"Hm?" Yanli agak kebingungan dengan perkataan Gunay barusan. Walau begitu, dia tetap mengikuti dari belakang.
Sampai akhirnya dia melihat Gunay berhenti. Tepat di depan sebuah tempat bermain memancing ikan.
Dari sudut pandang Gunay, di depannya, ada seorang gadis sedang berjongkok dengan wajah berkerut sambil memegangi sebuah pancing. Di hadapannya ada kayu bercat biru yang sudah dilapisi plastik transparan berbentuk lingkaran. Di dalamnya diisi begitu banyak ikan-ikan mainan berbagai jenis.
Wajah gadis itu terlihat kesal, tampaknya dia sudah jengah sedari tadi tak mendapatkan satupun hasil tangkapan.
"Kansel ... kita main di tempat lain aja, yuk? Di sini gak asik banget, Sel ...."
Ternyata gadis yang berjongkok itu adalah Kanselir, tidak lain orang yang mengajaknya bicara sudah pasti adalah sahabatnya Yumna. Tidak disangka, rupanya kebetulan dua gadis itu juga sedang berada di pekan raya ini. Entah ini adalah keberuntungan bagi Gunay atau mungkin kesialan bagi Kanselir.
"Husst, diem, Na. Ntar ikannya kabur." Kanselir meletakkan jari telunjuknya di bibir.
Yumna, "...."
Tiba-tiba, sebuah pancing mainan seketika terlempar dari sebelah Kanselir! Langsung, sesaat setelah dilempar, satu ikan mainan langsung tertangkap di ujung pancing yang terbuat dari magnet. Ikan mainan yang didapat itu berukuran cukup besar, membuat gadis yang dari tadi lelah berjongkok agak terkaget.
"Hmm?" Kanselir terkejut dan lantas menoleh.
"Gini doang gak bisa, lemah!"
sindir seseorang yang baru saja melemparkan pancing itu dengan sombongnya. Ia ikut berjongkok di sebelah Kanselir setelah meletakkan hasil tangkapannya barusan dan mencoba mencari tangkapan lainnya."Gunay?!!"
"Apa?"
Orang sombong itu ternyata adalah Gunay. Dia menanggapi keterkejutan Kanselir dengan begitu santai tanpa menoleh.
"Ngapain ke sini?"
"Pengen main lah."
"Iya kenapa mesti ke sini?"
"Gue suka mancing ikan, emang gak boleh?"
Kedua orang itu terus saling tanya jawab sambil berjongkok, tanpa menyadari ada dua orang lain yang sedang berdiri di belakang menatap punggung keduanya.
"Kamu ... temannya Gunay juga, kan?" Yanli mencoba mengajak bicara orang di sebelahnya.
"Iya, Kak ... nama aku—"
"Tunggu-tunggu! Biar kakak coba ingat-ingat ... Oh! Yumna, kan?"
"Iya, Kak! Wah Kakak bisa ingat nama aku?"
Yanli tak menjawab, ia hanya tersenyum. Tentu saja ia ingat, ia akan mengingat segala hal yang berhubungan dengan adik kesayangannya itu. Lagipula sebelumnya, Yumna memang pernah datang ke rumahnya untuk kerja kelompok sekali.
"Heh!! Itukan tadi ikan punya gue!!!"
Tiba-tiba teriakan Kanselir mengejutkan mereka. Tak lama kemudian, mereka melihat Kanselir sudah beranjak berdiri sambil menghentakkan kakinya ke tanah dengan marah.
"Dah lah, jadi males!!"
"Helehh, gitu aja ngambek," kata Gunay dari belakangnya yang sudah ikut berdiri juga.
"Yumna, pergi, yuk."
Tangan Yumna sudah sempat ditarik Kanselir, namun tiba-tiba, dari sampingnya terdengar suara seseorang yang memanggil.
"Kanselir ...."
Mendengar namanya disebutkan dengan begitu lembutnya, ia pun menoleh ke orang di sebelah Yumna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunay and His Broken Life [END]
Fiksi RemajaHidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dar...