"Siapa?" tanya Gunay heran, merasa tak pernah bertemu dengan orang ini."Aku Mingyan! Teman sekelas kamu, Nay!"
"Minyan? Minyan ... Minyan ...." Gunay mengulang-ulang nama itu mencoba mengingatnya.
"Gue gak inget punya temen yang namanya Minyan," ujarnya polos
Gadis bernama Mingyan itu tersenyum canggung, kemudian menjawab dengan canggung pula.
"Eum ... iya ... aku ... murid baru di kelas kamu."
Dih, padahal kan udah seminggu gue sekelas ama dia, masa iya gak ingat. Untung ganteng, batin Mingyan.
Sebenarnya keadaan ini agak memalukan baginya. Tapi bagaimana pun, dia masih mencoba bersikap ramah.
"Ohh, jadi lo murid baru? Maaf, gue emang kurang peka sama sekitar, eh tapi, lo tau nama gue dari mana?" tanya Gunay.
Beberapa saat Mingyan terdiam, mencoba mencari alasan yang tepat untuk disampaikan. Rasanya tak mungkin jika dia mengatakan kalau dia tahu nama Gunay dari Mirza yang tampaknya dimusuhi Gunay.
"Kan bu guru sering menegur kamu di kelas," kata Mingyan mencoba terlihat netral.
"Oh? Hehehehe." Mendengar hal memalukan itu, Gunay hanya nyengir bodoh.
"Temannya Gunay, ya?" tanya Yanli yang muncul dari belakang Gunay.
Mingyan tersenyum, mengangguk sambil berkata pelan, "Iya, Kak."
Lalu dia meneruskan, "Kakak ... Kak Yanli, kan?"Tanpa berpikir, ia mengeluarkan begitu saja pertanyaan tersebut membuat orang yang ditanyai merasa heran. Bukan orang yang ditanyai yang terheran, tetapi Gunay.
"Lo tau nama kakak gue dari mana?"
Mampus! Mingyan merasa benar-benar bodoh saat ini, padahal dia hanya mencoba terlihat ramah di hadapan Gunay dan kakaknya, tapi tindakannya malah menimbulkan kecurigaan pihak lain.
"Engg ..."
"Apa dia cewe yang sering kamu ceritain ke kakak, Nay?"
Menyadari kecanggungan gadis itu, Yanli mencoba mengalihkan Gunay dengan menanyakan pertanyaan lain. Padahal Yanli sendiri sudah tahu bahwa Gunay sudah pasti akan memberi jawaban 'tidak'.
"Gak, Kak, bukan dia, Gunay aja baru ini tahu namanya dia."
Kenapa Yanli malah semakin memperburuk keadaan? Malah membuat gadis cantik itu makin merasa canggung saja. Yanli pun hanya diam tak menjawab. Tebakannya benar.
"Ngomong-ngomong, lo ngapain di sini?" Gunay kini beralih lagi ke gadis itu, mengganti pertanyaannya.
Akhirnya Mingyan bisa bernapas lega kembali. "Aku emang suka mampir ke sini, aku suka baca buku."
Gunay hanya ber-oh ria mendengar itu, lalu ia beralih ke kakaknya lagi.
"Mana bukunya, Kak? "
"Oh? Emm ... itu ...." Yanli menggaruk kepalanya, wajahnya memerah seolah baru saja bertemu suatu hal yang membuat jantungnya tidak karuan. "Tadi ada yang tiba-tiba datang trus bilang dia perlu buku itu."
"Yaudah, Kakak udah selesai belum? Gunay laper, nih."
"Udah, kok."
"Kalo gitu yuk pergi?"
Gunay pun merangkul bahu kakaknya dengan sayang, hampir saja melupakan keberadaan orang lain di antara mereka.
"Oh, Minyan, gue duluan, ya." Gunay mengangkat kelima jari tangannya berpamitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunay and His Broken Life [END]
Fiksi RemajaHidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dar...