Goyah : tidak bisa teguh, seolah dinding rasa sedang luruh.
*****
Direct-Love?
Bab 18
*****
Melihat foto Arjuna yang berada di sudut ruangan tempat Aruna membawanya, membuat Jati seolah tertampar. Menyadari, entah di titik mana dia berada, dan ia masih belum menemukan kebenaran yang berkaitan dengan kematian Arjuna. Andai saja, surat dari Arjuna yang dikirimkan tiga hari sebelum kematiannya tidak pernah Jati terima, andai saja Jati tidak mendengar suara Arjuna sebelum akhirnya pria itu tertimpa kecelakaan maut yang entah apa penyebabnya, Jati tidak akan merasa bersalah.Masih banyak hal ganjil yang tidak bisa Jati urai. Keluarga Arjuna yang menghilang tanpa kabar, Aruna yang sampai detik ini masih menjadi gadis yang baik, dan Toni Barata yang sudah mendekam dalam penjara. Seharusnya, jika memang Toni Barata yang menjadi otak dari penyebab kematian Arjuna, Jati merasa impas sebab lelaki itu telah mendapat ganjarannya. Tetapi, kenapa Jati merasa belum tuntas?
---Kata Bokap Aruna, sampai kapanpun, gue dan Aruna nggak akan bisa bersatu. Beliau bilang, alasannya bukan cuma karena kasta ataupun harta. Sampai sekarang, gue nggak ngerti, dan gue nggak mau menyerah. Kalaupun bisa milih, gue nggak akan jatuh cinta sama dia. Nyatanya, gue malah cinta banget sama dia. Kayaknya, gue nggak akan peduli apapun lagi, meski harus menentang takdir. Andaikan lo ada di sini, pasti lo punya saran terbaik tentang apa yang harus Arjuna Wiratama lakukan.
Surat Arjuna saat itu datang dengan sepotong kemeja sederhana. Jati tahu, harganya memang tak seberapa, biaya kirimnya pasti juga sangat mahal. Tetapi, jika sahabatnya sampai melakukan hal itu, sudah pasti Arjuna sedang putus asa. Karena mereka tidak ada di tempat yang sama, tentu Jati tidak bisa memberikan solusi secara rinci, karena Jati tidak mengetahui keadaan yang sesungguhnya. Dan Jati masih enggan membaca kalimat penutup dari pesan itu, yang seolah menjadi sarat perpisahan. Jati tidak akan melakukannya sampai semuanya jelas.
Sekarang, semuanya semakin abu-abu bagi Jati. Kecurigaan Tantra Barata, mobil asing yang kini mengikutinya, juga keputusan RUPS yang tiba-tiba sangat menguntungkan, membuatnya harus lebih hati-hati. Sibuknya Jati ketika kuliah di Boston dulu, membuatnya tidak menyimak cerita Arjuna dengan baik, jadi sekarang dia kesulitan menerka, apakah dahulu Arjuna mengalami hal yang sama sepertinya? Ataukah malah lebih berat?
Jati mengepalkan tangan di sisi tubuh, tidak bisa membayangkan jika posisi Arjuna lebih berat dari dirinya. Seberat apa kehidupan sahabatnya dibawah tekanan keluarga Barata? Apa alasan dari semuanya itu? Dan kenapa Arjuna mau-mau saja berjuang bahkan sampai nyawanya dihempas paksa? Seberapa besar Aruna berjuang balik untuk sahabatnya itu? Kenapa dari cerita Arjuna, Aruna seakan tak berjuang sama besar seperti sahabatnya itu?
Masih banyak tanya yang bersarang dalam benak Jati, penyidikan orang-orangnya selalu terhambat jika berkaitan dengan Barata. Jati pikir, jika Toni Barata berada dalam penjara, setidaknya lebih mudah mencari informasi tentang seluk beluk dari keluarga yang membuat sahabatnya menderita.
Melihat Aruna yang sudah ada dihadapannya, membuat Jati melontarkan kalimat pedas yang ada di luar nalarnya. Ingat, foto Arjuna membuatnya seolah menjadi pengkhianat sekarang. Dia telah berbagi tawa dengan Aruna, mendapat perlakuan yang cukup baik dari gadis itu, tanpa mengetahui kenyataan, bagaimana gadis ini memperlakukan sahabatnya di masa lalu.
Namun, ketika Jati melangkah meninggalkan gadis itu, tiba-tiba saja petir menggelegar dan litrik padam. Beberapa detik setelahnya, Jati merasakan sepasang tangan mungil mendekapnya dari belakang. Tanpa menebak, Jati tentu tahu, siapa pelakunya.
"Jangan pergi..." bisikan itu terdengar lirih.
Membalikan tubuh, Jati bisa melihat tubuh Aruna yang bergetar ketakutan, sorot matanya terasa menyedihkan. Aruna seolah kehilangan dunianya. Seperti gadis yang memiliki banyak beban dan menderita. Jadi, sebenarnya apa yang sebenarnya Jati lewatkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Direct-Love?
Chick-LitSejak orang-orang terkasihnya pergi meninggalkannya, Aruna merasa hatinya tak lagi ada. Ketika Ayahnya berubah dan harus bertanggung jawab atas seluruh perbuatannya, Aruna merasa tak ada artinya lagi jika hidup di dunia. Belum lagi, pemberitaan tent...