Takdir Tak Terlepas

12.4K 750 14
                                    

Hello! Back with me JadePearly. Kali ini giliranku membuat chapter ini, jangan sungkan untuk berkomentar ya ^^ (p.s : jangan komen terlalu pedas ya, nanti authornya pada mewek-mewek)

Aku berjalan mondar mandir di ruangan istirahat yang besar ini, aku berjalan ke hadapan lemari baju namum ku sadari lemari itu terlalu kecil untuk ukuran tubuhku. Aku berjalan ke lemari pajangan barang antik tapi sama juga halnya dengan lemari baju itu tak dapat menyembunyikan tubuhku karena terdapat bagian yang tak bisa di sembunyikan. Bunyi ketukan pintu itu kian mengeras, Ying Ying juga kebingunan di depan pintu. Terpaksa aku berbaring kembali ke ranjangku, ku selimuti tubuhku tepat saat itu Ying Ying telah membuka pintu dari pohon ek itu.

Kaisar Li Shimin berjalan masuk, setiap langkah kakinya yang gagah itu selalu berhasil membuat jantungku berdebar lebih cepat, ini lebih menakutkan dari pada ujian tinggi ketika aku SMA dulu. Aku berpura-pura berdiri untuk sekedar berlutut padanya. Kaisar berjalan dengan langkah lebar ke ranjangku, ia menahanku sebelum sempat kakiku menginjak lantai.

"Meiniang, kau tak perlu berlutut, tubuhmu masih lemah" ia membaringkan tubuhku kembali ke ranjang.

Kaisar meletakkan tanngannya ke keningku sekedar mengukur suhu tubuhku. "Kau masih panas" ia mengedarkan tangannya mengelus wajahku, "kau masih pucat. Zhen sangat sakit hati melihatmu demikian"

Sakit hati? Apa aku tak salah dengar? Kata itu terlalu sumbang untuk di ucapkan oleh seorang kaisar yang semalam baru saja bersenang-senang dengan Wei Nizi. Namun aku tak mungkin mengucapkan kata mengundang hukuman mati seperti itu, ku pasang senyum sopan. "Chenqie berterima kasih atas kunjungan Yang Mulia" perlahan-lahan ku lepaskan elusan tangannya dari wajahku. "Sebaiknya Yang Mulia menjauhi chenqie juga paviliun Ye ini, chenqie tak ingin Yang Mulia tertular penyakit" kataku mengusirnya secara halus.

"Kau tak perlu khawatir, zhen bukan orang yang mudah sakit" kaisar menggenggam tanganku yang baru saja digunakan untuk melepaskan elusannya.

Dalam hati aku ingin sekali berteriak 'kau tak di terima di sini, pergi atau aku tendang' tapi aku menelan semuanya mentah-mentah. "Kalau Yang Mulia tak ingin meninggalkan tempat ini, maka biarkan chenqie yang berpindah" ku tepikan selimutku.

Kaisar buru-buru menahan. "Baik, baik. Zhen pergi, kau tetap tinggal" kaisar beranjak pergi.

Setelah memastikan sosok punggung kaisar menjauh dari paviliun Ye, aku menghela nafas lega. Setidaknya aku dapat menghindar untuk saat ini. Ku perintahkan Ying Ying segera menutup pintu meninggalkan aku sendirian, aku berbaring kembali ke dalam kasur empukku dan entah kenapa terlelap begitu saja.

#

Kaisar Li Shimin POV

Ku lirik sekilas nampan perak berisi aneka papan nama dari aneka bahan itu, tak ada nama Wu cairen. Ku tutup buku laporan diatas meja, ku tatap kasim Lin yang tengah berlutut mengangkat nampan emas itu.

"Wu cairen apa masih sakit?" Aku mengaduk tinta dalam wadah.

"Sepertinya begitu, selama setengah tahun ini papan kayu willow miliknya selalu tergantung" kemudian kasim Lin melanjutkan. "Apa Yang Mulia akan memanggil Xu cong rong seperti biasanya?"

"Ya" ku jawab seadanya perkataan kasim Lin.

Memang dalam setengah tahun ini banyak yang telah berubah, namun aku sama sekali tak pernah bertemu dengan Meiniang sama sekali. Semakin hari rasa penasaranku akan dirinya semakin besar, ingin sekali aku melepaskan semua misteri dalam dirinya, tapi sayangnya berkali-kali tak pernah berhasil. Kasim Lin sudah pergi membawakan pesanku, kini tinggal aku sendiri disini. Kuteruskan membaca dan membalas laporan dari berbagai provinsi itu, laporan ini sungguh membuat kepalaku berdenyut sakit, bencana sakit menular dari Shu Zhou mematikan banyak penduduk, hampir setengah dari penghuni disana telah tiada belum lagi kemiskinan yang melanda disana. Aku menutup buku laporan itu sekali lagi, kututup mataku dan mengurut-urut nadi di kepalaku. Ku putuskan untuk beristirahat sejenak di luar sana mencari udara segar.

Flower of the HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang