Hendery juga terluka [13]

693 90 7
                                    

"Dari sekian banyak orang diluar sana, kenapa harus bunda yang jahat sama bang Hendery, Angga?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dari sekian banyak orang diluar sana, kenapa harus bunda yang jahat sama bang Hendery, Angga?"

:: ^^ ::

Sunoo kini sudah berada dirumah sakit, tak ada tanda segera sadar dari wajahnya, wajahnya tenang nan damai, pejaman itu bagai pejaman yang sangat erat, hingga enggan untuk dibuka. Tubuhnya yang penuh lebam, serta suhu tubuh yang panas dan tangan yang dingin, membuat Sunoo sempat kesulitan bernafas beberapa kali, namun bisa diselamatkan dengan beberapa bantuan dari pihak rumah sakit.

Menjalankan brankar itu kedalam ruangan, Rendi menatap sang anak gusar, sedangkan keenam anaknya mengikutinya, Angelica tak ikut, entah apa yang wanita itu lakukan sekarang ini. Merenung dan mengakui kesalahannya, atau makin menjadi. Rendi sudah tak berpikir soal istrinya itu, yang ia pikirkan sekarang, hanya Sunoo, anaknya yang sudah ia rindukan.

Brankar itu memasuki ruangan, membuat Rendi yang mengikuti itu ikut masuk kedalam ruangan, namun segera dihadang oleh suster, dengan alasan tak ada yang boleh masuk keruangan saat pasien ditangani. Rendi mengangguk, asal didalam sana anaknya ditangani dengan baik, ia tak masalah jika menunggu diluar.

"Papa, Sunoo gak bakal kenapa-kenapa kan? Sunoo pasti baik-baik aja kan? Hendery benar kan pa, pasti kan pa?" Hendery menggenggam tangan sang papa, seolah mengisyaratkan agar sang papa melihat wajahnya.

Rendi menatap wajah itu, wajah yang masih terlihat begitu polos, meski sedang dilanda kekhawatiran.

Rendi mengelus surai rambut hitam sang anak, mengangguk, mengucap bahwa semua akan baik-baik saja, meski nyatanya Rendi sendiri tak bisa menjamin semua akan baik-baik saja.

"Angga, duduk, tunggu Sunoo disini ya, papa mau ke bagian administrasi dulu." Angga yang sedari tadi berdiri dengan langkah yang tak henti-hentinya mendekat kepintu ruangan sang adik, seketika mengangguk dalam diam, dan duduk disebelah Hendery yang kini sendirian dengan ekspresi seolah semua baik-baik saja.

"Bang Hendery? Abang gak papa?"

Hendery tersenyum, menatap adiknya yang kini sudah keheranan didepannya, melihat sang adik yang seperti itu, membuat dirinya tenang, walau sedikit.

"Abang, kalau abang khawatir, jangan disembunyikan, wajah abang gak bisa bohong, bang Hendery terpuruk banget kan? Sini peluk." Angga merentangkan tangannya, berharap sang kakak tertua masuk kedalamnya lalu memeluk tubuhnya.

Benar saja, Hendery langsung memeluk tubuh itu, menangis disana dengan isakan tertahan, Hendery menangis dibahu sang adik, meruruki kebodohannya selama ini.

Tak becus, Hendery merasa tak becus menjadi seorang kakak tertua yang seharusnya paling bisa menjadi penjaga bagi semua adiknya. Namun, dia malah tak bisa menjadi penjaga terkuat semua adiknya, tubuhnya tak mengizinkan.

Bunda, aku hanya ingin bunda [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang