27. Khatmil Qur'an

54 2 0
                                    

Waktu berjalan begitu cepat, sepertinya, baru kemarin Neha menginjakkan kaki di pesantren ini. Lalu, sekarang sudah akan diwisuda Khatmil Qur'an. Namun, entah mengapa rasanya hari ini penuh kehampaan, semua orang tersenyum bahagia sedangkan Neha masih memaksakannya.

Para santri yang sudah hatam 30 juz sekarang dengan bangganya mengenakan toga kebesaran dengan indah. Satu persatu dipanggil ke panggung untuk menerima sertifikat yang disebut syahadat, sebagai saksi bahwa ia telah menjadi penghafal Al qur'an yang kaffah (sempurna), serta medali pengharagaan yang dikalungkan sebagai tanda bahwa dia harus siap mengemban segala tanggung jawab di hadapannya.

Semua telah berbaris di panggung, sekitar 20 orang yang Khatmil Qur'an. Termasuk Neha, Najma, Nafisah dan Rere juga berada di sana. Semuanya Menunduk takzim, sebab para sesepuh dan alim ulama berada di bawah panggung.

Saat-saat yang paling mendebarkan dalam sejarah. Adalah ketika pembawa acara memberitahukan siapa yang akan mendapatkan piala penghargaan santri terbaik, menjadi hasil atas segala usahanya dalam menuntut ilmu di pesantren ini.

"Nehanna andhini binti almarhum  Achmad Syarifuddin beralamatkan Kulon Progo Jawa Tengah!" seru Seruni dan Dyah  yang saat ini sudah menjadi pengurus.

Tepuk tangan meriah menggema. Neha meneteskan air mata haru karena namanya yang disebut.

"Kepada saudari Nehanna Andhini, dipersilakan maju ke depan."

Neha melangkah maju dengan hati yang berdegup kencang. Dengan perasaan haru, para Ustazah memakaikan jubah kebesaran berwarna hitam ke tubuh Neha. Menaruh sebuah mahkota yang paling indah di atas kepalanya sebagai lambang bahwa saat ini dialah ratunya, yang akan bertanggung jawab lebih atas apa yang telah ia dapatkan.

Neha menangis haru, ketika ia diminta untuk memberi sambutan-sambutan kepada para penonton yang ada dibawah panggung.

"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh."

Penonton menjawab dengan serempak.

"Puji syukur atas kehadirat Allah subhanahu wataala, yang mana kita bisa berkumpul, bermunajat dalam keadaan sehat walafiyat. Sebelumnya, saya sangat berterimakasih kepada Bunyai Musyrifah, sebagaimana beliau yang telah membimbing saya dari awal sampai sekarang. Saya sangat bersyukur bisa berada di pesantren ini, dikelilingi orang-orang alim, dikelilingi orang-orang yang sayang terhadap saya, sehingga saya senantiasa semangat berjuang untuk sampai di titik ini." Neha menghela napas sejenak.

"Dan paling utama yang akan saya sampaikan adalah, rasa syukur saya telah dilahirkan oleh seorang wanita terhebat di dunia, pemilik cinta kasih terbesar dalam hidup saya, ialah almarhumah Ibunda tercinta."
Neha meneteskan air mata tak kuasa menahan isak tangis. Namun, ia dengan sekuat tenaga untuk tetap kuat.

"Ibuk, Neha sekarang sudah memakai mahkota yang sangat indah. Tapi tidak seindah mahkota milik Ibu di akhirat kelak. Ibuk, ini Neha sudah bawa tiketnya. Doakan Neha dari atas sana, agar senantiasa amanah dan istiqamah, menjaga Al qur'an Neha sepenuh jiwa dan raga. Ibuk, terimakasih atas cinta yang tak ada habisnya yang telah engkau berikan kepada anakmu ini."

Neha tidak sanggup menahan tangisnya,  ia pun segera mengakhiri pidatonya dengan mengucapkan salam.

Neha kembali ke tempat semula ia berdiri di barisan para Ahlul Qur'an lainnya.

Meletakkan barang-barang yang ia kenakan bersiap untuk sambutan terakhir dari para Khatmil Qur'an.

Neha dan najma memegang microphone bersiap untuk menyanyikan sholawat "Shollallahu ala yasiin" dengan syahdu, diiringi oleh sebuah puisi yang dibawakan oleh Ami menggetarkan jiwa.

Lalu setelah itu disusul dengan mars "Penghafal Al Qur'an"

🎶
"Kuputuskan satu impian
Aku ingin jadi hafidz Quran
Ku akan bertahan walau sulit melelahkan
Allah beri aku kekuatan
*
Kuimpikan sepasang mahkota
‘Tuk berikan di akhirat kelak
Sebagai pertanda bahwa kau sangat ku cinta
Aku cinta engkau karena Allah
*
Kucinta Umi
Kucinta Abi
Kuharap doamu selalu dalam hati
*
Kucinta Umi
Kucinta Abi
Berharap bersama di Surga-Nya nanti
*
I Love You Umi
I Love You Abi
I Love My Family Forever In My Heart."
Gemuruh tepuk tangan meriah memenuhi acara, para orang tua santri haru bahagia melihat penampilan dari para Ahlul Quran.

Tidak ada sebuah perjuangan yang sia-sia, segalanya menjadi mudah jika menikmati prosesnya.

Kisah ini belum usai, inilah yang dinamakan Metamor kehidupan. Sebab kupu-kupu masih punya perjalanan jauh. Meski seorang penghafal Al qur'an sudah hatam, namun tetap harus istiqamah murajaah dan mengamalkannya.

kalam cinta pesantren || SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang