Hubunganku dengan Sia memang bisa dibilang sangat lambat. Bahkan bisa dibilang tak ada sedikitpun perkembangan. Sudah beberapa hari aku selalu meluangkan waktu untuk melihatnya, mengajaknya bicara. Namun reaksinya tidak berubah banyak. Dia masih terlihat enggan untuk bicara padaku. Hanya sekedar mengangguk atau menggeleng saat aku bicara dengannya. Kalau pun dia menjawabku, mungkin itu hanya kata singkat dengan suara yang sangat rendah. Sepertinya dia masih takut dan waspada terhadapku. Kerap kali tubuhnya menegang saat menerima setiap sentuhanku. Yah, meskipun begitu itu tidak membuatku menyerah. Aku terus mengajak bicara dan terus mengadakan kontak fisik meskipun hanya berupa sentuhan ringan.
Semuanya memerlukan kesabaran. Dan kesabaran itu pasti akan berbuah keberhasilan. Aku terus mengatakan hal itu pada diriku sendiri juga pada serigalaku. Berusaha percaya bahwa kesabaranku akan membuat Sia luluh dan datang ke dalam pelukanku tanpa perlu aku memintanya. Apa kepercayaanku itu terlalu tinggi? Rasanya untuk saat ini itu adalah sebuah mimpi yang masih sulit untuk jadi kenyataan.
Seperti yang kukatakan sebelumnya. Kesabaran pasti berbuah keberhasilan. Satu bukti kecilnya terwujud hari ini. Setelah seminggu penuh menjalani perawatan akhirnya perban yang menutup mata Sia dibuka hari ini. Sejak awal aku menemukannya, aku selalu menunggu waktu ini datang. Aku ingin melihat gadisku membuka matanya dan menatapku dengan kedua bola matanya. Kira-kira apa warna iris matanya? Lalu bagaimana manik itu akan menatapku?
Hari ini semua anggota keluargaku datang. Yah ... tak banyak sebenarnya, hanya Mama, Papa, aku dan Alena. Kami semua tak sabar ingin melihat Sia membuka matanya. Mama, selaku dokter yang menangani Sia sudah memulai pekerjaannya. Jari-jemarinya mulai bekerja membuka satu-persatu ikatan di perban yang melekat menutup mata Sia. Hingga ikatan terakhir perban itu jatuh ke lantai seluruhnya.
Aku mendekat ke arah Sia saat perban itu terbuka seluruhnya. Serigalaku terus meraung-raung bahagia di dalam sana. Ini pertama kalinya aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dan ini juga untuk pertama kalinya aku akan melihat matanya.
"Kau bisa buka matamu perlahan sayang." Instruksi mama dan kulihat kelopak mata Sia yang mulai bergerak perlahan. Mata itu terlihat mengerjap beberapa kali, seperti berusaha menyesuaikan itensitas cahaya ruangan yang terang. Yah, cukup lama berada dalam kegelapan pasti membutuhkan sedikit waktu untuk kembali terbiasa dengan cahaya. Mata itu bergerak dengan perlahan sebelum akhirnya benar-benar terbuka dengan sempurnya.
Napasku tertahan saat iris warna hijau zamrud menyorot mataku. Terlihat begitu indah dan membuatku tak mampu melepaskan tatapanku dari matanya. Hanya beberpa detik kami saling menatap sebelum manik hijaunya bergerak ke arah lain. Bergerak cepat, menatap beberapa orang yang berada di ruangan ini dengan kebingungan.
Aku sedikit terkejut saat Sia tiba-tiba menunduk dalam, menarik selimut dan menggenggamnya erat. Sama sepertiku, semua orang di ruangan itu tampak bingung melihat reaksi Sia. Tapi hanya melihat reaksinya aku sudah paham jika mungkin dia merasa tidak nyaman dengan kehadiran banyak orang di ruangan ini.
"Tolong tinggalkan kami sendiri." Mintaku pada semua orang di ruangan ini. Dan satu per satu dari mereka pergi meninggalkan kami berdua di sini. Tatapanku kembali beralih ke mateku. Meski terlihat ragu, perlahan Sia mendongak menatapku. Aku hanya melemparkan senyum saat matanya menatap tepat ke manik mataku. Hanya beberapa detik, lalu gadisku kembali menundukkan kepalanya. Entahlah, tapi ada rasa kecewa saat dia mengalihakan tatapannya. Apakah dia kecewa melihat wajahku? Tidak, aku tidak boleh berpikir negatif walau sedikit saja.
"Sia ..." panggilku sambil mengusap kepalanya. Membuat Sia kembali mendongak dan menatapku. Segera kutangkup wajahnya dengan kedua tanganku, masih menatapnya manik matanya dalam. Orbs hijau miliknya bergerak dengan indah, meneliti tiap bagian wajahku dengan intens. Dan aku juga melakukan hal yang sama, meneliti bagian wajahnya mulai dari kedua matanya yang indah, bulu mata yang cukup panjang, hidungnya yang tidak terlalu mancung namun pas di wajahnya, dan berakhir di bibirnya. Bibirnya masih sedikit pucat, tapi tetap terlihat manis dan menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Luna [End]
WerewolfDave Steward, seorang Alpha yang terlahir dengan darah serigala terkutuk yang mengalir dalam tubuhnya. Memiliki serigala terkutuk membawanya dalam tragedi besar yang membuatnya memilih mengasingkan diri dan membentuk pack kecil sebagai penebusan d...