Sembilan

785 139 74
                                    


Bissmillahirrahmirrahim:)

Jangan lupa vote dan komentar kalian ya!

Btw sepi banget tapi gpp.

Happy reading💙

******

Sesudah mandi, Lio merebahkan tubuhnya ke atas kasur, lelaki itu mengambil ponselnya di atas nakas yang di charger satu jam yang lalu, sudah pukul 20.25 satu jam yang lalu ia baru pulang dari panti Aisyah. Ternyata ponselnya mati dari jam pulang sekolah, pantas saja tidak ada notifikasi apapun, Lio juga orang yang menggunakan ponsel saat ada notif atau dibutuhkan saja.

Saat ponselya menyala beberapa detik kemudian muncul beberapa notifikasi dari beberapa orang, dan matanya membola saat nama kontak Anna mengirimkan beberapa pesan dan call tiga kali tak terjawab.

Anna

Aku udah di taman

Kamu dimana?

Aku masih nunggu lho

Jadi dateng kan?

Lio?

Oke. Gpp

"Bego banget sih lo!" Lio melempar ponselnya ke kasur ia mengacak rambutnya kasar, lagi dan lagi ia lupa janjinya dengan Anna, Lio mengumpat kesal atas sikap dirinya yang selalu inkar janji karena alasan lupa.

Mengatur nafasnya meredam sesuatu yang menghimpit dadanya, Lio memejamkan matanya sejenak lalu mengambil ponselnya kembali, ia akan menelpon Anna.

Call pertama tidak di angkat. Kedua dan ketiga juga tidak, pikiran Lio mulai gusar, Anna akan marah lagi, lalu helaan nafas lega keluar dari mulutnya saat call ke enam di angkat gadis itu.

"Na?" Panggi Lio lirih, karena pacarnya tidak mengeluarkan suara lebih dulu.

"Na, maaf lagi ... Aku salah, aku lupa serius." Lio melanjutkan ucapannya karena sepertinya Anna tahu maksud ia menelponnya. Ia duduk gelisah saat gadis disebrang sana masih tidak mengeluarkan suara.

"Kaila kenapa lagi?"

Jawaban pelan pertama Anna membuat kening Lio berkerut sekaligus tertegun, maksud dari ucapan Anna itu apa?

"Maksudnya?" Tanya Lio bingung.

"Mag dia kambuh? Pulang bareng? Atau---?

"Wait? Kok jadi Kaila, aku gak ngerti Na," sahut Lio menyela, kenapa pembahasannya jadi Kaila?

Terdengar kekehan kecil dari sebrang sana, Lio semakin dibuat bingung.

"Aku ngantuk banget serius, udah dulu ya besok kita ngobrol, malam Lio."

"Na? Kita belum---"

Tut.

Tubuh Lio entah kenapa menjadi lesu, sepertinya Anna benar-benar marah, gadis itu tidak membahas masalah yang perlu di luruskan. Gadis itu seperti tidak mau bicara padanya. Teleponnya saja langsung di tutup.

Lio memilih mengirimkan pesan pada Anna, membalas ucapan selamat malam, dan bujukan agar tidak terlalu marah, tapi ketikannya terhenti saat ada panggilan telepon dengan nama 'Kaila' membuat Lio refleks menakan tombol hijau menempelkan ponsel itu ditelinga, mengabaikan pesan yang belum di ketik sampai selesai dan belum terkrim ke kontak pacarnya.

"Apa Kai?"

Dan percakapan dengan adanya tawa itu terjadi selama satu jam. Nada riang gadis di sebrang sana dibalas kekehan dan ucapan ogah-ogahan tapi tetap diladeni dengan senang hati oleh Lio, setidaknya percakapan dua sahabat berbeda gender itu membuat Lio senejak melupakan masalahnya dengan Anna.

******

Gadis dengan piyama biru pastel polos itu melangkahkan kakinya menuju dapur, matanya agak bengkak gara-gara menangis dengan berbagai alasan, soal Lio yang membuatnya menunggu selama dua jam, dan berujung di marahi orang tuanya karena pulang telat, lalu uangnya di ambil ibunya tanpa izin untuk diberikan kepada Sera, dan itu membuatnya kesal bukan main, tapi balik lagi, Anna tidak bisa apa-apa selain menangis dikamar sendirian.

Dan sampai sekarang Lio tidak menghubunginya, lelaki itu tidak peduli apa bagaimana? Ia juga mengirimkan lelaki itu pesan tapi ponselnya masih tidak aktif terbukti adanya ceklis satu abu-abu. Karena kesal Anna tidak mengirim pesan lagi. Anna itu tipe cewek yang tidak terlalu rusuh saat mengirim pesan pada orang yang belum juga membalasya, ia juga akan menelpon maksimal tiga kali jika tidak di angkat-angkat.

Anna yang memang jalan sembari melamun membuat gadis itu tidak sengaja menyenggol lengan Sera yang sedang bermain ponsel sambil membawa segelas jus strawberry.

"Kak Anna! Kalau jalan liat-liat dong, liat jus yang gue bikin jadi tumpah tauk! Gelasnya juga pecah elah!" Sera berkata dengan intonasi tinggi dengan mata melotot. Suara Sera dan pecahan itu mengundang Darmawan dan Mira menghampirinya.

"Yaampun, gue gak sengaja serius," sahut Anna panik ia berniat mengambil sapu dan pel untuk membersihkannya. Tapi pergerakannya terhenti saat kedangan orang tuanya.

"Kenapa ini?" Darmawan berkata menyorot dua putrinya dengan tatapan selidik. Pria itu lalu menunduk melihat pecahan kaca dan cairan merah dilantai.

Sorot pria itu menajam, kembali menatap kedua putrinya. "Siapa pelakunya?" Darmawan adalah pria yang perfeksionis jika soal kebersihan, jadi ada amarah saat ada noda atau sesuatu yang menganggu penglihatannya.

"Minuman itu punya aku, terus dipecahin sama kak Anna Yah, Bu." Sera berkata dengan telunjuk mengarah pada kakaknya.

Darmawan dan Mira menatap Anna dengan marah, ralat hanya Darmawan yang menatapnya seperti itu, Mira sendiri memandang sekilas lalu menghampiri Sera mengatakan kondisinya, siapa tahu kena pecahan kaca yang membuat Sera terluka dan dibalas gelengan.

"Ada saja yang membuat ayah marah kamu ini Anna! Ngapain pecahin gelas minuman adik kamu? Ada masalah apa kamu sama Sera?" Darmawan berkata sarkas, jengah dengan kelakuan putri sulungnya ini.

"Aku gak sengaja," jawab Anna jujur, ia terus memandang mata tajam sang ayah dengan tatapan lurus dan tersirat ketakutan.

"Omong kosong, sekarang bersihin semuanya, jangan sampai ada noda sedikitpun," titah Darmawan tegas, lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.

Mira menghela nafas, ia menatap Anna. "Sekalian bikinin jus strawberry baru buat Sera ya, ibu ke kamar dulu." Ia kemudian memandang Sera dengan senyum teduhnya, lalu melirik Anna kembali dan pergi menyusul suaminya.

"Mankanya kak, kalau jalan hati-hati ya." Sera kemudian pergi ke kamarnya, tapi menoleh kembali pada Anna dengan senyum manis, "jangan lupa, bikinin gue jus strawberry, gulanya agak banyak ya."

Anna memandang kepergian satu persatu keluarganya, senyum miris tersungging dibibir kecilnya.

Setelah kejadian itu Lio menelpon, moodnya seratus persen buruk hanya menjawab ucapan lelaki itu dengan kata-kata yang sudah tahu alasan Lio menginkar janjinya.

Anna muak, tapi sampai saat ini masih bisa bertahan. Memendam amarah dan rasa sakit yang sangat ingin ia sampaikan pada mereka.

******

Jangan lupa vote dan komentar kalian aku tunggu lho:) kalo.

Spam next kalo mau lanjut?

Terimakasih💙

 

Survive or give up?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang