Persiapanku sempurna, tatanan rambutku juga sangat sempurna. Di tata oleh pelayanku yang baru kuketahui namanya Shishi. Kata Shishi benentuk rambut seperti ini disebut setengah sirip di tata dengan menyisir semua rambut ke bagian paling atas membentuk mahkota kemudian menatanya menjadi sirip ikan lalu di hiasi beberapa perhiasan kecil.
Ku bolak-balik menatap pakaianku yang terlihat tak biasa di zamanku. Agak mirip baju tradisional korea bedanya lengan baju ini memanjang hingga ke lutut. Aku tersenyum menyaksikan bayangan diriku yang berada di dalam cermin, sangat agung. Seumur hidup baru ku temukan aku yang biasanya sangat timboi ini bisa juga menjadi seorang dewi cantik. Opps lupa, yang terperangkap di dalam tubuh orang lain.
Aku berjalan ke sana kemari menunggu kedatangan Chen meiren alias kakak Xue'er. Dari tadi aku menunggu tetapi masih belum kulihat kehadirannya. Akhirnya setelah beberapa waktu lamanya, kulihat ia berlari menemuiku.
"Sedang . . . Apa kau . . . Di sini?" Ia menarik nafas tak beraturan. Tangan kanannya berada di bahuku.
"Menunggu jie-jie" jawabku polos.
"Semua orang menunggumu di istana Xiuni!"
"Untuk apa menungguku?" Tanyaku polos lagi.
"Setelah tarian, kau akan memainkan qin dan menyanyikan lagu mewakili para selir baru!"
"Apa!?" Aku terlonjak kaget. Belum apa-apa aku sudah harus melewati rintangan pertamaku di zaman ini.
*
Dan disinilah aku berada sekarang. Dikelilingi aneka gadis-gadis muda yang berpakaian berbeda-beda denganku.
Aku di beri seorang sanggong alat musik qin. Aku juga disuruh menunggu diluar selagi para penari penari. Rombongan penari kipas melewatiku. Seorang gadis bertampang galak menatapku pandangan matanya tajam. Aku tersenyum sekilas, ia lalu menghilang dari hadapanku.
Mungkinkah gadis itu adalah Wei Yilan? Aku merutuki kebodohanku sendiri. Bagaimana bisa aku tersenyum pada musuh bebuyutku? Ralat, pemilik tubuh ini.
Suara tepukan demi tepukan tangan tak beraturan membuyarkan lamunanku. Rombongan penari itu pun keluar dari ruangan. Atas pemberitahuan seorang sanggong aku pun menginjakkan kakiku ke dalam ruangan yang besar itu.
Ku tatap sekeliling yang terlihat mewah itu, pilar kayu yang di cat emas bersebaran di ruangan, meja-meja jamuan yang dipenuhi makanan-makanan mewah dan minuman keras. Diatas singgasana duduk seorang lelaki yang terlihat gagah, ia bertubuh maskulin dan berotot meskipun demikian wajahnya tak kalah tampan. Disela-sela kedua alisnya yang tebal terdapat pula mata hitam yang indah, hidung yang cukup mancung dan bibir yang berisi membuatku ternganga melihatnya.
Tapu segera ku katup rapat mulutku, menyadari lelaki itulah sosok asli kaisar Taizong, dimana dalam sejarah rela membunuh adik kandungnya demi mendapatkan tahta. Membuatku enggan keteledoran. Ku duduk di sebuah kursi yang telah disiapkan, mulai memainkan qin di tangan. Biarlah aku di tertawakan dari pada melanggar perintah kaisar.
Tahun lalu hari ini pintu ini,
Bunga persik bak cerry merahnya,
Tak tahu ke mana perginya,
Bagi bunga persik tetap menertawakan semi,
Angin dingin setelah matahari tenggelam,
Alis berkerut wajah menunduk penuh kekhawatiran
Bunyi tepukan tangan menhhentikan nyanyianku. Aku nyaris tak percaya bahwa aku dapat menyanyikan lagu hingga seindah ini. Mungkinkah tubuh ini mengingat cara-caranya bernyanyi dulu?
"Apakah kau yang bernama Wu Xiuhuan?" Tanya kaisar menatap lurus padaku.
To be continue
Video diatas adalah lagu yang dinyanyikan Wu Xiuhuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower of the Harem
Fiction Historiqueaku bukan siapa-siapa hanya seorang mahasiswi jurusan politik semester tiga. suatu peristiwa mengerikan terjadi begitu saja pada diriku. aku ditikam! saat mataku terbuka. aku sudah berada di tempat asing. semua orang begitu aneh! mereka memanggilku...