Takut tambah kecewa [19]

639 86 5
                                    

Aku sudah dewasa, aku sudah kecewa

Memang tak seindah yang kukira

Aku sudah dewasa, aku sudah kecewa

Memang tak sekuat yang kukira

Memang tak sekuat yang kukira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

:: ^^ ::

Dengan kedua tangan yang merenggang, juga bahu yang merangkul sebuah tas, juga seragam khas sekolah yang sudah terpakai rapi ditubuhnya, Sunoo tersenyum kearah dalam mobil. Didalam mobil itu, ada sang papa juga kakaknya Hendery yang juga ikut tersenyum kearahnya.

Lambaian tangan diberikan Sunoo sebagai ucapan selamat tinggal untuk keduanya, netranya cukup untuk menangkap rasa bahagia yang tercipta dibenak hati keduanya, bibirnya seolah tak mau berucap apa-apa, dirinya merasa, lambaian itu sudah cukup dari ucapan apapun.

"Sunoo, kalau ada apa-apa, ngomong sama papa ya? Atau ke kakakmu juga gak papa." Rendi berucap dari balik kaca mobil. Kacamata bening menghiasi netra matanya, dengan sebuah topi yang terpakai rapi dipucuk kepalanya, juga tak lupa, senyum khasnya.

"Iya Sunoo, bang Hendery siap bantu Sunoo." Kemeja kasual terpakai ditubuhnya, menutupi tubuhnya yang kurus, dengan kaus putih berlengan panjang juga celana jeans berwarna keabuan, Hendery juga ikut mengantar Sunoo dengan mobil kebanggaan sang papa.

Sunoo mengangguk, "Iya pa, bang Hendery, kalau ada apa-apa, Sunoo pasti bilang."

Tak lama setelahnya, kaca mobil yang sebelumnya terbuka, menampilkan kedua senyuman yang menjadi deretan senyuman paling Sunoo suka, kini menutup. Mobil yang semula berhenti dihalaman parkiran luas sekolah besar di kota Surabaya itu, kini melenggang pergi, menjauh dari lingkungan sekolah itu, dan menghilang dari pandangan Sunoo.

Helaan nafas terdengar pelan dari bibirnya, kepalanya kembali menunduk menatap kedua belah kakinya yang terbalut kaus kaki juga sepatu. Lalu pada akhirnya, ia kembali melangkahkan kaki pincangnya kedalam lingkungan sekolah itu dengan sesak. Ya, sesak karena takut, sesak karena terluka, dan sesak karena penderitaannya sendiri.

Entah berapa kali, pikirannya selalu goyah. Entah berapa kali, mentalnya terguncang sendiri disekolah ini. Entah berapa kali, sudah Sunoo terima perlakuan tak menyenangkan disekolah ini, hingga Sunoo sudah kebal dan mempan dengan semua itu.

"Lo tau Sunoo gak?? Yang itu tuh! Yang kakinya pincang, sok lemah lagi."

"Iya anjir, sudah sok lemah, sok polos, sok manis, biar apa gitu? Laki kok gitu."

"Dia ganteng, sayang aja cacat."

"Sorry, gue ketawa kenceng!"

Apa mereka sama sekali tak pernah melihat prestasinya? Apa satupun dari mereka buta dengan nama Sunoo yang selalu masuk tiga besar peringkat teratas di sekolah? Apa mereka tak pernah mendengar nama Sunoo yang selalu disebut sebagai juara dalam setiap perlombaan mewakili sekolah?

Bunda, aku hanya ingin bunda [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang