[12] Sesuatu di Jogja

6.3K 1K 222
                                    

Happy reading!

***

NOTE : VOTE DAN KOMEN ADALAH PENYEMANGAT AUTHOR FOR UPDATE, SO? JANGAN LUPA VOMEN!!

***

"Ini udah selesai ashar dan sebentar lagi mau berangkat, kamu gak ketemu Inggi?" tanya Kak Fariz sambil memasukkan barang-barang yang akan kami bawa di Jogja ke dalam mobil.

Aku menggeleng. "Gak jadi, Kak. Soalnya, ada urusan mendadak katanya."

"Oh, iya. Semua barangnya udah masuk, 'kan?" ucap Kak Fariz seraya melihat ke arahku sebelum menutup pintu mobil.

"Udah, tinggal berangkat aja, nih. Mobilnya disimpan atau gimana?"

Kak Fariz menutup pintu mobil. "Disimpan di bandara, lagian cuma sehari perginya. Masuk dulu, yuk! Pamit sama Aliyah dan Bibi." lanjutnya seraya melangkahkan kaki menuju rumah diikuti olehku.

"Udah mau pergi, ya?" tanya Aliyah yang baru saja muncul di teras.

"Iya, kamu jaga rumah baik-baik." Kak Fariz mengelus pelan kepala sang adik. Aliyah lalu mencium tangan kakaknya.

"Siap, sehari doang, 'kan? Aman, itu mah."

"Pergi dulu, ya. Al." pamitku pada adik ipar yang umurnya beda berapa bulan saja dariku.

"Iya, Kak. Eh, Bibi juga nitip salam, tuh. Dia ke swalayan mau beli bahan dapur yang udah habis, jadi gak sempat liat kalian berdua pergi."

"Gak apa-apa, Assalamualaikum." pamit Kak Fariz lalu berjalan menuju mobil.

"Bye, Aliyah. Assalamualaikum." Aku melambaikan tangan sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil.

"Bye. Waalaikumussalam."

Usai berpamitan, Kak Fariz pun menjalankan mobilnya menuju bandara. Selama perjalanan, baik aku ataupun Kak Fariz hanya berbicara sekali dua kali saja. Kami berdua sedang tidak memiliki topik menarik untuk dibahas hingga sampai ke tempat tujuan.

Sesampainya di bandara, Kak Fariz langsung memarkir mobil di tempat penitipan yang telah disediakan oleh pihak bandara, kemudian mengeluarkan barang yang akan dibawa. Setelah itu, aku dan Kak Fariz melakukan check-in. Belum 5 menit di dalam ruang tunggu, penumpang akhirnya dipersilahkan memasuki pesawat.

***

Ketika pesawat telah mendarat di runway dan sang pilot telah memarkirkannya di apron. Para penumpang mulai sibuk mengambil barang mereka yang berada diletakkan pada kabin pesawat. Sekadar informasi, kami berdua tidak menggunakan bagasi dalam bepergian kali ini dikarenakan waktu berkunjung di Jogja hanya sehari saja, Aku hanya memakai bucketbag dan untuk menyimpan pakaian serta barang-barang penting, Kak Fariz membawa satu duffle bag.

Aku membangunkan Kak Fariz yang selama di udara tertidur pulas.

"Udah sampai?" Kak Fariz mengerjapkan mata.

"Iya, Alhamdulillah."

Kak Fariz merenggangkan badan lalu mengambil duffle bag di dalam kabin.

Setelah ucapan terima kasih pramugari maskapai terdengar pada speaker. Penumpang mulai meninggalkan pesawat satu persatu, tidak terkecuali aku dan Kak Fariz.

"Kak, kita dijemput atau gimana?" tanyaku seraya celingak-celinguk melihat seisi bandara.

"Saya tiap ke Jogja selalu sewa mobil sama Pak Mamat, dia udah jadi langganan saya kalau kesini." jelas Kak Fariz. "Nah, itu dia!" lanjut Kak Fariz, ketika melihat sosok yang baru saja diceritakannya.

UnpredictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang