Ikhlas yang hanya kata [23]

1.2K 97 25
                                    

:: ^^ ::

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

:: ^^ ::

Makam Sunoo kini telah sepi dari pengunjung, makam bertabur bunga yang harum serta batu nisan bertuliskan nama "Sunooniel Sanjaya Argantara" itu kini dibiarkan sepi. Mungkin saja, jika Angga tidak sadarkan diri dimakam Sunoo, Angga dan yang lain bisa tetap disini bahkan dalam waktu yang lama.

Asma Angga kambuh, entah karena apa, namun setelah kecelakaan Sunoo terjadi dan menewaskan adik kesayangannya itu, setiap asma Angga kambuh, rasanya akan sangat sesak dan sakit. Demi Tuhan, Angga sangat merasa lelah dengan asmanya yang selalu datang secara tiba-tiba dan kadang diwaktu yang tak terduga. Angga rasanya ingin menyerah, ia sudah terlalu lelah.

Bukan hanya soal penyakitnya, melainkan bagaimana takdir rasanya begitu jahat kepadanya. Angga selalu percaya takdir tidak pernah jahat, meski menyakitkan, namun Angga percaya bahwa semua takdir itu baik dan ada hikmahnya. Namun, mengapa takdir harus memisahkan dirinya dengan adik kesayangannya itu? Angga masih belum siap, sanggup, ataupun ikhlas dengan kepergian adiknya itu.

Selain Angga, kesehatan mental dan fisik yang lain juga diperhatikan. Mereka pulang, mereka juga takut dengan kesehatan Hendery, apalagi wajah Hendery sudah sangat memerah karena cuaca yang terik, Rendi dan Angelica takut Hendery akan mimisan ataupun pingsan sama seperti Angga. Mereka juga pulang, karena Raki yang tak bisa dibiarkan untuk selalu meraung, menangisi kakaknya yang telah berpulang. Raki seperti kehilangan dunianya, sehingga Raki hanya bisa menangisi kakaknya itu tanpa henti.

Mental Jaya juga sangat terguncang setelah kejadian Sunoo yang harus masuk rumah sakit karena perbuatan Angelica. Setelah kejadian itu, Jaya suka takut secara tiba-tiba, Jaya juga sangat sensitif terhadap suara keras atau suara pukulan. Jika mendengar suara-suara itu, Jaya akan segera melangkahkan kakinya dan pergi ketempat yang lebih sepi.

Untungnya, Jake dan Jayhan bisa mengendalikan diri. Mereka sudah paham dengan situasi dan mereka sudah mulai bisa untuk menerima apa yang sudah terjadi. Jika Sunoo sudah pergi, dan sudah bahagia disana, maka mereka juga ikut bahagia. Meski rasanya sakit, namun Jake dan Jayhan tetap harus bisa melepas kepergian adiknya itu. Terbukti dari Jake dan Jayhan yang masih bisa tersenyum tipis seraya mengelus pelan nisan Sunoo sebelum pamit dari makam itu.

Angelica, wanita itu tak henti-hentinya menyesal atas perbuatannya. Siapa yang tak sedih dan tak kecewa dengan dirinya sendiri disaat tak lagi bisa meminta maaf dan membahagiakan orang yang deritanya kita yang menjadi dalangnya? Angelica kecewa, benci, juga marah kepada dirinya sendiri. Ia kecewa, mengapa dulu ia begitu membenci Sunoo? Ia marah, kenapa ia sangat tega menyakiti dan memukul Sunoo hingga tubuhnya penuh lebam dan luka? Ia benci, kenapa ia bisa sebodoh itu untuk bisa dipanggil dengan sebutan 'bunda'?

Sementara Rendi, kepala keluarga itu benar-benar tenang. Apa yang ia rasakan saat ini, tak ada dari mereka yang berhasil menebaknya. Rendi terlihat sangat tenang, tidak terlalu banyak menangis, namun juga bersedih. Rendi begitu tenang, dari saat dimakam Sunoo hingga sudah pulang kerumah, Rendi tetap sama. Rendi seolah sudah ikhlas dengan kepergian anaknya. Sebenarnya, Rendi sudah ikhlas, namun jujur tidak sepenuhnya. Rendi masih berusaha untuk bisa ikhlas. Ia tak mau anaknya itu tidak tenang dan bersedih karena keluarganya menangisi kepergiannya, padahal ia pergi untuk bahagia.

Bunda, aku hanya ingin bunda [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang