Bab 32 - Kakak, Kanselir ....

9 3 0
                                    

"Gunay di sini!!" teriak Gunay semangat saat menemukan ruangan tempat Yanli bersalin.

Dia membuka lebar pintu ruangan dan langsung berlari mendekati Addly yang sedang menggendong buntalan kecil berisi bayi.

Dimas mengikuti dari belakang, dan langsung bertanya. "Cewek atau cowok, Bang?"

"Udah pasti cewek, dong! Cantik gini," sergah Gunay sambil menoel-noel pipi lembut bayi mungil tersebut.

Yanli yang sedang terbaring di ranjang pasien menggelengkan kepalanya. "Dia cowok, Dek."

Gunay yang mendengar itu lantas membalik badan dan menghadap kakaknya. Bibirnya mengerucut. "Jadi bukan cewek? Kenapa sih kakak gak lahirin anak cewek aja? Udah terlalu banyak cowok yang mengelilingi hidup Gunay, Kak!" ujarnya dramatis.

Yanli sambil tersenyum lembut, tangannya berusaha meraih pergelangan tangan Gunay. "Gak boleh gitu, Dek."

Gunay pun langsung duduk di bangku yang terletak tepat di sebelah ranjang. Balas memegang tangan kakaknya.

"Gunay bercanda kok, Kak. Gunay seneng banget liat Kakak baik-baik aja."

Gunay menyandarkan kepalanya menyamping di ranjang tersebut, bermanja-manja dengan kakaknya sembari berkata lagi, "Udah di azanin, Kak?"

"Udah tadi."

"Udah dikasih nama belom?"

"Belum, nih. Emang Gunay ada saran nama yang bagus?"

Mendengar itu, Gunay langsung duduk tegak, matanya berbinar-binar. "Kakak izinin Gunay yang kasih nama?"

Yanli mengangguk, "Em."

"Eh gak boleh lah, kan Abang ayahnya, ya mesti abang dong yang kasih nama!" timpal Addly tak terima.

"Gapapa, kamu ngasih nama belakangnya aja," tutur Yanli mencoba mencari jalan tengah.

Gunay menjulurkan lidahnya mengejek Addly, "Haha, oke, Gunay bakal kasih dia nama 'Rayhan'!"

"Pasaran banget lo ngasih nama," cerca Dimas menanggapi, sedari tadi ia hanya duduk di sofa sudut ruangan menonton drama keluarga yang harmonis ini.

"Pasaran mata lo! Nama Rayhan tuh keren!"

"Serah lo, deh," balas Dimas tak peduli sambil mengunyah sebuah apel yang harusnya mereka berikan ke Yanli.

Yanli tersenyum sambil meraih puncak kepala anaknya yang berada di gendongan Addly, "Bagus, nama yang bagus, Rayhan," ucapnya mengelus-elus rambut tipis anaknya.

Gunay tiba-tiba berdiri, menjulurkan tangannya ke arah Addly. "Gunay yang gendong dong bang."

"Emang kamu tahu cara gendong bayi?" tanya Addly memasang tampang tak percaya.

"Ta—"

"Dia gak tau," potong Yanli sebelum Gunay benar-benar menyuarakan kebohongannya.

"Ajarin dulu dia cara gendongnya," sambungnya.

Addly mengangguk, lalu mendemonstrasikan cara benar menggendong bayi pada Gunay yang bahkan kucing saja sering hampir mati kalau sudah di tangannya.

"Dia kecil banget, Kak," kata Gunay dengan mata berbinar-binar menatap gemas bayi di gendongannya.

"Kamu juga dulu sekecil itu kok," jawab Yanli sembari memperbaiki posisi gendongan Gunay.

"Kalo lo pasti dulu gak gemesin, pasti om dulu pengen banget buang lo ke panti asuhan saking ngeselinnya," ujar Dimas sambil berdiri dari duduknya lalu mendekat ke Gunay. "Gantian, sekarang gue yang gendong."

Gunay and His Broken Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang