Bab 6 - Penasaran.

18.4K 2.7K 183
                                    

Penasaran : Sangat ingin mengetahui sesuatu hal--atau kebenaran.
*****
Direct-Love?
Bab 6
*****

Jati diam-diam mengumpati dirinya sendiri. Hari ini, dia telah melakukan kesalahan besar; membiarkan Aruna tahu sisi lain dirinya yang terlewat antusias hanya karena sate ayam. Sedangkan, yang terjadi selanjutnya semakin aneh dirasa Jati, karena ketika mendengar Boston dari mulut gadis itu, mendadak mood-nya makin anjlok. Tidak seharusnya dia bersikap terlalu akrab pada Aruna, sebelum dia mengetahui kenyataan yang sesungguhnya. Arjuna, Arjuna, Arjuna. Nama itu berulangkali dia rapalkan dalam hati, membantunya menguasai diri, menyadarkan hati, bahwa interaksinya dengan Aruna terjadi demi sahabatnya, demi kebenaran yang harus dia tahu, dan memberikan balasan setimpal kepada para oknum yang membuat nyawa sahabatnya melayang.

Namun, ada yang tidak Jati mengerti tentang dirinya. Begitu Aruna terlihat merasa bersalah, hingga bersifat super manis dalam acara makan malam mereka, entah kenapa Jati sama sekali tidak bisa mengabaikan gadis itu. Apalagi, seorang gadis datar seperti Aruna bisa memberikan senyuman ehem--super manis. Yang akhirnya membuat Jati menyerah, tetapi mati-matian menahan diri.

Sekarang, mereka kembali ada dalam mobil Jati. Tak seperti perjalanan sebelumnya--Jati akan memberikan beberapa pertanyaan basa-basi, kali ini pria itu memilih diam. Membiarkan lagu-lagu Kla Project terdengar jelas karena tak ada satupun yang berbicara diantara mereka. Sampai akhirnya, suara lirih Aruna membuatnya menoleh. Apa gadis ini sedang mencairkan suasana?

"Pak Jati, suka lagu Kla Project?"

Mau tidak mau Jati menjawab, "Iya. Kamu tahu mereka?"

Aruna mengangguk singkat, membuat Jati tersenyum miring.

"Benar tahu? Saya pikir perempuan seperti kamu tidak akan mengerti. Karena selera musik kamu pasti penyanyi luar negeri. Mungkin seperti Shawn Mendes? Atau malah idol group di Korea Selatan?"

Aruna memainkan jemarinya, sebelum melirik Jati yang sedang menatap lurus ke depan. "Asalkan ballad dan bukan rock saya nggak masalah mendengarkan musik dari negara manapun hanya penikmat, nggak sampai jadi fans. Seharusnya, saya yang tanya Pak Jati, sejak kapan suka Kla Project? Saya sama sekali nggak kepikiran, pria metropolitan seperti Pak Jati adalah penikmat musik legendaris Indonesia."

Jati mengendikan bahu, "Ya, mereka memang legendaris. Tetapi, saya suka mereka bukan tanpa alasan. Because of my father. Selama hidup, Bapak saya adalah fans sejati dari mereka. Semua albumnya pasti Bapak saya punya. Jadi ketika mendengar lagu-lagu mereka, saya merasakan jiwa Bapak ada bersama saya."

Lagi. Gadis itu terlihat gelisah. Sebelum akhirnya mencicit pelan, "Maaf saya nggak bermaksud membuat Pak Jati ingat--"

Dengan cepat Jati menyela, "It's okay. Sudah lama berlalu, saya sudah lama ikhlas."

Kalimat yang membuat Jati sadar, tak seharusnya dia berbicara sebanyak ini pada Aruna. Apalagi dengan hal yang menyangkut dirinya sendiri. Sial! Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada dirinya? Jati kembali mewanti-wanti dirinya untuk tidak bertingkah sesuai batas. Hingga lagu "Yogyakarta" kembali terdengar jelas, karena mereka sama-sama kembali terdiam.

"Saya benar-benar minta maaf."

Jati melirik Aruna yang sedang menunduk. Gadis itu sedang menggumamkan kata maaf berulang kali. Membuat Jati gemas sendiri. Kenapa pula Aruna harus minta maaf berulang kali? Dia tidak salah, hanya saja mereka terjebak dalam percakapan yang tidak semestinya.

"Sudah cukup, jangan minta maaf seperti itu. Kamu nggak sedang membunuh orang."

Meskipun sedang fokus mengemudi, diam-diam dia memperhatikan gerak gerik Aruna. Gadis itu terkesiap, membuat Jati waspada. Lagi, prasangkanya semakin menjadi, karena Aruna terlihat terpojok hanya dengan kata membunuh.

Direct-Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang