Bab 37 - Sesal.

15.1K 2.2K 389
                                    

Sesal : Kesalahan berulang yang berawal dari bebal.
******
Direct-Love?
Bab 37
*****

"Apa? Sekarang lo mau ngrepotin gue lagi?"

Radeva berdecak pinggang, menatap sahabatnya yang terlihat kacau sembari menggelengkan kepala.

"Ganendra nggak bisa dapet info apapun. Aruna memberikan wewenangnya di perusahaan pada salah satu orang kepercayaannya yang cukup gue kenal, tapi dia nggak tahu apapun perihal menghilangnya Aruna dan sekretarisnya."

Untuk pertama kali, Radeva bisa melihat Jati yang sekacau ini. Rambut acak-acakan, kemeja kusut dalam banyak bagian, dan Radeva bahkan tak yakin, jika Jati sudah beristirahat ataupun membersihkan diri sejak kemarin.

"Mampus, siapa suruh jadi orang bebal banget? Lagian nih ya, kalau gue dikasih Tuhan jodoh macem Aruna, gue nggak akan macem-macem. Cantik, lembut, anggun seperti bidadari, mana tega gue jahatin? Eh, ada sih yang tega, sohib tolol gue sendiri!"

Menunjuk wajah Jati yang pucat dan tak lagi memiliki tenaga, Radeva sepertinya masih tidak bosan untuk mengomel. Tidak peduli pada pandangan mata Jati yang kosong, sudah terlampau putus asa karena hampir penjuru Jakarta tak sekalipun dia mendapat informasi tentang keberadaan Aruna sekarang.

"Sudah berapa kali sih, gue ngomong sama lo? Gue pikir, ketika denger dari Ganendra kalau lo lagi liburan berdua sama Aruna, lo udah yakin sepenuhnya, dan gue bakalan cepet dapet undangan, nggak tahunya bidadari surga dibuat merana. Tahu begini, gue tikung aja dari awal!"

"Sembarangan! Jangan macam-macam!"

Radeva tergelak mendengar kalimat dingin Jati, tetapi, bukannya takut, dia malah terbahak. Rasa ingin menjahili Jati semakin tinggi, kapan lagi coba, melihat Lazarus Begawaning Sejati mendadak kehilangan kecerdasan dan karismanya?

"Ya... bukan gue juga, kalau laki-laki lihat Aruna pasti adem rasanya. Lagian nih, memangnya... lo masih berani meminta? Setelah semua yang lo lakuin ke dia? Bukannya mau menjatuhkan mental lo nih ya, tapi... Aruna deserve better. Kalau ada laki-laki yang sedikit aja, lebih baik dari lo... kayaknya gue nggak bisa dukung lo lagi."

Jati mengusap wajahnya, "Gue memang brengsek. Tapi... setelah Arjuna, gue nggak bisa bayangkan jika ada laki-laki lain disisinya, selain gue."

"Ya makanya berjuang, Bro! Bukan malah santuy di apartemen gue! Lagian... lo nggak coba tanya ke kerabatnya Aruna?"

"Mereka bilang nggak tahu."

"Sahabat kek, atau teman dekat? Ya kali, Aruna kagak punya teman?"

Bahu Jati menegak, seolah mendapat oase di tengah padang gersang, Jati buru-buru berdiri, menyisakan Radeva yang menatapnya penuh tanya.

"Gue harus ke kantor sekarang!"

"Gila lo ya! Kesambet apa lagi sekarang?"

Membenahi kerah kemejanya, Jati tak menjawab kalimat yang terucap dari mulut Radeva. Mengambil tasnya dengan terburu-buru, sebelum menutup pintu apartemen Radeva, Jati berucap sekaligus memerintah, "Tugas baru buat lo, awasi istri Samothraki Raditnya Maheswara."

"Lah! Gila, lo suruh gue jadi mata-mata istri orang?"

Namun, Jati sama sekali tidak mendengar Radeva. Pria itu langsung memacu mobilnya menuju perusahaan. Dia harus bertemu Ganendra secepat mungkin untuk bertanya suatu hal yang mungkin akan jadi titik terang baginya.

Ganendra langsung bertanya, begitu Jati terlihat terburu-buru memasuki ruangannya. "Pak Jati, anda baik-baik saja?"

"Tiga bulan yang lalu, ada laporan jika Bes TV akan menjadi media partner dari ulang tahun perusahaan Alfamed Indoherbal, kan?"

Direct-Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang