Selepas ujian CSAT seharusnya merupakan hari-hari yang bebas dan penuh dengan kesenangan, tentu saja karena para siswa tahun terakhir diseluruh penjuru Korea Selatan telah menuntaskan ujian penentu dari hasil pembelajaran mereka selama 12 tahun terakhir.
Ya, seharusnya.
Namun tidak bagi gadis satu ini, Lisa justru semakin menenggelamkan dirinya diantara tumpukan buku di perpustakaan kota. Ia memiliki hasil ujian CSAT yang mengesankan, tentu saja orangtua dan adiknya sangat bangga. Jangan lupakan Haechan yang ikut menyelamati dirinya diselubungi acara radionya.
Ia telah lulus menjadi calon peserta ujian pendaftaran di Queen Mary University of London, dan jadwal testnya kurang dari seminggu lagi. Tentu saja ia hanya akan mengikuti ujian secara online, meski begitu Lisa terus bekerja keras untuk ujian pendaftarannya nanti. Jika dapat, ia ingin mengejar beasiswa yang ditawarkan melalui program yang rutin diselenggarakan oleh menteri pendidikan.
Tentu saja ini tidak mudah, namun ia tetap ingin berusaha meski terlihat cukup mustahil.
Gerakan tangannya terhenti tatkala sang gadis tengah mengerjakan persoalan terkait anatomi tubuh manusia, pikirannya tiba-tiba melambung pada sosok sang kekasih. Jika, hanya jika ia mendapatkan beasiswa dan kesempatan ini, bagaimana hubungannya dengan Haechan?
Bukankah itu artinya ia harus meninggalkan Haechan?
Genggaman tangannya mengerat hingga buku-buku jari yang menggenggam ballpoint nya memerah. Ia menghela nafas, mendesah lelah. Ia belum memikirkan hal itu, bahkan meminta izin pada kedua orangtuanya pun belum. Ia hanya melakukan semuanya sendirian, bagaimanapun ia cukup pesimis jika dapat lulus disana.
Ting!
Denting pesan singkat, ia hanya menebak dan ternyata benar.
Pesan dari Haechan, ia mempertanyakan waktu luangnya. Untuk beberapa alasan, Lisa memutuskan untuk menelfonnya langsung. Panggilannya baru terhubung dan langsung di angkat, sepertinya Haechan memang sedang senggang.
'Aku terkejut, seorang Liely nooja menelfonku! Wow!'
Gadis itu terkekeh pelan, wajar saja jika Haechan begitu hiperbolis. Bagaimanapun ia memang sangat jarang bahkan hampir tak pernah menghubungi pemuda itu lebih dulu, jadi Haechan selalu menjadi sosok yang mengambil langkah awal. Bukannya gengsi atau apa, ia tahu kesibukan kekasihnya sehingga sang gadis merasa serba salah. Takut jika inisiatif menghubungi duluan waktunya tak tepat, atau Haechan sedang berada di tempat yang tak memungkinkan untuk menerima panggilan.
"Hey Chan-ah, ayo bertemu"
'Sungguh?? Kapan? Dimana?? Aku akan mengatur waktu!!!'
Ia tampak berpikir sejenak, mungkin mencocokkan waktu ujiannya.
"Sesuaikan saja dengan jadwalmu, tapi jangan minggu ini. Okay?"
'Kau tahu? Aku khawatir'
Keningnya mengernyit, namun gadis itu tetap tersenyum. Ia terkekeh, seakan mendengar gurauan dari sang kekasih.
"Apa yang kau khawatirkan? Penggemar? Apa kita bertemu dirumahku saja?"
'Tidak! Tidak!'
Haechan langsung berseru kencang, mengejutkannya. Pemuda itu meralat kalimatnya dengan cepat.
'Maksudku, aku ingin membuat ini istimewa. Liely noona ku baru saja melalui ujian CSAT yang sulit, kita harus bertemu di tempat yang cantik dan mewah. Aku akan mengatur sebuah makan malam romantis untuk kita berdua, akan kukirimkan waktu dan alamatnya nanti!'
"Tapi chanㅡ"
'Tak ada bantahan, cukup katakan gomawo chagiya~ ehe...'
Entah ini terjadi setelah jadwal ujian atau ini hanya perasaannya, akhir-akhir ini waktu berjalan cepat seperti sebuah batu yang menggelinding dari ketinggian. Kemudian, hari ujian tiba begitu saja. Lisa memilih perpustakaan umum yang berubah sepi setelah musim ujian CSAT, dengan koneksi internet yang stabil dan sebotol air mineral bersama vitamin.
Satu soal hanya memiliki waktu yang terbatas, dan sejujurnya Lisa benar-benar bekerja keras. Ruangan ini sejuk dan ber-ac, namun lihatlah wajah bersimbah keringat itu. Tangannya sampai memerah, hingga waktu ujian berakhir ia bernafas lega sambil menenggelamkan kepalanya di meja.
"Ini melelahkan, sumpah... Ujian itu menyebalkan"
"Lisa?!"
Eh
Wajahnya masih terbenam diantara lipatan tangan sang gadis di atas meja, namun ia dapat mengenali dengan baik si pemilik suara meskipun tak melihatnya. Tentu saja, pemilik suara itu langsung menggeser kursi disisinya dan menempatinya.
"Uh... Well, halo, Somi-ya"
Akhirnya ia mengangkat wajah dan tersenyum canggung, meneguk minuman vitamin c nya dan mencoba membereskan bukunya di atas meja.
"Jadi, jelaskan padaku ada apa ini"
"Seperti biasa, well... Rindu belajar?"
"Jangan konyol"
Tangannya bergerak cepat namun Somi lebih dulu memutar layar laptopnya sebelum Lisa berhasil menutupnya. Saat itulah ia menemukan formulir pendaftaran, dengan hasil ujian yang keluar secara instan. Lisa berhasil merebut laptop dan menutupnya, namun ekspresi Somi bahkan masih sama.
"Apa yang kau lakukan di perpustakaan Som?"
"Kau mendaftar ke Queen Mary University of London?!"
"Coba lihat buku yang kau bawa, uhh.... Gaya gravitasi bumi dan tekanan massa matahari? Buku yang Bagus"
"KAU AKAN PERGI?! KAPAN????"
Percuma, meski mencoba mengalihkan percakapan Somi tetap saja mendapatkannya. Ia menghela nafas, membuka kembali layar laptopnya dan menemukan sebuah pesan berupa formulir pendaftaran. Oh wow, Bagus. Itu artinya, dia lulus. Somi benar, sekarang Lisa jadi bimbang.
"Aku... Entahlah"
"INI GILA!!! KEREN SEKALI!!! Tunggu, apa orangtuamu tau?, Junkyu? Haechan?"
Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, Lisa terkekeh.
"Sejujurnya tidak, tak ada yang tahu. Lagipula aku baru lulus tahapan kedua, masih harus mendaftar ke universitas dan mendaftarkan diri untuk beasiswa yang disediakan pemerintah"
"Tetap saja, itu keren!!!"
Ekspresi wajahnya yang ceria tiba-tiba berubah merengut, Somi tampak kesal.
"Kau benar-benar bekerja keras, padahal kita baru saja bebas dari CSAT tapi kau malah kembali menenggelamkan dirimu diantara tumpukan buku ini dan menyibukkan diri dengan ujian yang menyebalkan. Eew~"
Ia hanya terkekeh, meskipun dekat pribadinya dan Somi memang jauh berbeda sih. Lihatlah, jika Lisa datang kesini untuk belajar dan ujian, Somi justru kesini untuk membeli buku yang pernah disebut Mark di siaran live nya. Katanya Mark suka buku itu, namun belum kesampaian untuk mencarinya. Jadi Somi akan menghadiahkannya pada idolanya itu nanti.
Oh iya, tentang Haechan... Ia pikir mungkin dirinya akan mengabari Haechan nanti. Entah saat makan malam, atau mungkin setelahnya..
Jemari sang gadis masih menari di atas keyboard, mengisi formulir pendaftaran universitas dan pengajuan beasiswa disaat yang bersamaan. Kemudian, keduanya dikirim bersamaan dengan getaran ponsel yang mengejutkannya.
Sebuah panggilan masuk, dari nomor baru yang tak dikenalinya.
•
•
Tbc
•
•
Sorry ga punya banyak waktu luang!!!
©Lucid
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vie Est Belle [Discontinued]
Fanfiction"Mulai saat ini aku yang akan melindungi Liely noona!" "Ya, ya, setidaknya kau harus tumbuh lebih tinggi dariku dulu" Bagi Lisa kalimat itu hanyalah bualan belaka dari seorang bocah yang bahkan terlalu lemah untuk melindungi permennya dari anak lain...