Part 26

167 9 2
                                    

Aku bisa merasakan pergerakan angin di sekitarku yang mulai berubah. Sinar matahari tak cukup mampu menerobos lebatnya dedaunan pohon besar yang mengelilingi kami, membuat tempat ini begitu teduh dan agak gelap. Suasana di sekitarku terasa mencekam. Pria dengan rambut pirang panjang masih berusaha mendekat. Mata semerah darah miliknya mengamatiku lekat-lekat. Seringaiannya kian melebar saat aku bersiap memasang posisi bertahan seandainya dia tiba-tiba menyerang.

"Kau masih saja tidak berubah, Alpha .... Atau mungkin harus kupanggil Raja terkutuk?"

"Apa yang kau lakukan disini, Lagre?" desisku tajam. Rahangku mengeras dan serigalaku sudah memberontak ingin di bebaskan. Dari sekian banyak werewolf, aku tak menyangkan akan bertemu dengan pria itu di tempat dan keadaan yang seperti ini.

"Kau kasar sekali, Alpha. Padahal kita sudah lama tidak berjumpa. Tidakkah kau ingin menanyakan kabar sahabatmu ini terlebih dahulu?" ucap Lagre, pria pemilik rambut perak itu dengan santai. Mengingatkanku pada hari-hari yang kami lewati bersama di masa lalu.

"Kau masih menyebutku sahabat, padahal kau sendiri adalah pengkhianat?" tanyaku sarkasme, menatapnya mata merahnya tajam. Mendengar ucapanku, Lagree tertawa. Tawa yang masih terdengar sama dengan tawanya yang kuingat.

"Kau masih mengingat masalalu itu dengan jelas, Dave. Aku tahu kau pasti marah saat itu. Tapi yang kulakukan hanyalah membalas perbuatanmu. Bahkan kurasa apa yang kulakukan hari itu masih belum cukup untuk membalasmu. Apa kau sudah melupakan hal itu, Dave?" Mata merah Lagre melirik kearahku penuh kebencian. Membuat tubuhku membeku seketika. Perkataan Lagre, juga tatapan itu membuat ingatanku di masalalu kembali terbuka. Ingatan yang sudah cukup lama aku singkirkan dan terlupakan. Dadaku menyempit seketika saat kilasan masalalu itu terus berkelebat dalam kepalaku. Mengingatnya membuat amarahku yang sebelumnya menghilang.

"Kau sudah mengingatnya? Kau yang telah membunuh Mateku, Dave." Suara Lagre rendah, penuh penekanan. Seperti sebuah tamparan keras  yang menohokku. Aku terbungkam dan tak bisa mengatakan sepatah katapun. Aku tahu itu ... bahkan tanpa pria itu menyerangku, aku sudah kalah telak di depan matanya.

"Apakah hal itu belum cukup menjadi alasan untuk mengkhianati Alpha brengsek sepertimu?" Tanganku mengepal erat, rahangku kembali mengeras. Kali ini aku merasa marah, karena semua yang di keluar dari mulut Lagre adalah benar.

Aku yang dulu jauh berbeda dengan sekarang. Seperti yang dikatakan Lagre, bahkan aku sendiri tak bisa menyebutkan seberapa brengsek diriku di masalalu. Aku liar dan tak terkendali. Seperti seorang serigala yang haus darah. Aku membuat tempat manapun yang aku lalui menjadi lautan darah dan bangkai serigala. Aku berbuat semauku, mempermainkan mereka semua yang ada di bawahku seperti bonekaku. Menginjak harga diri mereka adalah hal biasa bagiku. Tanpa kenal siapapun itu akan kujadikan tameng hidup dan juga mesin pembunuh di tanganku. Lalu Lagre ... Dia dulu adalah salah satu mesin pembunuh milikku.

"Seperti dugaanku, kau tidak akan mati semudah itu. Meskipun lima belas tahun yang lalu kau menghilang tanpa jejak sedikit pun, tapi aku tahu kau sedang menyembunyikan dirimu. Tak kusangka ... hari ini Dewi bulan mempertemukanmu denganku. Apa ini bisa kusebut takdir?" Lagre masih bersuara, sedangkan aku masih memperhatikan pria itu dalam diam. Pertemuan ini masih mengejutkanku. Tak pernah sedikitpun terlintas dalam pikiranku akan bertemu dengan orang di masalaluku, terlebih membuka ingatan pahit yang pernah terlewati.

"Ah, mungkinkah kau kesini karena menggantikan Betamu yang sedang terluka, Alpha?" ucap Lagre membuatku sedikit tersentak. Sebelumnya Mark tidak mengatakan apa-apa tentang Lagre. Lalu kenapa pria ini bisa mengetahuinya? Lalu ... Apa hubungannya Lagre dengan Crimpsonmoon Pack?

"Aku tak tahu sejak kapan kau mulai peduli pada orang lain. Apa ini perubahan yang dikatakan Mark? Apa Alpha yang dikenal berhati batu itu sudah kembali memiliki perasaan?" lanjut Lagre terlihat masih enggan untuk menutup mulutnya. Lagi-lagi menatapku dengan sorot meremehkan.

My Luna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang