《JAEMREN》
Renjun melihat kekasihnya sedang bersama orang lain. Tidak sengaja melihat, seakan Tuhan memberikan jawaban mengapa beberapa minggu ini kekasih Renjun tidak seperti biasanya.
Temannya sendiri yang menjadi selingkuhan kekasihnya. Mungkin jika tidak ada pegangan tangan serta ciuman di bibir saat kekasih Renjun datang, Renjun tidak akan berpikir mereka berselingkuh.
Haruskah Renjun berterima kasih pada Tuhan? Ditunjukan sebuah pengkhianatan dari dua orang yang mendengar curhatannya antara satu sama lain. Renjun seperti orang bodoh, mungkin saja sahabat dan kekasihnya itu membicarakannya di belakang dirinya.
Lalu, Renjun harus apa? Menangis dan menampar? Bahkan Renjun hanya duduk terpaku pada kursi meja makan bersebrangan dengan tempat duduk kekasihnya.
Renjun, mati-matian kerja dihari senin hingga jumat agar bisa memberikan waktu pada kekasihnya. Sampai hari sabtu ini, saat Renjun mengajak lelaki itu untuk makan bersama, lelaki itu menolaknya dengan alasan tidak enak badan. Bahkan Renjun sudah ingin memberikan kejutan dengan datang ke apartemen lelaki itu dan merawatnya.
Hatinya sakit. Melihat lelaki itu makan berdua dengan mesranya. Melupakan bahwa Renjun mencoba menjaga hubungan ini agar tetap aman dan tidak ada masalah. Ditengah kesibukannya, setiap hari memberikan sapaan. Tidak lupa hari ulang tahun kekasihnya.
Ini sudah dua tahun, jika bosan, mengapa harus selingkuh? Sebegitu susahnya memutuskan hubungan dahulu?
Air matanya menetes pelan. Renjun pernah disukai oleh teman kerjanya, tapi ia merasa bahwa tidak baik melakukan perselingkuhan, dan berakhir menolak temannya. Renjun pernah bosan, tapi ia terus mengingat kejadian yang mereka lewati bersama. Dikala lelahnya ia melihat foto di ponselnya. Menguatkan hatinya sendiri untuk tetap setia.
Ia merasa... Ia tidak berhak diperlakukan seperti ini.
Renjun berjalan mendekati mereka setelah pesanan makanan yang ia pesan untuk kekasihnya ini selesai, "Wah, apa ini rumah sakit? Bagaimana bisa orang yang sedang sakit, berada disini?"
"Ren.." Jeno tersentak kaget mendengar suara Renjun, kekasihnya.
"Wah, bagaimana rasanya menjalin hubungan dibelakangku? Pasti tidak leluasa ya? Apa kalian berpegangan tangan saat bersamaku seperti tadi?" Renjun dengan perasaan kesal ingin sekali menampar wajah Jeno dan menjambak wanita yang Jeno ajak makan bersama ini.
Jeno mengepalkan tangannya, "Tidak seperti itu, Ren." Ia menatap Renjun dengan tatapan tajamnya.
"Tenang Jeno. Aku tidak akan menimbulkan keributan. Aku hanya menginginkan perpisahan antara kita. Jika menyukai temanku, mengapa tidak berpisah denganku terlebih dahulu? Kasihan kan selingkuhanmu ini, harus menutupi hubungan menjijikan kalian?" Renjun duduk di kursi lain. Menumpukan dagunya pada telapak tangan, menatap ekspresi kedua orang di kanan dan kirinya. Terkekeh pelan dengan bibir cemberut, "Menyenangkan ya? Membodohiku. Apa kalian tertawa saat aku menceritakan sesuatu?"
Renjun bersandar, "Aku patut bersyukur, aku tidak perlu menyesal nantinya, karena cara kita berpisah adalah kamu yang menjadi seorang bajingan pengecut." Renjun menatap Jeno, lalu beralih pada perempuan didepan Jeno.
"Temanku... Kalau menyukai kekasihku, maka katakan saja. Jangan menjadi perebut kekasih orang, itu terlihat rendahan." Hana, menatap Renjun kesal, membuat Renjun menaikkan alisnya. "Mengapa kesal? Yang seharusnya kesal disini itu aku, jalang. Jangan mencoba mengintimidasiku, wanita murahan!" Renjun tidak akan merasa kalah, karena ia dipihak yang benar. Enak saja menindas dirinya, Renjun ini tetaplah lelaki! Untuk melawan wanita murahan seperti Hana sangat mudah sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOT - RENJUN HAREM
Romance🔞BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN SESUAI DENGAN UMUR🔞 cerita one shot milik DOINGILRS memang gantung. seperti sampah ide, yang kalau dibuang sayang. akan ada kemungkinan dilanjutkan, jika cerita milik DOINGILRS yang lain sudah selesai/end. Renjun Harem...