J. [discontinue]

IV

Mungkin di mulutnya Jeifanya bisa mengatakan bila ia menyukai lelaki ini ataupun lelaki itu, padahal kenyataannya tidak begitu. Bisa dibilang itu semua hanya perasaan untuk mengapresiasi ciptaan Tuhan saja sih, apalagi mengingat lelaki yang ia sukai semuanya memiliki paras tampan atau yah setidaknya ia punya aura yang kuat. Begitupun perasaannya pada Jayden.

Theodoric juga sudah hafal pada tabiat sahabatnya itu, yah ... tidak beda jauh dengan dirinya. Makanya ia tidak meladeni permintaan Jeifanya yang meminta nomor teman satu UKM-nya itu. Bahaya, katanya.

Tapi pagi ini si ubi berhasil dibuat ternganga akan kedatangan Jeifanyaㅡyang bersama Jayden. IA KETINGGALAN APA SAJA???

"Thanks jay!"

"Anytime, Jei."

...

"Wow..." lirih Theodoric sewaktu Jeifanya berjalan ke arahnya dengan ekspresi bahagianya.

"Haihaii iyoo~"

"Lo kenapa di anter si Jayden??"

"Yaa dia yang nawarin"

Jeifanya pun mengeluarkan ponselnya lalu memamerkan sesuatu ke hadapan Theodoricㅡyaitu kontak Jayden.

"Anjingg gercep banget, di kasih sama dia?"

"Dia yang minta nomor gua duluan dongg, nih bentar gua kasih liatt."

"Lo kok gak jual mahal dulu sih jeiii??"

"Karena gua bukan barang, makanya gaada label harganya."

Theodoric mendelik sebal, ya benar sih apa kata Jeifanyaㅡhanya saja melenceng dari konsepnya.

"Lo gak takut dia risih apa?"

"Ya tadinya gitu, tapi ternyata responnya enggak seburuk itu yo. Cuma lo tenang aja, gua gabakal seserius itu kok sama dia. Lagipula udah masuk semester 4 anjir, mana sempet buat yang begitu."

"Halah gak percaya gua, lo kan cakep-cakep begitu pawangnya buaya jeii. Kurang-kurangin lah ngebaperin cowok terus lo tinggal."

Jeifanya tertawa kecil, "Mereka pantes ditinggal yoo, karena gua cuma bakal bertahan sama orang yang tepat."

[J. 12921 - 1258]