I'm sorry, Daniel [10]

562 86 0
                                    

Kini, mereka berlima berkumpul di salah satu cafe terkenal di kota Surabaya. Wildan, Yohan, Haikal dan Yedam namanya. Mereka kini sedang menunggu satu lagi teman, yang lagi-lagi datang terlambat.

"Daniel mana ya?" Haikal memulai pembicaraan, sedari tadi matanya mengedar keluar cafe, berharap sang empu yang dirinya cari muncul.

"Kan dia memang sering telat Haikal." Yedam masih terus menatap layar ponselnya, bubble chat yang ia tujukan kepada Daniel belum dijawab ataupun dibaca. Entah apa yang Daniel lakukan sekarang.

 Entah apa yang Daniel lakukan sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Yedam)

(Haikal)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Haikal)

"Biasa, dia sibuk mulu, katanya sih, paling dia lagi sama tuh dua anak cacat." Wildan berucap, membuat Yohan lagi-lagi menghela nafas.

"Daniel akhir-akhir ini sibuk mulu anjir, alasannya selalu karena belajar, dia serajin itu kah?" Yohan bertanya, dan tak ada yang menjawab.

"Dia kan memang pintar, lagian kan belum tentu Daniel telat karena Sunoo sama Bagas. Gak baik tau berprasangka buruk gitu," Yedam menaruh handphonenya, pasrah dengan pesan yang tak terjawab.

"Nah! Betul kata Yedam, berpikir jernih aja sih, dia kan mau jadi dokter tuh, makanya dia rajin belajar." Haikal ikut menerka.

"Sorry guys gue baru datang,"

Daniel mendekat kearah keempat temannya, lalu duduk tepat disamping Haikal. Didepannya, ada Wildan dan Yohan, yang saling bersitatap.

"Kalian mau ngomong apa? Mumpung gue lagi ada waktu kan. Biasanya siang-siang kalian ajak gue ke cafe, bukan malam. Sumpah gue kaget pas kalian ajak gue ketemuan malam-malam, ya walau belum terlalu malam sih." Daniel menatap keempat temannya, hanya Yedam yang terus tersenyum tipis padanya, seolah tak masalah Daniel telat.

"Niel, lo sibuk mulu ya?" Daniel langsung menatap Wildan, tanda tanya muncul dibenaknya.

"Maksudnya?"

Bunda, aku hanya ingin bunda [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang