Dua belas

1.4K 194 116
                                    


Bissmillahirrahmanirrahmin:)

Semoga suka ya:)

Jangan lupa vote dan komentarnya:)

Happy reading💙

******

Menjelang hari ulang tahun adiknya Lio, lelaki itu sampai sekarang tidak menghubunginya, bahkan di sekolah Lio terlihat menghindari Anna. Lio tidak ke kantin bersama sahabat-sahabat lelaki itu, karena Anna cemas gadis itu mengunjungi kelas Lio, ia mengintip dibalik kaca dan ternyata mereka sedang becanda ria sambil makan.

Mereka tertawa bahagia, pacarnya memang terlihat senang setiap hari, tapi kenapa hati Anna tidak ikut bahagia? Dadanya seakan dihimpit batu besar yang tak kasat mata.

Lio tidak pernah tertawa selepas itu bersama Anna.

Anna sudah menghubungi pacarnya tapi tidak ada balasan, ponselnya juga jarang aktif, tapi instagramnya kemarin menggunggah foto Lio dengan para sahabat-sahabat lelaki itu siapa lagi kalau bukan Kaila, Diran, Ziko dan Fian.

Kenapa laki-laki itu? Harusnya yang marah kan Anna.

Apa Lio marah karena ia pergi begitu saja saat di mall?

Helaan nafas yang entah keberapa kali keluar dari mulut Anna, gadis itu sekarang membereskan alat tulis memasukannya ke dalam tas karena ini sudah jam-nya pulang sekolah.

Kakinya mengayun keluar kelas, tapi langkahnya terhenti saat ada yang memanggil namanya. Kepalanya menoleh ke belakang, senyum tipis Anna muncul dengan refleks.

"Kenapa Land?"

Itu Aland yang memanggilnya, semenjak kejadian Aland mentarktir Anna keripik pedas dan makan bersama di taman, mereka menjadi lebih dekat. Lelaki itu selalu mengajak ngobrol Anna tapi tidak menganggu karena waktunya yang pas.

"Mau pulang sekarang?"

Anna mengangguk. "Iya."

"Gue juga mau pulang sekarang, mau bareng gak?" Aland mengajak pulang bareng pertama kalinya. Ia berdeham canggung tapi senyumnya tidak luntur.

Gadis itu tampak berfikir lalu berkata. "Emang arah pulang kita satu jalur?"

Aland mengangguk, "iya, lo masa gak tahu kalau setiap lo naik bus pulang disitu juga ada gue."

Mulut Anna membentuk huruf 'o' lalu senyum kecil gadis itu terbit di iringi anggukan ringan. "Yaudah ayok."

Ucapan gadis itu membuat senyum Aland semakin lebar.

*******

Anna dan Aland berjalan berdampingan sepanjang koridor, lelaki itu selalu membuka obrolan yang bisa mereka bahas. Anna juga menikmatinya ia sesekali tertawa kecil dan tawa itu menular pada Aland.

"Jadi lo anak tunggal?"

Aland mengangguk lalu menatap Anna, "kalau lo?"

"Gue anak sulung punya satu adik cewek cuma beda setahun aja."

"Wah enak dong biasanya solid tuh kayak partner gitu, pinjem-pinjeman baju udah biasa, suka nongkrong bareng, ngobrolin pacar, jalan-jalan sampai nakal bareng, udah kayak anak kembar, seru ya?" Aland berkata dengan senyum kecilnya, ia sebagai anak tunggal merasa iri. Di rumahnya begitu sepi tidak ada yang bisa di ajak bicara.

Anna tersenyum tanpa arti menanggapinya.

"Tapi biasanya ada plus minusnya, gak semua saudara bisa sefrekuensi dan saling menjaga, yah ... Mereka sebagai saudaranya sayang banget tapi sekaligus gak suka, si adik atau kakak kadang nyebelin, suka caper sama orang tua, rebutan mainana atau hal sepele kayak remot tv, itu waktu kecil, tapi kalau udah sama-sama dewasa mereka sadar dan malu, itu hal yang gak perlu dan mereka saling berbagi ... Eum, gitu gak sih?" Aland terus berbicara mengatakan sepengetahuannya soal dua saudara hanya terpaut satu tahun.

Survive or give up?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang