Bab 30 - Relieve.

10.9K 1.8K 90
                                    


Relieve : Meringankan lara dengan kenangan baru yang membahagiakan.
*****
Direct-Love?
Bab 30
*****

Kota Solo adalah rumah, itulah yang selalu Jati pikirkan sekalipun dia pernah menetap di berbagai penjuru dunia. Kota Solo memiliki banyak jutaan kenangan indah baginya. Tempatnya dilahirkan, tumbuh bersama orang tercinta, juga menghabiskan waktu dengan sosok panutannya. Salah satu orang yang paling dia hormati, juga dia sayangi--Bapak. Begitulah Jati menyebutnya.

Jati masih ingat betul, ketika sosok panutannya itu mengembuskan napas terakhirnya, dan hari-harinya berubah total setelah itu. Sekalipun usianya masih delapan tahun, tetapi dia masih bisa mengingat semuanya dengan jelas, ketika perlakuan berbeda dari pihak keluarga Bapak berimbas pada tumbuh kembangnya. Ini yang masih menjadi rahasia Jati sampai sekarang, rahasia yang tidak pernah dia ungkapkan pada siapapun. Jati yang masih berumur delapan tahun, melihat bagaimana Ibunya menangis diam-diam, dan kakak perempuannya bersikap sok kuat. Ironis memang, ketika harta membutakan ikatan darah. Mendengar cerita kakak perempuannya secara diam-diam, Jati tahu ketika saat itu hak mereka sebagai keluarga inti dari Bagaskara nyaris terancam. Sampai sekarang, Jati masih tidak bisa mengerti, bagaimana keluarga dari pihak Ayahnya membutakan diri jika dia dan Kakaknya saat itu masih membutuhkan banyak biaya untuk mencapai mimpi mereka? Bagaimana mereka tega melakukan hal itu? Pada akhirnya, Jati tidak bisa melakukan apapun selain menjadi anak yang penurut. Membiarkan sang ibu mengambil keputusan untuk menepi sejenak, merajut kehidupan baru.

Jati harus berterimakasih kepada Nana yang kukuh tidak ingin rumah lama mereka dijual sekalipun mereka akan mengalami kesulitan dalam keuangan. Kini, sejauh apapun dia berada, ia akan menantikan saat pulang, karena setiap sudut rumah lama mereka selalu sama. Tidak pernah diubah. Seolah membiarkan setiap kenangan bersama Bapak selalu hidup di sana.

Jati tidak bisa memungkiri, jika lukanya di masa lalu memang sangat berpengaruh untuknya. Dia tidak bisa melakukan apapun di masa itu selain bersikap menjadi anak laki-laki dan adik yang baik. Maka, ketika kematian Arjuna, sahabatnya terasa ganjil, setidaknya Jati ingin melakukan suatu hal yang berarti. Tidak mau lagi berada dalam keadaan tidak bisa melakukan apapun. Bagaimanapun, Jati tidak akan bisa tenang sampai penyebab kematian Arjuna jelas. Meskipun...

"Tolong jangan menjadi seperti Ayahku." bisikan lirih itu kembali Jati dengar.

Genggaman tangan Aruna pada tangannya semakin erat, meskipun berulang kali Jati mengusapnya demi upaya menenangkan.

"Aku percaya kamu akan menarikku sebelum hal itu terjadi."

Sungguh, Jati sangat menyayangi perempuan yang ada di sampingnya sekarang. Tetapi dia benar-benar tidak bisa melupakan keganjilan penyebab kematian Arjuna. Pada titik ini, Jati memang telah bersikap egois, dimana dia telah menyerah dengan perasaannya hingga menjadikan Aruna berada disisinya, tetapi diam-diam dia tetap bergerak untuk mengusut hal yang menjadi tujuannya sejak awal.

Ia yakin Aruna tidak terlibat, jadi untuk apa dia merasa takut?

Rumah Jati berada di pusat kota. Dekat dengan banyak pusat perbelanjaan dan juga toko buku besar seperti Gramedia. Letaknya juga sangat dekat dengan salah satu Rumah Sakit swasta dengan tipe B, dan juga hotel dengan nama unik yang kerap Kezia sebut sebagai Planet Merah. Mereka tiba dengan keadaan langit yang masih gelap. Meski begitu, ketika Pakde Bejo dan rekannya memberhentikan becak mereka, Kezia yang masih mengenakan piyama bergambar kelinci berlarian keluar menyambut mereka.

Direct-Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang