Julian menatap Sania datar yang tengah menyuapinya makan siang. Sebenarnya hal itu sudah sering terjadi sejak mereka pacaran 3 tahun lamanya. Namun, entah kenapa baru kali ini Julian merasa tak nyaman.
"San, mulai besok kamu nggak usah kaya gini. Kayaknya aku nggak bisa nerima semua perhatian ini lagi."
"Kamu minta aku menjauh?"
"Bukan gitu..."
"Oke aku akan pergi setelah ini. Aku akan pergi sejauh mungkin, sampai kamu nggak akan nemuin aku lagi." Ujarnya berkaca-kaca.... lalu beranjak berdiri. Sebelum ia berhasil melangkah pergi, Julian menariknya untuk kembali duduk.
Julian bisa saja mengabaikannya, namun rasa sayang dan khawatir jika Sania melakukan hal buruk membuatnya tak tega. Julian tahu betul jika Sania memiliki penyakit depresi yang bisa membuatnya nekat.
"Biarin aku pergi."
"Asal kamu janji jangan lakuin hal buruk."
"Kamu yang suruh aku pergi kan? Pergi berarti mati!" Sentak Sania tajam.
"Kenapa kamu seperti ini sekarang?" Julian memeluknya erat dan Sania mulai menangis. Sania kesal sekali dengan perkataan Julian barusan. Apa Julian lebih mencintai Caren daripadanya? Sania tidak akan membiarkan hal itu.
"Kamu segalanya bagiku Julian. Aku cinta kamu, kamu tau itu kan? Kamu tahu usahaku, aku selalu support kesembuhan kamu! Aku bahkan nggak pernah berpikir buat ninggalin kamu!"
"Maaf aku udah hianatin kamu, Sania. Tapi jangan salahin Caren, dia nggak tau apa-apa. Aku yang terima perjodohan kita."
"Kamu bersama Caren, hanya karena dia obat buat kesembuhan kamu kan sekarang?"
"Bukan seperti itu... "
"Kamu cinta dia?"
"Belum." Jawab Julian jujur.
Sania perlahan naik kepangkuan Julian lalu memagut bibirnya. "Kamu masih mencintaiku kan Jul?" Bisiknya sensual.
Julian hanya diam memandangi Sania. Ia mengusap rambutnya sambil memasang wajah datar. Julian takut untuk menjawab. Memang masih sayang, tapi Caren juga ada di hatinya saat ini. Julian masih buta dengan perasaanya.
"Jalani aja dulu Julian. Biarkan hati kamu yang memilih secara perlahan." Bisik Sania lagi, lalu mulai mencium dada bidang pria itu dari balik kemejanya.
Julian berpikir bahwa perkataan Sania ada benarnya. Perlahan saja, Julian akan meyakinkan hatinya terlebih dulu. Meyakinkan untuk siapa perasaan cintanya saat ini.
Ciuman Sania semakin panas. Julian sedikit terbakar gairah ketika Sania menggesekkan milik mereka dengan sangat perlahan di bawah sana.
Menyadari ada seseorang di ambang pintu, Sania mendesah kencang dengan sengaja.
"Pikirkan Caren, kamu bisa mencobanya Julian. Siapa tahu berhasil. Dia adalah obatmu bukan?" Desah Sania.
Terbawa suasana, Julian mulai memikirkan istrinya. Memikirkan betapa panasnya Caren saat diatas ranjang. Dengan cepat iapun membalik posisi Sania menjadi di bawahnya, lalu menciuminya dengan menggebu dan mulai memimpin permainan.
Caren yang baru saja akan masuk keruangan mengurungkan niat, dan kembali menutup pintu dengan badan bergetar. Jadi itu yang Julian lakukan di belakangnya? Jadi dia hanyalah objek fantasinya saja selama ini? Objek untuk kesembuhan Julian saja?
Caren meninggalkan makanan yang ia masak untuk Julian disamping tempat sampah. Seharusnya ia tidak menangis. Seharusnya ia tidak perlu kekantor. Seharusnya ia tidak melibatkan perasaan dalam pernikahan bisnis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomanceFull chap! Berawal dari hutang dan perjodohan sepihak dari orangtua, Caren terpaksa harus menikah dan tinggal dengan Julian. Pria yang ternyata adalah seorang gay, demi melunasi hutang keluarga dan menutupi aib putra konglomerat itu. Namun ternya...