Part 16

309 42 0
                                    

Tanganku mengepal erat. Meskipun cahaya di ruangan ini sangat minim tapi aku bisa melihat cukup jelas. Eros, bajingan itu telah berani menyentuh Sia. Sia, Mateku yang bahkan belum tersentuh sedikit pun olehku. Tak hanya menyentuhnya, aku bisa lihat pria itu mengeluarkan taringnya di leher Siaku. Bajingan itu ingin menandainya! Eros, bajingan itu hampir menandai mateku! Dia ingin merebut milikku!

Napasku memburu, rasa panas bisa kurasakan menjalari tiap bagian tubuhku. Emosi ini ... Aku merasa sangat marah. Sangat marah hingga aku ingin mencabik-cabik tiap bagian tubuh bajingan itu sekarang juga

Eros masih terlihat terkejut saat aku langsung menerjang tubuhnya. Menyerangnya bertubi-tubi tanpa menunggu respon bajingan itu. Pikiranku terasa kosong saat itu. Seluruh tubuhku bergerak dengan sendirinya. Mungkin lebih tepatnya jika Arolah yang mungkin telah menyerangnya. Bahkan saat ini aku tak dapat membedakan siapa yang memegang kendali atas tubuhku. Yang kuinginkan hanyalah melenyapkan serigala yang telah merebut milikku!

Aro membuat Eros tak punya waktu untuk membalas serangan kami. Banyak luka yang berhasil Aro buat di tubuh kekar bajingan itu. Namun itu sama sekali belum cukup untukku. Tidak, kami tak akan pernah merasa cukup sebelum berhasil menghabisi nyawa pria itu. Darahku semakin panas, detak jantungku seperti ingin meledak. Bunyi patahan tulang terdengar hingga aku sadar wujudku sudah berubah menjadi seekor serigala. Serigala yang sangat besar dan sangat kuat. Aku merasa bisa menghancurkan apapun dengan wujud ini.

Wajah Eros tampak kesakitan. Tak ada satupun kata-kata sombong yang keluar dari mulut menjijikannya. Hanya suara erangan dan teriakan yang menyedihkan. Keadaan berbalik sekarang. Jika beberapa saat yang lalu dialah yang membuatku tak berdaya, kali ini akulah yang akan membuatnya tak mampu merasakan apapun selain sakit di tubuhnya. Akan kubuat suara musik dari tulangnya yang rontok seperti yang dia lakukan padaku sebelumnya. Tidak, bahkan akan kubuat itu lebih menyakitkan.

Serigala yang malang. Entah kemana perginya Eros si Alpha kuat dan sombong itu, yang kulihat sekarang hanya Eros yang lemah dan menyedihkan. Serangan dan perlawanan yang dia berikan sama sekali tak ada artinya di mataku. Dia terlalu menyedihkan, membuatku tak sabar mendengar teriakan terakhirnya.

Tubuh itu sudah dipenuhi banyak sekali tanda kemenangan dari Aro. Tubuh yang hampir mirip dengan bangkai hidup. Tatapan Eros terlihat begitu putus asa saat tak ada satupun anggota tubuhnya yang dapat digerakkan. Dalam gerakan cepat kuku tanganku berhasil menembus dagingnya, menggenggam erat jantungnya. Segera menariknya keluar dan menghancurkannya dengan tanganku. Suara lolongan yang menyedihkan lolos dari mulutnya. Menjadi suara yang mengakhiri pertarungan ini. Aroma darah menguar pekat menyebar di ruangan sempit ini.

Semuanya telah berakhir. Tubuhku mulai kembali dalam wujud manusiaku. Aku masih merasakan Aro yang mendominasi diriku dan emosi kami yang belum reda. Tatapanku beralih pada Sia yang menatapku dengan sorot ketakutan di matanya. Aku merasa ingin kembali mencabik-cabik bajingan itu saat melihat kondisi Sia saat ini. Kedua tangannya dirantai dan tubuh polosnya hanya tertutup oleh kain warna putih tipis yang hanya menutup dada hingga tak sampai setengah pahanya. Rasanya aku masih belum puas dengan nyawa bajingan itu, mengingat mungkin dia sudah melihat tubuh polos gadisku. Harusnya aku mencongkel mata tembaga itu terlebih dulu.

Mengingat apa yang mungkin sudah diperbuat oleh bajingan itu pada Lunaku membuatku merasa sangat marah. Membuatku ingin segera menghapuskan jejak pria itu dari tubuh mateku. Menghilangkan aroma pria itu dengan milikku. Aku ingin segera mengklaim semua yang ada pada dirinya dan menyatakan bahwa dia sepenuhnya milikku. Hanya milikku!

"Levia ..." panggil Aro yang lebih mendominasi tubuhku. Aku bisa lihat tubuhnya yang terus bergetar dan air mata yang terus turun dari manik hijaunya. Sia hanya diam, menatapku tanpa putus tanpa menjawab panggilan Aro. Ini pertama kalinya Aro memanggil Sia dan aku bisa rasakan sedikit kekecewaan dari serigala itu karena Sia tak menjawab panggilannya. Semakin kuperdekat jarak antara tubuh kami. Perlahan kudekatkan wajahku. Namun rasa kecewa langsung aku dan Aro rasakan saat Sia langsung memundurkan wajahnya. Menghindari bibirku yang hendak menciumnya.

My Luna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang