"Psst psst... Noona"
"Astaga Haechan?!"
"Ssh!!!"
"Apa yang kau lakukan disini?!"
"Mencarimu!"
Astaga... Lisa mengusap wajahnya kasar, benar-benar tak menyangka akan bertemu dengan Haechan di perpustakaan pusat kota. Bagaimanapun Lisa telah menginjak tahun ketiganya di SMU, itulah kenapa ia sedang gencar belajar dan melakukan pengulangan materi untuk mempersiapkan ujian CSAT nya beberapa bulan lagi.
Pemuda itu tersenyum senang, ia menelungkupkan kedua tangan dan menatap sang gadis dengan manik berbinar. Lisa menghela nafas.
"Kau tidak sibuk? Hari ini tidak ada jadwal?"
"Ada"
Lisa baru akan menegur, namun Haechan lebih dulu menyambung kalimatnya.
"Tapi sore ini, jadi kuputuskan untuk menemui Liely noona"
"Kenapa?"
"Aku rindu"
Ia bungkam, entah kenapa Lisa merasa ada sesuatu yang aneh dengan dirinya. Namun gadis itu berusaha mengenyahkan apapun yang ada di benaknya, termasuk wajahnya yang terasa menghangat.
"Aku bukan penggemarmu, jangan mencoba merayuku dengan kalimat seperti itu"
"Tapi aku memang merindukan noona"
Gadis yang lebih tua hanya berdehem, tak menyahut lebih lanjut dan fokus pada bacaannya. Harusnya sih seperti itu, tapi Haechan terus menatapnya seakan ia adalah sebuah tontonan yang sangat menarik, Lisa berdecak.
"Berhenti menatapku"
"Tidak bisa"
"Aku ingin fokus"
"Memangnya Liely noona tidak bisa fokus jika aku menatapmu?"
"Tidak"
"Oh! Apa noona mulai menyukaiku?!"
"Hah? Apa? Tidak!"
"SSSHHHHHH"
Lisa melotot, mereka terkena teguran! Astaga, ini semua karena Haechan! Lisa mendengus, sedang si pelaku malah terkekeh pelan. Gadis itu memilih untuk melanjutkan kegiatannya, kini Lisa memilih untuk menekuni matematika dan mengerjakan beberapa soal latihan. Saking fokus nya ia bahkan berusaha mengabaikan Haechan yang menggeser duduknya lebih dekat.
Lalu tiba-tiba pemuda itu berbaring di pangkuannya, Lisa terkejut.
"Hey-"
"Ssshhhh.... Liely noona tidak boleh berisik!"
"Haechan please!"
"Sebentar saja, aku ngantuk..."
Sang gadis menghela nafas, sedikit banyak merasa kasihan. Mereka hampir seumuran, dan Haechan baru saja memulai masa SMU nya. Namun rutinitas mereka jelas berbeda, Haechan begitu sibuk dengan jadwal idolnya. Syuting, latihan, vlive, konser.
Tanpa sadar Lisa mengusap kepala Haechan, pemuda yang mengenakan masker itu tersenyum dibuatnya. Lisa mengangkat tangannya, namun Haechan buru-buru menahan.
"Nyaman sekali, lakukan lagi kumohon..."
"Aku harus belajar Chan"
"Jebal~"
Hhh.... Pada akhirnya Lisa menghela nafas dan melanjutkan perhitungannya, tangan satunya sibuk mengusap surai Haechan. Pemuda itu memejamkan matanya, entah sudah berapa lama sejak terakhir kali ia dapat merasa se santai ini. Liely noona, gadis favoritnya. Rasa kagum itu telah berubah menjadi sesuatu yang lebih besar, dan Haechan dapat dengan sangat yakin mengatakan jika Liely noona terasa seperti rumah baginya untuk berpulang.
"Apa Liely noona tidak menyukaiku?"
"Hey apa maksudmu"
Gerakan tangannya terhenti, Lisa hanya menatap permukaan kertasnya yang berisi rumus. Manik Haechan masih terpejam seakan ia tidur, namun pemuda itu melanjutkan kalimatnya.
"Kalau aku, aku sangat menyukai Liely noona"
Lisa tidak tahu, harus bersikap seperti apa saat ini. Ia menunduk, dan manik Haechan terbuka detik itu. Keduanya saling bertatapan, namun tak ada kata yang terucap. Padahal ia mengenakan masker, namun entah bagaimana Lisa dapat melihat manik pemuda itu sedang tersenyum padanya.
Manik bulat yang Indah dan bening, begitu jernih dan mempesona.
"Chan...."
"Aku menyukai Liely noona, kupikir awalnya itu hanya rasa kagum, hehehe..."
Ia menghela nafas, Haechan bangkit dan menatap Lisa. Wajahnya memerah, tapi Lisa masih kebingungan. Jujur saja, ia benar-benar tidak tahu bagaimana untuk bersikap. Lisa adalah manusia yang datar dan lempeng, dia bahkan belum pernah berkencan. Jadi mendapatkan pengakuan perasaan dari teman masa kecilnya yang kebetulan menjadi seorang idol kelas atas ini menjadi sesuatu yang cukup mengejutkan baginya.
"Jujur saja, aku tak tahu harus mengatakan apa"
"Pfft..."
Haechan terkekeh, namun kembali menatap Lisa dengan sorot yang sama. Tatapan penuh pemujaan, akan sosok gadis cantik dihadapannya.
"Ya, ya, itu memang Liely noona yang kukenal"
Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, lalu terkekeh lagi.
"Tapi aku serius ketika kukatakan aku menyukai Liely noona, untuk yang ketiga kalinya". Ia bahkan menghitungnya, pemuda itu tersenyum. "Jujur saja selama ini aku mencari noona, sejak keindahanku kita tak pernah lagi bertemu. Dan seperti takdir, kita bertemu di acara fansign waktu itu"
"Karena temanku penggemar kalian"
"Apapun itu, tetap saja. Itu adalah sebuah keberuntungan, berkah yang harus ku syukuri"
Wajahnya memerah, Lisa tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Sejak kapan Haechan menjadi begitu pandai berbicara? Apakah pekerjaanya sebagai seorang idol berpengaruh besar?
"Aku sedang mengungkapkan perasaanku, dan kuharap noona bisa melihatku sebagai seorang lelaki sekarang. Bukan Lee Donghyuck, si bocah dari masa kecil noona. Tapi sebagai seorang Haechan Lee, pemuda yang mencintai noona"
Ia tersentak, Haechan meraih jemarinya. Ini terlalu mendadak, dan Lisa kebingungan. Ia tak tahu harus mengatakan apa, otaknya ngeblank.
"Seperti yang kukatakan sebelumnya, mulai saat ini aku yang akan melindungi Liely noona"
Senyumnya merekah, meskipun terhalang masker namun Lisa berani jamin jika senyuman pemuda itu pastilah sangat Indah. Seperti ada tetesan madu yang keluar dari matanya, Lisa tersenyum hangat.
Yah, setidaknya segalanya baik-baik saja untuk saat ini.
Kuharap.
Karena, tanpa sepengetahuan keduanya, ada sebuah lensa kamera yang diarahkan pada keduanya. Mengambil beberapa jepretan gambar, bahkan mengambil fokus pada kedua tangan Haechan yang meremat lembut jemari Lisa di atas meja.
Gadis yang mengambil gambar itu tampak kesal, ia menggeram menahan amarah.
•
•
Tbc
•
•
Sorry if it's too short, lagi sibuk streaming Lalisa :')
©lucid
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vie Est Belle [Discontinued]
Fanfiction"Mulai saat ini aku yang akan melindungi Liely noona!" "Ya, ya, setidaknya kau harus tumbuh lebih tinggi dariku dulu" Bagi Lisa kalimat itu hanyalah bualan belaka dari seorang bocah yang bahkan terlalu lemah untuk melindungi permennya dari anak lain...