Pagi-pagi sekali Neha dikagetkan dengan sebuah kertas yang terlipat berada di dalam kotaknya. Neha berpikir sejenak, kenapa kemarin dia tidak melihat kertas itu di sana? Apakah memang dia tidak menyadarinya? Neha pun segera membuka kertas itu dan ternyata sebuah surat yang ditujukan kepadanya dari Daffa.📜
AssalamualaikumTeruntuk Nehanna Andhini,
Ku kembalikan benda ini kepada pemiliknya, berharap semoga engkau tidak marah karena lama sekali untuk saya kembalikan kepadamu.
Jujur, sebenarnya saya tak rela. Karena selama ini saya merasakan ketenangan setiap kali memandang benda milikmu itu.
Mungkin, ini terdengar seperti sebuah rayuan. Namun jujur dari lubuk hati yang terdalam, semenjak bertemu denganmu di perpustakaan hati saya tidak pernah berdetak secepat ini.
Maafkan saya yang telah lancang menaruh hati kepada mu. Namun perasaan ini tidak bisa saya tahan.
Mungkin, ini bukanlah cinta pada pandangan pertama. Namun, insya allah ini adalah cinta pertama dan terakhir saya setelah Allah, Rasulullah dan kedua orang tua saya.
Saya selalu mengingat saat-saat kita bertemu, dan hal itu membuat ku menjadi candu.
Jika engkau berkenan kita bertemu lagi di tempat waktu itu, di mana kau memberikan sapu tangan ini kepadaku.
Saya menunggu jawabanmu.
Daffa El Hussain
Yang mengagumimu.Neha membaca surat itu dengan senyum merekah, ternyata bukan hanya dia yang merasakannya. Namun, Daffa juga.
Alangkah bahagianya Neha saat ini, seakan ia diterpa oleh ribuan bunga mawar yang indah merekah di wajahnya. Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya itu.
Tiba-tiba, Ustazah Aisyah dan Ustazah Fathimah memanggil namanya yang berada tepat di belakang Neha.
Neha pun kaget, segera ia menyembunyikan kertas itu di belakangnya.
"Apa yang kamu sembunyikan?" tanya ustadzah aisyah
Neha menggeleng.
"Berikan benda yang di belakangmu itu!"perintah Ustazah Fathimah tidak terbantah.
Neha pun memberikannya dan segera Ustazah Fathimah membacanya.
Ia menghela napas berat sambil menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya."Sejak kapan kamu bertukar surat dengan Daffa?" tanya Ustazah Fathimah tegas.
Neha bingung.
"Dan Najma." Suara Ustazah Fathimah membuat Najma jadi menoleh, "Bukankah kamu ada di sana saat Neha menerima kotak itu?"
Najma mengangguk.
"Kamu tahu kalo selama ini Neha bertukar surat dengan Daffa?"
Najma menggeleng sambil melirik Neha dengan tatapan tidak percaya, ia merasa seakan dihianati oleh sahabatnya sendiri.
"Saya bahkan tidak percaya jika sahabat saya sendiri sudah menusuk saya dari belakang." ujarnya sembari mengusapa air mata yang tiba-tiba jatuh mengenai pipinya.
Neha mendengar itu langsung terkejuy dan serba bersalah.
"Najma, aku benar-benar tidak tahu tentang surat itu!" serunya meyakinkan Najma.
Najma hanya diam dengan raut wajah yang kesal.
"Kamu percaya 'kan sama aku?" tanyanya lagi dengan sedikit memelas.
Namun, Najma tetap tidak menghiraukannnya.
Neha pun dibawa ke kantor untuk disidang, dia masih memanggil nama Najma berharap Najma dapat mempercayaninya. Namun, ternyata Neha tetap dihiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
kalam cinta pesantren || SUDAH TERBIT
Fiksi Remajaperjuangan seorang santri dalam menahan nafsunya di jalan allah, dan memilih menyembunyikan sedalam mungkin cintanya terhadap yang belum halal untuknya