Part 25

178 15 3
                                    

Tanganku mengepal erat, rahangku mengeras, darahku seolah mendidih terbakar amarah. Akhirnya apa yang kuwaspadai dan takuti terjadi. Nyatanya menjaga kesepakatan agar terus murni adalah hal yang mustahil. Aku sudah mengetahuinya dan menerima risiko apapun yang akan kuterima sejak memilih kesepakatan sebagai jalan keluar. Aku tahu sebuah penghianatan cepat atau lambat akan terjadi. Tapi aku tak menyangka, jika keadaannya akan seburuk ini.

Beberapa bulan terakhir setelah aku menerima kabar bahwa Crimpsonmoon pack sudah mendapat Alpha baru mereka. Meskipun begitu itu belum bisa membuat pack mereka bangkit berdiri. Aku sudah memasang beberapa anggotaku untuk memata-matai mereka. Melaporkan tiap kejadian dan pergerakan apapun yang Crimpsonmoon pack buat. Bahkan sampai dua minggu kemarin aku masih mengetahui dengan pasti keadaan Crimpsonmoon pack sama sekali tidak membaik. Kenyataan mereka sudah memiliki Alpha baru, tidak membuat mereka jadi pack yang sekuat dulu. Tapi apa yang coba mereka perbuat sekarang?!

Crimpsonmoon pack ibarat burung elang yang kehilangan satu sayapnya. Dia adalah salah satu pack yang terkuat, namun karena kehilangan pemimpin sekuat Eros membuat mereka tak bisa kembali membentangkan sayap kekuasaan mereka. Seperti yang sudah kuperkirakan, pemimpin baru mereka juga tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Eros. Mereka tetap jadi pack yang tak berdaya. Tapi apa yang terjadi sekarang? Aku hampir tak bisa percaya dalam waktu kurang dari seminggu mereka bisa membalikan posisi mereka.

Crimpsonmoon pack menghianati kesepakatan kami, kemudian mulai menyerang dan memberi kami teror-teror kecil yang membuat Silvermoon pack yang belum pulih seutuhnya kembali goyah. Kenyataannya saat ini Silvermoon pack ada di titik paling lemahnya. Kerusakan dan permasalahan dari beberapa bulan yang lalu memang sudah berangsur-angsur membaik. Semua itu tak lepas dari kerja keras Mark sebagai Beta kami. Marklah yang mengemban hampir tujuh puluh persen tugasku yang semestinya. Sejujurnya aku tak tega membebani Mark dengan semua tugas yang kuyakin banyak sekali menyita waktunya. Tapi, pria itu sendiri yang menawarkannya padaku. Dan akhirnya aku menyetujuinya, mengingat bagaimana keadaan Sia yang tengah berbadan dua dan juga keadaanku sendiri.

Aroma vanilla lamat-lamat memenuhi indra penciumanku. Semakin dekat dan membuatku tersentak menyadari si pemilik aroma sudah berdiri tepat di sampingku.

"Sia! ..." panggilku setengah berseru padanya. Aku tak tau sejak kapan, tapi aku sedikit menyalahkan diriku sendiri setelah menyadari raut khawatir yang tergambar jelas di wajah Sia. Seperti janjiku sebelumnya, setelah Sia mengandung aku tak pernah sekalipun melepaskan perhatianku darinya. Setiap hari sebisa mungkin aku terus berada di sisinya. Berpura-pura bersikap tenang di tengah badai yang siap melanda.

"Maaf, aku tidak menyadari kehadiranmu." Sia tersenyum, menggeleng pelan. Salah satu tangannya menyentuh wajahku, membuat percikan-percikan menyenangkan disana. Mengusapnya lembut, membuatku memejamkan mata dan menikmatinya. Kurasa saat ini Sia lah yang paling kubutuhkan. Disaat seperti ini hanya Sialah satu-satunya obat yang bisa membuatku merasa tenang. Dan bisa kurasakan serigalaku yang mengerang.

"Sia ..." panggilku dengan suara serak. Menghentikan tangannya yang bergerak di wajahku. Kemudian membuka kedua mataku perlahan, menatap wajah Sia yang terlihat kebingungan. Mataku memperhatikan setiap inchi wajahnya. Kantung mata hitam menghias kedua matanya. Tampak jelas keadaan Sia sama sekali tidak baik sekarang. Wajahnya juga lebih pucat. Meskipun begitu, itu semua tak sedikitpun mengurangi kecantikannya.

Kupeluk erat pinggang Sia, menarik tubuhnya mendekat perlahan dan tak ada sedikitpun penolakan darinya. Tatapanku mulai fokus ke bibir pucatnya. Perlahan aku menciumnya. Yang kulakukan sekarang hanya ingin membagi sedikit perasaanku padanya. Mengurangi sedikit beban yang terus menggangguku. Bibirku bergerak frustasi di atas bibir pucatnya. Aku bisa rasakan Sia yang berusaha membalas meski aku menciumnya seperti orang yang tersesat kebingungan.

My Luna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang