Yuan mengatakan bahwa ia akan menjadi sinar purnama yang indah bagi Azura.
Inilah sebabnya Azura membenci janji dan orang-orang yang menjauh. Pernah terbayang olehnya tentang Yuan yang tiba-tiba pergi menjauh seperti halnya Mahesa, namun ia tidak menginginkan hal tersebut terjadi.
Yuan adalah asa bagi Azura. Yuan membagikan harsa. Azura senang berada di dekat Yuan. Oleh karena itu ia mengatakan sekaligus memohon agar Yuan tidak pernah meninggalkannya.
Azura meremat tali totebag yang dipegangnya. Isi totebag itu adalah sekotak cookies dan almameter. Sudah sejak lama Azura ingin mengganti rugi almameter Yuan yang disiram susu oleh Kiarra karena melindunginya, tapi baru semalam uang dari Leonel masuk ke dalam rekeningnya, jadi ia baru membeli almamater itu tadi. Sedangkan cookies itu Azura buat khusus untuk Yuan.
"Hai," sebuah sapaan lembut terdengar di telinga Azura. Itu adalah suara Mahesa yang menyapa Azura di koridor dekat ruangan tata usaha.
Tak ada balasan dari Azura. Gadis itu hanya menatap sekilas bola mata bulat milik Mahesa, lantas membalikkan badan untuk pergi menjauhi Mahesa.
"Gue mau minta maaf lagi. Yang kemarin udah dimaafin belum?" tanya Mahesa dengan tangan kanan yang menahan pergelangan tangan Azura.
"Udah gue bilang kalau gue gak suka lo ada di deket-deket gue, Hes," balas Azura dengan tatapan matanya yang berubah menjadi nyalang.
"Kalau begitu, ayo mulai dari awal. Kayak pas pertemuan pertama kita di MPLS kelas 7." Mahesa berucap bersungguh-sungguh, tangan kanannya mulai melepas genggamannya di lengan Azura.
"Hai, boleh kenalan? Nama aku Mahesa Zeon Giatama, panggil aja Mahes. Nama kamu siapa?" Mahesa memperkenalkan diri, tangannya terulur ke arah Azura. Senyuman manis, gurat penuh harap, dan kalimat tersebut sama persis seperti apa yang Mahesa lakukan di saat pertemuan pertama mereka. Yang berbeda hanyalah Mahesa yang dulu culun dengan celana biru yang terlalu besar—tidak sekeren saat ini.