[43] Kembali (?)

6.8K 972 93
                                    

happy reading
***
jangan lupa vote dan komen, yaaa!










Pagi ini aku bangun sedikit telat dikarenakan semalam sibuk menonton film di salah satu platform.

Usai menyelesaikan kegiatan di dalam kamar mandi, aku ke luar kamar dan turun ke lantai bawah untuk mengisi perut.

Aku celingukan mencari keberadaan orang rumah. Tapi, tidak menemukan siapapun. Entah di mana mereka semua berada.

"Bii." panggilku sambil mendudukkan diri ke kursi yang terletak di meja makan.

"Kamu di rumah? Saya pikir gak ada orang di sini."

"Lah? Kok?" ucapku dengan wajah kebingungan saat melihat Kak Fariz muncul dari arah dapur.

"Saya datang ke sini untuk ketemu sama kamu. Dari tadi loh pintu depan saya ketuk, tapi gak ada yang buka, pas didorong, ternyata gak dikunci. Akhirnya, saya masuk buat nyari-nyari orang sampai ke dapur."

"Mama dan yang lain ke mana, ya?" gumamku sembari menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Kayaknya kamu sendirian, soalnya mobil di carport juga gak ada. Saya aja udah hampir pulang tadi, untung cepat ketemu kamu di sini."

"Kenapa pada gak bilang kalo mau pergi."

"Udah cek hp belum? Kali aja mereka ngabarin lewat situ."

Mendengar kalimat yang diucapkan oleh Kak Fariz barusan, aku akhirnya mengecek ponsel. Baru saja ingin menekan ikon WhatsApp, panggilan video dari Papa masuk secara tiba-tiba.

"Assalamualaikum, Pa."

"Wa'alaikumussalam, Nak, Ini cuma mau kabarin, Papa sama Mama sekarang lagi dalam perjalanan ke luar kota untuk urus bisnis. Maaf, gak sempat bangunin." ucap Papa yang mendapat anggukan dari Mama yang tengah berada di sampingnya.

"Owalah, kalo si Bibi ke mana?"

"Dia ada acara keluarga, katanya akan pulang besok subuh."

Mukaku mengerut seketika. "Itu artinya ... malam ini aku sendirian di rumah?" tanyaku sambil melihat ke arah sekeliling.

Yang benar saja, mereka semua pergi mengurus kegiatan masing-masing dan membiarkanku di rumah sebesar ini? Bagaimana kalau sampai ada orang jahat masuk lalu menyekapku dan mengambil semua barang-barang di rumah? Parah, membayangkannya pun sudah membuatku takut.

"Kalo gak mau sendirian mending telfon Fariz gih, kamu balik aja ke rumahnya. Masalah rumah kita, Papa akan telfon beberapa satpam kantor buat berjaga-jaga di sana."

Kalimat yang dilontarkan Papa sukses membuat laki-laki di hadapanku memancarkan senyuman paling lebar di wajahnya.

"Se-serius udah boleh balik ke rumah dia?" ulangku memastikan.

Mama menggeleng cepat. "Gak dulu deh, mama masih ragu."

"Ya ... daripada Sheila sendirian di rumah, lebih baik dia kembali ke sana, 'kan? Mungkin ini sudah saatnya mereka bersama lagi."

"Tapi--"

"Sudahlah, Ma, gak baik nahan-nahan Sheila kayak gitu." sela Papa. "La, setelah ini kamu telfon Fariz, ya." lanjutnya.

Aku membalikkan kamera sebentar untuk menyorot sosok yang tengah menjadi perbincangan tersebut.

"Ohhhh .... lagi barengan ternyata." komen Papa.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang