bagian 12

12 0 0
                                    

Pelajaran pun dimulai bersamaan dengan tatapan jengah Anin dari belakang.

.......

Dilain tempat, tepatnya di sekolah Caca terlihat gadis berambut pendek itu sedang menyantap bekal makan buatan Faro pacarnya karena pada saat malam Minggu kamarin mereka tidak jadi jalan jalan.

"Tolong di kerjakan tugas tentang limit fungsi aljabar di halaman 230."

Caca masih sibuk menyantap makanan nya tanpa memperdulikan perintah gurunya, matematika adalah musuh abadi Caca dia tidak Sudi memahami setiap materinya.

"Sekian dari ibu kumpulan di meja ibu saat pulang sekolah nanti, Caca kalau sudah kenyang jangan lupa di sapu lantainya." Ucap Bu Sri lalu berlalu.

Caca yang mendengar itu hanya bisa nyengir dan terkikik geli.

"Kenyang Lo?" Tanya gardan.

"Lumayan lah." Balasnya.

....

Di kediaman Anin tepatnya di ruang tamu ayah dan ibu Anin sedang melihat lihat album foto masa kecil Anin dari mulai dia yang baru lahir di rumah sakit, hari pertamanya di rumah sampai dimana fotonya seminggu lalu saat sedang di didepan rumah.

"Ternyata Anin udah gede ya mah."
Ayah Anin memandangi foto putri kecil nya saat sedang menangis ketika potong kue di ulang tahun pertama nya.

Hari itu kediaman rumah Rizal ramai oleh sanak saudara yang di undangnya kerumah.

"Wah, ini dia yang ulang tahun hai sayang," sapa bibi Anin, Safira adik Rizal.

Anin yang selalu berada di gendongan ana hanya terdiam sambil sesekali memasukan tangan nya ke mulut.

"Ayo sini bibi gendong," tawar nya sambil mengarahkan tangan.

"Mau sama bibi?" Tanya ibu Anin kepada Anin kecil tapi Anin menolak dengan mulai cemberut lalu berbalik menenggelamkan kepalanya ke dada ibu nya sambil menangis.

Menangis artinya tidak mau.

"Ooh iya iya mau nya sama ibu ya?"

Anin kecil waktu itu sangat merasa nyaman di dekat orang tuanya apalagi ibunya dia tidak mau di gendong siapapun.

"Manja banget kaya Rizal," ucap Safira sambil tertawa geli.

"Yaudah ayo ke sana, kue nya udah siap dipotong."

Di sana ada Caca kecil yang berdiri di barisan paling depan bersama ibunya duduk sambil memandangi Anin di depan.

Lagi dan lagi padahal sudah berada didekat ayah ibu dan Clara kakak nya Anin malah menangis tepat di hadapan semua orang, tapi ibu Anin tidak menghiraukan nya mungkin Anin kecil sedang malu atau merasa tidak nyaman karena rumah nya ramai.

"Ayo ayo potong kuenya nya."

Semua nya menyaksikan acara potong kue itu dan tentu saja Anin masih menangis tapi sesekali dia ikut tertawa karena melihat semua orang bertepuk tangan.

Ingatan itu berputar tidak pernah ia sangka Anin akan tumbuh secepat itu padahal rasanya baru kemarin ia belajar berjalan.

"Gimana ya nanti kalo Anin punya pacar?" Tanya ibu Anin.

"Gimana apanya? Anin masih kecil mana boleh pacaran," ucap Rizal sambil memandangi foto Anin ketika wisuda TK.

"Tapi dia juga kan udah remaja, masa kamu mau dia sendiri terus."

"Kalo Ada cowo yang ajak Anin nikah nanti kamu gimana?" Tanya ibu Anin lagi.

"Kamu ngomong apa sih Anin bakal nikah sama aku ayahnya, dia sendiri yang bilang dulu," jawab ayah Anin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

strict parentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang