Bab 6 "Hafalan"
Neha, mengedipkan matanya. Ia terbangun karena mendengar namanya dipanggil berulang kali. Suara Najma yang paling jelas.
Ia mencoba untuk duduk, sambil memegang kepalanya yang masih terasa sakit.
"Ne, kamu tiduran aja dulu!" seru Najma yang sudah memakai mukena.
"Siapa yang bawa aku ke sini? Seingatku, aku tadi ada di pendopo?" tanya Neha bingung.
"Ah, itu ..." ucapan Najma terpotong.
"Daffa, Ne! Yang bawa kamu!" sahut Lulu tiba-tiba dengan lantang.
Neha mengernyitkan dahinya bingung.
"Enggak bukan Daffa kok, tadi itu Ustazah Aisyah dan Ustazah Fathimah yang membawamu ke sini," ucap Najma berterus terang.
"Oh syukurlah, soalnya aku tadi pas di pendopo dengar suara seorang lelaki samar-samar,"
"Najma cemburu, ya sama Neha? Keliatan tuh raut mukanya!" goda Lulu.
"Cemburu apaan? Engggak kok!" elak Najma dengan pipi memerah.
"Kalo enggak cemburu apa namanya hayo? kok pipinya memerah gitu, tenang aja Naj, Daffa tetep bambang mu!" cibir Lulu membuat Najma semakin salah tingkah.
"Apaan sih, Bambang-bambang!" ketus Najma.
"Ye, untung aja ya? Daffa cuma nemuin Neha, bukan yang membopongnya, kalo sampai Daffa yang bawa Neha. Habis deh, kamar Darul Jannah hangus terbakar," sahut Fita yang juga ikutan menggoda Najma.
"Terbakar api cemburu!" sambung Lulu yang disusul dengan gelak tawa.
Najma semakin memerah, entah itu karna malu atau kesal, sulit diartikan. Namun, Neha memegang tangannya.
"Udah gak usah dengerin mereka! nanti kamu bisa jadi Squidward dua!" seru Neha menenangkan.
Najma pun menurut. Sedangkan Nafisah tiba-tiba menoleh sebab ucapan Neha.
"Diliatin tuh sama Nafisah!" seru Najma sambil terkekeh.
Neha hanya menyengir.
"Oh iya, sudah azan asyar ya?" tanya Neha karena melihat Najma dan teman kamar yang lain sudah menggunakan mukenanya.
"Belum, masih tinggal setengah jam lagi,"
"Aku mau sholat jamaah," ucap Neha sambil berusaha untuk berdiri.
"Memangnya kamu sudah tidak apa-apa?" tanya Najma khawatir.
Neha mengangguk.
"Makan dulu, Ne! Biar ada tenaga nanti ibadahnya," Nafisa masuk ke kamar dengan membawa sepiring makanan untuk Neha.
"Iya Ne, lebih baik kamu makan dulu,"
Neha pun menurut.
"Aku suapin ya," tawar Najma.
"Ah, tidak usah aku bisa sendiri kok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
kalam cinta pesantren || SUDAH TERBIT
Ficção Adolescenteperjuangan seorang santri dalam menahan nafsunya di jalan allah, dan memilih menyembunyikan sedalam mungkin cintanya terhadap yang belum halal untuknya