Part 12

415 44 0
                                    

Kuhembuskan napas berat. Kejadian yang baru terjadi membuatku harus memutar otak lebih giat. Baru saja aku ingin mencari orang yang sudah menyiksa Sia, namun niat itu sudah terlaksana tanpa sedikit pun campur tangan dariku. Aku sudah tak perlu lagi membalas orang-orang yang telah menyakiti gadisku. Tapi kini muncul masalah baru tentang pengakuan Sia tentang serigalanya. Juga kejadian tempo hari.

"Alpha." Lamunanku terpecah saat Mark datang menghampiriku. Sudah dua jam aku menunggunya, akhirnya dia datang dengan informasi dari rumah bercat putih itu.

"Saya sudah mendapatkan beberapa informasi tentang tempat itu, juga ketiga mayat serigala itu. Saya menemukan beberapa barang di gudang kecil di rumah itu yang saya rasa gudang itu adalah tempat Luna menghabiskan waktunya. Saya mencium aroma Luna di sana. Dan tiga mayat itu terdiri dari seorang pria, dan dua orang wanita. Keadaan mereka benar-benar mengenaskan. Bahkan mayat seorang gadis muda saya temukan dengan lubang besar pada dadanya. Saya yakin seseorang membunuhnya dengan menarik paksa jantungnya. Selain itu pada mayat laki-laki banyak sekali bekas pukulan yang brutal," jelas Mark memberi jeda. Sedangkan aku mengangguk paham dan menyambungkan apa yang diketahui Mark dengan pengakuan Sia beberapa waktu yang lalu.

"Saya belum menyelidiki lebih lanjut asal-usul mereka. Tapi saya rasa mereka hanyalah Rogue yang sama sekali tak memiliki kawanan. Tentang keterangan fisik mereka, saya sudah mencatatnya. Anda bisa memeriksanya." Mark menyodorkan beberapa lembar kertas berisikan keterangan tiga mayat itu.

"Maaf sebelumnya Alpha. Tapi saya berpikir mungkin Luna ..."

"Dia yang melakukannya?" potongku cepat membuat Mark terkejut.

"... Ya. Dari ketiga mayat itu, hanya aroma Luna yang melekat pada mereka semua. Juga bekas cabikan di tubuh mereka, saya yakin betul jika she wolf yang menyerang mereka," jelas Mark tampak tak nyaman.

"Sia yang sudah membunuh mereka," ulangku lagi membuat Mark kembali tertegun. Aku bisa melihat tanda tanya besar di matanya.

"Sia sudah mengakui semuanya padaku. Dan setelah mendengar informasi darimu, membuatku yakin tetang beberapa hal." Kutarik napasku, memberi jeda. Mark masih menatapku serius, menyimak apa yang ingin kukatakan.

"Kupikir serigala Sia agak berbeda dengan serigala pada umumnya. Kurasa ... Serigala miliknya hampir sama seperti serigala yang kumiliki," ucapku dengan suara sedikit pelan. Mark tampak sedikit terkejut dengan perkataanku, namun dengan cepat pria itu menguasai dirinya.

"Maksud Anda ... terkutuk?" bisik Mark tampak ragu mengatakannya. Ku angukan kepalaku dan kulihat Mark yang menghembuskan napas sedikit kasar.

"Goddess, kejutan apa lagi ini?" gumam Mark terdengar frustasi. Ya, aku mengerti bagaimana perasaan Mark saat ini. Untuk menangani serigalaku saja Mark sudah sering kewalahan. Apalagi sekarang dua serigala terkutuk berada di dekatnya.

"Keadaan mental Sia sekarang cukup buruk. Dia mengalami trauma yang cukup dalam tentang serigalanya. Sekarang dia begitu takut bertemu dengan siapapun karena takut menyakiti mereka."

"Sama seperti dirimu yang dulu," ucap Mark membuatku teringat dengan masalalu. Ya, aku mengerti betul apa yang dirasakan Sia saat ini. Dia sama seperti diriku yang dulu, saat aku pertama kali bertemu dengan Aro. Aro, serigala terkutuk itu membuat mentalku cukup kacau. Aku ingat pertama kali kami berganti shift, aku tebangun dengan tangan penuh darah milik serigala lain. Itu pertama kalinya aku menghabisi nyawa serigala tak bersalah dengan kedua tanganku.

"Dave!" Aku tersentak saat Mark menepuk bahuku cukup keras, membuyarkan bayangan masalalu yang menyakitkan dari pikiranku.

"Maaf aku sudah membuatmu mengingat hal menyakitkan itu," kata Mark merasa bersalah. Kembali kuhembuskan napas kasar. Kurasa hal ini bisa membuatku gila.

My Luna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang