[7] Kedatangan Teman Lama

6.9K 1K 20
                                    

Sempat ingin berhenti
karena dia sama sekali tak mengerti

Sempat ingin pergi
karena dia sama sekali tak peduli

Namun, anehnya bertahan masih menjadi satu-satunya pilihan
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading!


Aku tak henti-hentinya menatap Kak Fariz yang sedari tadi masih berada di sudut kamar hanya untuk memandangi hasil secret admirer yang ku tulis sejak SMA. Jujur saja, aku bingung, nilai keindahan note-note itu dimana sih? sampai-sampai setiap kami menginap di rumah ini dia selalu saja menatap kertas tersebut.

"Kak ke bawah yuk, bosan banget nih" pintaku sambil berjalan ke arahnya.

"Kamu duluan aja"

Nah, kan ditolak lagi sama dia.

"Kenapa dliatin terus sih?" tanyaku yang benar benar dirundung rasa penasaran.

Kak Fariz terdiam sejenak seraya berpikir."Hmm...Nggak tau, suka aja gitu"

Huft, kalau sudah begini, aku sama sekali tidak tau mau bagaimana lagi menanggapi ucapannya.

"Sekarang, kenapa diam?" tanya Kak Fari.

Aku menggeleng pelan."Beneran masih pengen disini? kalo iya aku kebawah duluan deh"

Karena, tak ada jawaban dari Kak Fariz, akhirnya aku memutuskan untuk ke bawah sendirian dengan hati yang tengah sibuk merutuki sifat ketidakpekaan dari dia.

"Eh, Sheila" panggilnya yang sontak membuatku berbalik ke belakang.

"Aku mau ngomong" ucap Kak Fariz sembari berjalan ke arahku.

"Ngomong aja" Aku berusaha sesantai mungkin, padahal kalo boleh detak jantung udah ga stabil lagi. Ini mau ngomong apa coba.

"Gimana kalo misalnya secret admirer kamu berakhir sad?" tanya Kak Fariz yang sontak membuatku berpikir lama.

"Hm, ga tau sih. Kan sekarang udah berakhir bahagia"

"Kita sama sekali belum sampai di ending. Berakhir bahagia itu bukan dengan cara kamu bisa dapatin aku terus kisah secret admirer kamu disebut berakhir bahagia. Singkatnya kita sebagai manusia gak pernah tau kedepannya kayak gimana, paham kan?" jelas Kak Fariz.

Oke, perkataan dia ada benarnya. Berarti untuk saat ini aku gak boleh merasa terlalu bahagia sudah memilikinya. Karena baik aku ataupun dia, tidak ada yang tau akan seperti apa ending yang semesta rencanakan untuk kisah secret admirer yang ku punya.

"Paham kok, dan kalo emang secret admirer aku berakhir sad, sebenarnya aku baik baik aja sih. Kan udah takdir, asal takdirnya jangan karena perempuan lain, Insya Allah masih bisa diterima dengan ikhlas kok"

Kak Fariz terkekeh pelan. "Kamu keliatannya nggak suka banget sama perempuan yang ngerusak"

"Emang ada yang nggak benci perempuan yang hobinya ngerusak?" tanyaku dengan nada sinis.

"Ada, aku mungkin" jawab Kak Fariz dengan sedikit tertawa.

Mendengar jawaban itu aku langsung meninggalkan kamar dengan sesegera mungkin, karena jika bertahan beberapa menit lagi bisa saja perang antar aku dan Kak Fariz akan terjadi walaupun itu hanya sebuah candaan baginya. Sejujurnya jika membahas tentang perempuan lain bersamanya selalu membuatku merasa tidak nyaman.

Sebuah teras yang terletak di lantai dua rumah pun menjadi tempat pilihanku hari ini untuk menetralkan emosi serta menentramkan pikiran dan perasaan.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang