Bab 25 - Looks Like a Real Thing.

13.1K 2.1K 135
                                    


Looks like a real thing;
Bagaimana jika yang terjadi adalah sebuah khayalan? Sebab, ini semua terlalu terlihat nyata. Ia tak sanggup lagi jika harus berharap, lalu dijatuhkan.
*****
Direct-Love?
Bab 25
*****

Aruna tidak mengerti berada dimana sekarang. Namun, dalam pandangannya, terdapat padang bunga yang begitu luas dan indah. Gadis itu terus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru, sampai dia menemukan punggung tegap yang familiar baginya.

Tidak mungkin.

Rasa penasaran Aruna semakin tinggi, gadis itu melangkah mengikuti seseorang yang berjalan santai melewati semak-semak tinggi--yang membuat Aruna kesulitan untuk menggapainya dengan cepat. Menghilang dengan sekejap mata, membuat Aruna nyaris putus asa, namun begitu Aruna melihatnya lagi, dia berlari secepat mungkin dan memanggil namanya, "Mas Juna!"

Sosok itu--Arjuna dalam pandangannya, hanya menoleh dibalik bahu dengan seulas senyum. Ketika Aruna menggapainya, Arjuna memperlebar jarak mereka dengan melangkah menjauh.

"Mas Juna! Tunggu!"

Arjuna memandang Aruna lagi, dengan senyum menenangkan--senyum yang dulu menjadi favorit Aruna.

"Berbahagialah. Dan... maaf."

Suara Arjuna terdengar sangat lirih, namun Aruna masih bisa mendengarnya dengan baik.

Maaf?

Untuk apa?

Untuk tidak bisa menjagaku seperti janjimu?

"Maaf karena tidak bisa menerima takdir kita sehingga membuatmu menderita."

Iris Aruna membulat, apa maksudnya?

Belum sempat bertanya, sosok Arjuna mendekat, ia mengulurkan surat putih pada Aruna. "Untukmu. Carilah."

Masih terpaku, Aruna tidak menyadari jika Arjuna perlahan menjauh, pria itu tak sekalipun menoleh meski Aruna memanggilnya dengan tangisan. Ketika sosok Arjuna benar-benar menghilang, kepala Aruna terasa berat, lalu pandangannya menjadi gelap.

*****

"Nggak, jangan pergi!"

Aruna membuka mata, pertama kali yang dia lihat adalah potret seseorang yang terlihat gagah dalam balutan jas dalam bingkai yang cukup besar. Jelas, ini bukan kamarnya. Hal itu mendadak membuat Aruna panik, mengingat hal yang terjadi sebelum ini.

Dia yang menangis di hadapan Jati, lalu... pingsan.

Benar begitu, kan?

Aruna memegang dahinya yang tertempel patch penurun demam, gadis itu berdecak, merutuki dirinya sendiri, lagi-lagi dia hanya bisa merepotkan Jati, kan? Padahal Aruna masih ingat betul, jika tadi pagi Jati terlihat kacau. Namun, pria itu masih berbaik hati menampungnya dan bahkan merawatnya.

"Kamu sudah bangun? Aku dengar teriakan kamu tadi."

Aruna terkejut ketika Jati mendekat, dengan santai, pria itu merapikan rambutnya, lantas menempelkan punggung tangannya di kening Aruna.

"Sudah nggak sepanas tadi. Kalau demam, kamu suka ngigau macam-macam ya?"

Aruna hanya mengendikkan bahu. Dia memang banyak bermimpi tadi, mulai dari memeluk Bundanya, mencari-cari Jati, hingga bertemu Arjuna sampai sosok itu menghilang. Tetapi, bagaimana mungkin dia tahu dirinya sendiri mengigau?

Direct-Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang