Najma sedang sibuk melipat pakaian yang sudah ia ambil dari jemuran. Tiba-tiba, Nafisah datang menghampirinya.
"Najma mau ikut aku nggak?"
"Aku lagi sibuk banget Fisa," Sambil melipat gamis berwarna hitam.
"Sebentar saja, nanti aku bantuin deh,"
"Ngapain sih?"
"Udah, ikut aja yuk! Ini penting!" serunya sedikit memaksa.
"Oke, tapi janji ya mau bantu aku?"
Nafisah mengangguk cepat dan menarik tangan Najma keluar dari kamar. Nafisah memberi aba-aba kepada Rere untuk segera melaksanakan tugasnya.
Rere yang sedari tadi duduk dengan Neha, mengiyakan perintah Nafisah dan segera masuk ke kamar darul jannah. Namun, tangannya dihentikan oleh Neha.
"Kamu yakin ini cara yang terbaik?"
"Tenang saja, kamu di sini hanya mengawasi. Takut nanti ada yang ke sini!"
Neha menurut dengan perasaan cemas. Dia memang penasaran siapa yang menfitnahnya. Namun, jika itu adalah Najma rasanya mustahil.
Bahkan, tadi siang selama perjalanan pulang dari kampus, Nafisah dan Rere sudah menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Namun, Neha tetap tidak percaya. Sehingga, Neha ingin menanyakannya sendiri secara langsung.
karena loker Najma tidak terkunci. Membuat Rere dengan mudah membukanya.
Di tempat lain, Nafisah berhasil membawa Najma menjauh dari kamar. Najma bingung untuk apa dia dibawa ke jemuran.
"Kita ngapain?" tanya Najma bingung.
Gara-gara rencananya tanpa persiapan apapun. Membuat Nafisah gelagapan, bingung hendak jawab apa.
Najma menyadari tingkah laku Nafisah yang aneh.
"Kamu mempermainkan aku ya?"
"Tidak kok!"
"Terus ngapain disini?"
"Emmm...." Nafisa berpikir keras dengan menoleh ke kanan dan ke kiri berusaha mencari ide.
"Tuh 'kan kamu cuma main-main aja, aku balik saja, ah!" Najma melenggang pergi, namun Nafisah dengan sigap berhasil menarik tangnnya.
"Itu loh Najma ... ada ... kotoran di pakaianku," Nafisah gugup sambil menunjuk ke arah sembarang tempat.
"Mana?" tanyanya bingung.
"Itu ... ayo ikut aku!" Nafisah menarik tangan Najma.
Najma menurut.
"Ini bukannnya baju Fita?"
"Iya, tapi tadinya aku yang pinjam,"
"Terus mana kotorannya?"
"Ah, iya! Mana ya?"
"Ah, kamu gak jelas. Udah, ah! Aku mau balik aja ke kamar!"
Nafisah panik dan mengejar Najma, berusaha memanggilnya. Namun, tidak dihiraukan.
Rere mencari setiap sudut loker Najma, namun hasilnya nihil tidak ada apa-apa. Rere pindah ke rak buku milik Najma hasilnya pun juga sama, ia tidak menemukan petunjuk apapun.
"Re, ketemu enggak?" tanya Neha dari luar.
"Bentar lagi, Ne!"
"Cepetan, nanti keburu ada yang datang!"
Rere cepat-cepat mengembalikan barang-barang Najma ke tempat semula. Karena, Neha sudah mengatakan bahwa para santri mulai berdatangan, mereka sudah selesai makan dari dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
kalam cinta pesantren || SUDAH TERBIT
Подростковая литератураperjuangan seorang santri dalam menahan nafsunya di jalan allah, dan memilih menyembunyikan sedalam mungkin cintanya terhadap yang belum halal untuknya