Tiga belas

1.3K 148 39
                                    


Bissmillahirrahmanirrahim')

Lama banget ya updatenya?

Maaf banget, aku punya berbagai alasan nunda update cerita ini.

Kalo kalian lupa alur bisa baca ulang, itupun kalo kalian berkenan hehe')

Jangan lupa vote sama komentarnya ya!💙

Happy reading💙

•••

Anna pikir hubungan Ibu dan Ayahnya baik-baik saja. Ternyata tidak. Mereka akan bersikap layaknya pasangan suami istri di depan anak-anaknya. Tapi jika di luar rumah ternyata ada beberapa perbuatan tak layak yang di lakukan Darmawan dan Mira.

Mira mengatakan kalau Darmawan sering bermain wanita lain di luar sana, dengan alasan Mira yang susah di ajak melakukan hubungan suami istri. Wanita itu juga selalu tidak patuh pada suaminya. Tipe istri pembangkang yang mengutamakan Sera, anaknya, dan tidak terlalalu mempedulikan Darmawan.

Darmawan yang membutuhkan suatu hubungan intim dengan seorang wanita dan perhatian, tak segan-segan melakukan perselingkuhan dengan wanita lain, berkat parasnya yang tampan membuat pria itu mudah mendapatkan wanita lain.

Mira yang mengetahuinya jelas marah, tanpa ragu wanita itu meminta cerai dengan guratan tegas tapi tatapannya tersorot sebuah luka. Bagaimanapun ia seorang wanita yang hatinya merasakan sakit jika pasangannya selingkuh.

"Gue gak nyangka Ayah jahat banget," ucap Sera dengan tatapan kosong, air matanya mengalir untuk kesekian kalinya, "gue yakin Mama punya alasan yang bikin dia nolak kemauan Ayah, harusnya Ayah gak selingkuh kan kak? Semua orang tahu dalam suatu hubungan apapun bisa di maafin kecuali perselingkuhan."

Sera terisak, gadis itu menunduk meneggelamkan wajahnya di atas lutut, hatinya merasakan sakit yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, ia selalu merasa senang, pertama kalinya dalam hidupnya merasakan apa itu patah hati yang sesungguhnya.

Anna sendiri hanya diam, gadis itu menatap lurus dengan pandangan kosong, jangan tanyakan perasannya seperti apa, tak jauh berbeda dengan Sera. Ia menatap adiknya, lalu memeluk Sera dalam kegelapan kamarnya.

"Mungkin ini udah jadi keputusan Ayah sama Ibu buat pisah, "Anna berkata pelan, nadanya terdengar seperti berbisik, "mungkin mereka sebenernya udah berusaha memperbaiki diri, tapi keadannya udah beda." Ada jeda sejenak, satu tetes air matanya kembali keluar dengan sendirinya, "perasaan mereka udah hilang."

Mereka egois.

•••

"Kenapa gak sekolah?"

Mata Anna menatap langit-langit biru yang di kelilingi awan putih, matanya menyipit karena silau oleh matahari terik mengingat sekarang sudah pukul sepuluh lebih dua puluh menit.

"Males."

Jawaban Anna membuat Lio terdiam, lalu tak lama terdengar tawa kecil yang mengundang senyum tipis di bibir gadis itu.

"Kamu cewek paling rajin yang aku kenal An, aku yakin bukan itu jawabannya."

"Jadi, pacar aku ini kenapa?"

Anna menunduk, melihat sepatu putihnya, helaan nafas pelan keluar di mulutnya, "Lio, aku mau nanya."

"Kenapa? Nanya aja."

Survive or give up?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang