7 Caren x Sania

4K 440 67
                                    

Julian membuat Caren duduk didekatnya dan mendekapnya, ketika Valdo dan Brandon terus saja bertanya hal bodoh yang membuat Caren bulshing. Sudah begitu, Caren menjawabnya dengan sangat jujur dan transparan. Kenapa istrinya harus polos dan sejujur itu?

"Jadi sudah 20 kali kalian bercinta dalam 3 hari?" Tanya Brandon iseng.

"Wahhhh, keponakanku sepertinya akan segera lahir." Valdo menyahut dengan wajah menggodanya.

"Tadi pagi ngelakuin nggak?"

"Di dapur... "

"Sshhhhhhh, diem!" Julian menatuh telunjuknya di bibir Caren. "Kalian berdua kepo banget. Itu kan rahasia kita." Julian mengecup Caren sekilas sebagai tanda peringatan, agar wanita itu benar-benar tak lagi menanggapi Valdo maupun Brandon.

"Selagi kalian bukan pasangan selingkuh ya biasa aja kali. Kecuali lo selingkuh, baru di tutup-tutupi! Ujar Valdo sambil menoyor kepala Julian dengan sangat keras. Julian menelan ludahnya gusar. Apa kejadian kemarin malam bersama Sania termasuk berselingkuh?

"Kamu tidak akan melakukannya kan?" Tanya Caren antusias.

"Apa?"

"Berselingkuh?"

"Nggak lah." Jawab Julian sigap. Namun sejujurnya ia sedang menyembunyikan kegugupan.

Valdo dan Brandon langsung mengalihkan pembicaraan agar tak terlalu tegang. Mereka mengerti jika Julian takut kejadian di bar diketahui oleh Caren. Keduanya tahu tentang Sania.

"Oh iya kontrak dengan perusahaan Dayhee Company bagaimana? Dia perusaan make up yang cukup terkenal bukan? Bagaimana..... " Valdo menyerang Julian dengan berbagai pertanyaan.

"Ohhh, aku sudah mendapatkan kontraknya...." Jawab Julian panjang lebar. Dan pada akhirnya ketiga pria itu membahas bisnis. Caren diam saja karena ia tidak mengerti tentang hal-hal seperti itu.

Hingga... sebuah suara yang tak asing terdengar.

"Hai!" Ujar seorang wanita yang tiba-tiba datang ditengah-tengah mereka. Sania datang bersama Tiger dengan dandanan super cantiknya.

Caren menelan ludah dalam-dalam. Ia bertanya-tanya apakah itu yang bernama Sania? Dia seperti upik abu jika dibandingkan denganya. Tahu ada Sania, maka dia juga akan berdandan secantik mungkin hari ini.

Suasana pun menjadi canggung. Termasuk Julian yang melihat Caren merasa tak nyaman dengan kedatangan Sania.

"Sorry gue ajak Sania." Ujar Tiger santai.

"Kalian lagi ngomongin bisnis kan? Ayo lanjut aja. Aku denger Valdo ngambil proyek.... " Tanya Sania panjang lebar. Daripada suasana semakin canggung, merekapun kembali membicarakan proyek dan bisnis.

Caren lagi-lagi diam karena dia tidak mengerti. Ayahnya tidak pernah menuntutnya untuk berbisnis jika ia tidak suka. Dan Caren memang tidak suka. Tapi melihat Sania sangat jago, Caren jadi ingin belajar. Apa wanita karir dan pintar seperti Sania yang Julian inginkan?

"Kenapa istri kamu diam saja? Dia putri dari Delton Group kan? Tanya Sania sinis. "Bukankah kamu anak satu-satunya? Jadi kamu yang akan menjadi penerus? Aku dengar papamu mau launching tas terbaru?" Tanya Sania yang kini ditujukan kepada Caren.

Padahal Sania tahu Caren tidak tahu apa-apa. Sania hanya ingin mempermalukannya.

Disaat Julian baru saja akan angkat bicara, Caren lebih dulu menjawab.

"Aku tidak mengerti soal bisnis. Dulu aku sekolah design dan melukis, karena aku suka. Jadi yang bisa aku bantu ke papa ya... hanya hasil design. Tas yang mau launching hasil gambaranku setahun lalu."

"Wow, aku baru tahu masalah ini. Jadi semua design perusahaan hasil karyamu?" Valdo sebagai pendukung Caren kelas berat langsung menyambar.

"Iyaa, kata papa perusahaan dibuat untuk merealisasikan hasil designku. Jadi terkadang aku seperti melihat museum karyaku, setiap melihat product perusahaan. Semenjak mama meninggal hanya melukis dan menggambar kegiatanku. Tidak ada hal lain. Kadang kalau bosan aku masak, dan pada akhirnya tidak ada yang makan karena papa jarang dirumah."

"Tapi sebagai wanita kamu harus pandai berkarir, bukan hanya memasak. Kalau papamu meninggal siapa yang kamu andalkan? Jadi wanita harus cerdas, jangan menjadi bodoh yang bisanya hanya menggambar dan masak. Itu kerjaan pembantu." Ujar Sania dengan nada halus yang cenderung menyindir.

"Kalau papanya meninggal aku yang meneruskan perusahaannya. Kamu lupa jika Caren sudah menikah? Dia punya suami sekarang. Kamu pikir aku tidak sanggup membiayainya?"

Semua pandangan terarah kepada Julian sekarang. Termasuk Caren yang tak menyangka jika Julian akan membantunya menjawab pertanyaan sulit itu.

Tapi berkat kata-kata Sania ia sadar, bahwa selama ini dia memang hanya bisa merepotkan ayahnya. Bahkan ayahnya bangkrut saja ia tidak tahu apa penyebabnya. Ayahnya berjuang sendirian. Dia memang tidak berguna.

"Sudah kenyang?" Tanya Julian kepada Caren yang saat ini hanya mengangguk. Padahal Julian tahu Caren belum makan sedikitpun.

"Aku lebih suka masakanmu. Ayo pergi, kita makan di villa saja." Julian menggandeng Caren pergi darisana. Julian tahu Sania marah karena Caren menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Tetapi Caren tidak tahu apa-apa. Caren tidak pantas dipermalukan.

"Aku mau kamu menemuiku lagi malam ini Julian. Seperti kemarin." Teriak Sania sengaja. Ia tak bisa mengontrol emosinya karena cemburu.

Namun Julian tidak menoleh dan tak menanggapi. Ia tetap berjalan lurus seraya membawa Caren segera pergi dari sana.

Caren sudah menduga ini akan terjadi. Mareka hanya partner. Meski Julian sudah meresmikan hubungan mereka, tetap saja mereka menikah hanya karena perjodohan dan uang. Hubungan mereka hanya sebuah keterpaksaan.

"Kamu jangan salah paham... "

"Kamu mau makan apa? Dimasakin apa? Aku masih lapar sekali." Potong Caren sudah terlihat ceria seperti biasanya. Padahal jauh di lubuk hatinya ia ingin menangis sekencang mungkin. Tapi sandiwara ini sudah biasa terjadi.

Caren juga sering bersikap biasa didepan ayahnya, meski ia merasa tak suka jika ayahnya selalu meninggalkannya sendirian. Jadi untuk Caren, berpura-pura baik-baik saja adalah kemampuan terhebatnya.

"Hmmm, apa aja."

"Ayam goreng?"

"Boleh juga."

"Okey!" Seru Caren seraya menariknya, untuk segera berjalan menghampiri mobil.

"Kita masih seminggu lagi disini, tapi aku rasanya bosan. Bolehkan kita segera pulang?" Tanya Caren.

"Malam ini?"

"Iya, aku kangen papa."

"Okey, sesuai kemauanmu. Habis makan kita packing."

"Makasih." Jawab Caren.

Julian frustasi melihat sikap Caren yang sulit sekali ditebak. Julian tahu Caren sedih, tapi kenapa rautnya begitu bahagia dan tampak baik-baik saja?

Julian pun menarik Caren kedekapannya sambil menyetir. "Jangan dengarkan Sania."

"Dia benar, aku memang wanita bodoh yang bisanya hanya menggambar. Hanya papa yang selalu merasa bangga padaku." Caren menjawabnya dengan santai. Tak terlihat sekali nada sedih dalam kata-katanya. Ia sangat pandai menguasai emosinya.

"Maaf malam itu aku emang menemuinya. Tapi itu jebakan... "

"Julian sudahlah, kita hanya partner. Aku mengerti. Kamu bilang akan melepasku jika ada pria yang tepat kan? Maka aku juga akan melepasmu jika ada wanita yang tepat."

"Caren... "

"Jangan merasa terbebani karena kita sudah bercinta. Kita suami-isteri saat ini. Itu wajar, benar kan? Kelak kalau kamu menemukan orang yang pas dan sembuh, kamu bisa melepasku. Bukankah begitu kurang lebih perjanjian awal kita?"

Julian hanya diam, tak mampu berkata-kata.

*****

Maaf aku ganti judul buat ceritanya, agak gimana gitu kalau judulnya gay wkwkwkwk

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang