"Sayang, kau kenapa?"
"Uh? Hehe... Nothing, mom"
Bohong, orangtua mana yang tak mengenali anaknya sendiri? Sudah jelas sang mama menangkap gelagat aneh putrinya, ini bukan dia yang biasanya. Mengaduk-aduk makanan kesukaannya tanpa minat dan melamun? Tidak, itu jelas bukan karakter putrinya sekali.
Apa yang dipikirkan olehnya saat ini, tentu saja itu tentang study nya. Lama ia terdiam, menerima tatapan penuh tanya sang mama dan papa ㅡyang kini ikut menghentikan kegiatan makannya. Berbeda dengan adiknya Junkyu yang terus melanjutkan makannya dengan semangat, kedua orangtuanya menatap Lisa tanpa spasi.
Pada akhirnya ia mengalah, Lisa meneguk air mineralnya dan menghela nafas.
"Mama tau impianku kan?"
Wanita paruh baya itu tersenyum hangat, ia mengangguk pelan sembari mengisi kembali gelas air sang Putri. Dirinya kembali menghela nafas, kali ini permata bambinya teralih pada sang papa. Gadis itu terlihat sedikit ragu, sebelum akhirnya mendorong sisa keberaniannya pada garis batas mentalitasnya.
"Pa, bagaimana jika aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahku ke luar negeri?"
"Pfffttt...."
Suara adiknya yang menahan tawa mengundang tatapan mata ketiga orang yang lebih dewasa darinya, Junkyu mencebikkan bibir sambil menatap kakaknya sanksi. Seakan tak merasa menjadi pusat perhatian, ia mencibir sang kakak dengan ekspresi tak percaya.
"Jangan bercanda, mustahil noona melakukannya. Jika baru ingin mendaftar sebaiknya diurungkan saja, kau akan kecewa!"
Dan setelahnya Junkyu melanjutkan makannya sembari bersenandung ringan, tak merasa bersalah sama sekali meski ekspresi Lisa justru terlihat sebal. Si bungsu bandel yang selalu meremehkannya, ia berdecak sebelum bangkit dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Lisa, wait!"
"Jangan dengarkan adikmu sayang, hey, kembali dan habiskan makananmu!"
"Nah kan, baru kubilang sudah ngambek. Bagaimana kalau benar-benar gagal?"
"Junkyu!"
Putra bungsu keluarga Kim hanya meleletkan lidah, tak peduli meski ibunya sudah siap mengomeli anak itu. Namun percakapan mereka terputus ketika suara anak tangga kembali terdengar, oh itu Lisa yang kembali dari kamarnya. Niat Junkyu siap kembali mengganggu kakaknya, namun sesuatu yang dibawa sang kakak membuat anak itu bungkam.
"Hasil ujian CSAT ku sudah keluar, dan aku diterima di Queen Mary University of London. Schedule nya bahkan sudah keluar, dan aku diminta untuk melakukan konfirmasi. Setelahnya mereka akan mengatur berkasku, transportasi dan akomodasi. Jika aku setuju, paling lambat dua minggu dari sekarang aku sudah harus terbang ke Inggris"
Klontang
Sumpit Junkyu berbunyi nyaring tatkala menghantam permukaan lantai, sementara mamanya yang terkejut langsung bangkit dari duduknya. Ia mengambil print out yang diletakkan sang Putri di atas meja, maniknya berair ketika membaca setiap kalimat yang tertera disana.
"Oh my gosh... Lalisa... Putriku..."
Wanita itu gagal membendung air matanya, ia langsung menarik Lisa yang tersenyum lebar kedalam pelukannya. Mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan di universitas bergengsi, orang tua mana yang tak bangga? Papanya bahkan tak mengatakan apapun, ia hanya membuka kedua tangannya dan memeluk kedua wanita yang dicintainya dengan bangga.
Oke, mari kita lupakan Junkyu dengan ekspresi bodohnya.
Sekarang, kembali pada Lalisa yang berkutat di depan komputernya dengan semangkuk camilan. Ia sudah menentukan pilihan, jalan yang akan membawa kebahagiaan pada kedua orangtuanya juga dirinya. Ya, tentu saja ia tak boleh egois. Mereka benar, perjalanan masih terlalu panjang, ada mimpi-mimpi yang harus ia kejar.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vie Est Belle [Discontinued]
Fanfiction"Mulai saat ini aku yang akan melindungi Liely noona!" "Ya, ya, setidaknya kau harus tumbuh lebih tinggi dariku dulu" Bagi Lisa kalimat itu hanyalah bualan belaka dari seorang bocah yang bahkan terlalu lemah untuk melindungi permennya dari anak lain...