Waktu yang telah ditentukan untuk janji temu mereka adalah pukul 10 pagi, terlalu awal untuk sebuah kencan bukan? Haechan pun cukup terkejut, namun ia tetap mengiyakannya. Bagaimanapun ini mungkin saja menjadi waktu luang terakhir yang mereka miliki untuk berkencan, karena kedepannya ada begitu banyak hal-hal yang harus mereka lakukan.
Haechan akan sangat sibuk dengan debut Amerika mereka, dan Liely noonanya akan berfokus pada dunia universitasnya. Jadi ia sudah memutuskan, selagi ada waktu mereka akan menikmati kebersamaan ini sebelum harus kembali terpisah kedalam dunia masing-masing.
Dan kali ini, ia bersumpah untuk tak melakukan kesalahan. Haechan menggunakan penyamaran sempurna, namun dengan mengenakan pakaian sederhana yang cukup umum digunakan. Mereka mengatur janji temu di depan pintu keluar stasiun kereta, letaknya berada di tengah-tengah antara rumah Haechan dan sang kekasih.
"Chan!"
Secepat itu suara sang gadis menggema, secepat itu pula Haechan menoleh padanya. Dan ia dibuat terkejut oleh penampilan baru sang kekasih, seingatnya terakhir kali surai sang gadis masih sepinggang dan berwarna cokelat.
Namun kini, surainya di pangkas sebahu dan berwarna hitam kelam. Aura mahasiswinya menguar kental, Haechan sampai tak berkutik dibuatnya. Gadis itu tersenyum cerah dan melambaikan tangannya riang, sementara Haechan terdiam membatu. Ia bahkan meraih jemarinya lebih dulu, menautkan keduanya dan menarik sang pemuda guna memasuki stasiun.Mereka akan bepergian dan Haechan tak tahu tujuannya, namun ia takkan menolak. Sebaliknya, Haechan mengeratkan genggaman keduanya dan menatap sang terkasih dengan penuh damba. Kekasihnya memang selalu cantik, namun untuk hari ini entah kenapa Liely noonanya terlihat sangat-sangat jauh lebih cantik dari hari-hari sebelumnya.
Entah karena ini pertemuan pertama mereka setelah sekian lama, atau Liely noonanya memang menjadi semakin cantik selama beberapa waktu ini.
"Saranghae"
"Hm?"
Gadis itu menoleh tatkala mendengar kalimat Haechan yang tersamarkan oleh suara kondektur, saat ini mereka memang telah memasuki kereta. Manik pemuda dibalik masker hitamnya itu membentuk bulan sabit, menandakan ia tersenyum dengan lebar. Ia menggeleng pelan, mendekatkan wajahnya pada sang kekasih dan berujar dengan sangat lembut.
"I said, saranghae Liely noona. Get it?"
Blush
Yang diperlakukan seperti itu langsung blushing parah, Liely noonanya mengangguk pelan dan menunduk sembari mengulum senyuman. Haechan terlalu terus terang, untuk hatinya yang lemah dengan segala keuwuan pemuda itu. Padahal sendirinya yang memulai skinship lebih dulu, namun jika sudah sampai ke tingkatan ini dia malah salting sendiri.
Itu adalah sebuah perjalanan yang cukup panjang, dan ia masih tak tahu tujuan mereka. Liely noonanya memang membeli tiket dengan kartu Haechan atas permintaan pemuda itu, namun ia tak menanyakan lebih jauh. Meski mereka menghabiskan perjalanan dengan mengobrol, terkadang keduanya hanya akan menikmati keheningan diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vie Est Belle [Discontinued]
Fanfiction"Mulai saat ini aku yang akan melindungi Liely noona!" "Ya, ya, setidaknya kau harus tumbuh lebih tinggi dariku dulu" Bagi Lisa kalimat itu hanyalah bualan belaka dari seorang bocah yang bahkan terlalu lemah untuk melindungi permennya dari anak lain...