POV ALVIN
Pak Pary mengejar kami semua, DOR, peluru kedua mengenai bahu Hannah..
"Hannah!!!" Dino berteriak dan mendekati Hannah.
"Kalau kalian lari, DIA BAKAL MATI" teriak Pak Pary dan mengarahkan pistolnya ke Dino.
Dino bergetar dan menunjukkan angka 1 dengan jarinya, menunjukkan bahwa 1 peluru tersisa.
"Bapak mau apa?" tanya Zaka "Berapapun bapak dibayar saya bayar 2 kali lipatnya"
"Saya gak butuh uang" jawab Pak Pary "Saya hanya ditugaskan untuk mengurung kalian, setelah kami pergi dari pulau ini, akan kami panggilkan polisi untuk menyelamatkan kalian, kalian tidak akan celaka kalau mengikuti kemauan kami"
"Oke sekarang kami harus apa?"
"Masuk lagi ke gedung sauna" Teriak Pak Pary dengan pistol masih menempel di kepala Dino.
Kami berjalan pelan ke gedung Sauna. Lian mendekati pak Pary dan dengan tubuhnya yang cukup kurus dia tidak terlihat berbahaya. Diluar dugaan Lian memegang ujung pistol pak Pary dengan telapak tangannya.
"LIAN" teriak Zaka.
"1 peluru lagi, jangan di kepala, jangan di badan" ucap Lian dan saat itu dia mengarahkan ujung pistol itu ke tanah, Pak Pary panik dan menembaknya. DOR Peluru pistol menembus telapak tangan Lian membuat sebuah lubang yang mengalirkan darah dengan deras. Dino langsung menghantam pak Pary lalu Zaka dengan brutal juga menghajar pria tua itu..
Bella berlari membawa Hannah menjauh dari perkelahian, sedangkan gue mengambil handuk sauna dan langsung menutup tangan Lian. Darah mengalir seperti keran dari tangan Lian, handuk putih yang gue pakai buat nutup lukanya jadi merah dalam sekejap.
Lian menahan rasa sakit karena tangannya bolong, saat itu Dino dan Zaka membuat Pak Pary pingsan dengan pukulan mereka..
"Kita harus cari kotak p3k terdekat" ucap Bella.
"Gedung utama" ucap gue.
Kami berlari, Zaka menggendong Hannah dan Dino menggendong Lian, pertanyaannya masih sama.. Dimana Kevin ?
---------POV ANDRA
Aku terbangun dalam pelukan Pak Samudra.
"Belum ada kabar dari Adry" ucap Pak Samudra.
"Gimana pak? gimana kalau polisi dateng, aku gak mau dipenjara"
"Saya sudah bilang, kita berdua mengaku sebagai korban, kita gak bakal ditangkap polisi"
Aku duduk dan melihat ke arah lautan "Kita jemput kak Kevin lagi"
"Gila kamu, itu artinya kita ngelawan Adry"
"Terus, apa bahaya nya untuk kita pak, bapak yang bilang kita udah terlalu kotor. Kalau kita ngikutin kemauan Adry terus, kalau kita gak ngelawan kita bakal selalu jadi kriminal pak" ucapku.
"Adry punya Video kamu, dia punya Video saya, saya bisa dipenjara karena pemerkosaan itu"
"Pak, kalau bapak dipenjara karena pemerkosaan itu, saya ikut sama bapak di penjara, tapi kalau kita harus dipenjara karena ikut membantu di pembunuhan berencana, saya gak mau pak" ucapku.
"Adry bisa saja bunuh kita" balas Pak Samudra dan mengelus pipiku.
"Dia gak bisa bunuh 2 orang sekaligus, salah satu dari kita pasti bisa hidup" balas ku.
Pak samudra berpikir lama, aku menciumnya "Aku takut dengan Adry karena bagi aku gak ada yang paham posisi aku pak, tapi setelah bertemu bapak, aku cinta sama bapak dan aku mau kita berdua bebas dari Adry"
Pak samudra menuju ke kemudi kapal dan pergi ke pulau pangkal pelangi "Demi kamu Andra"
Kami menepi dan berjalan perlahan menuju tempat penangkaran. Pak Samudra membawa sebuah pentungan untuk berjaga-jaga. Kami membuka pintu penangkaran secara diam-diam
"Mau apa?" sialnya Adry sudah ada dibalik pintu, tersenyum dan tanpa belas kasihan menusuk dada Pak Samudra dengan sebuah besi tajam untuk memburu ikan.
"PAKKK" Aku berteriak dan Adry menarik rambutku.
"Nyusahin banget lo" ucapnya dan melemparku ke kolam berisikan ular laut.. Kolam itu berisi 4 ekor ular laut hitam putih yang terlihat lapar dan langsung mendekatiku. Salah satu ular menggigit kakiku dan aku merangkak keluar dari kolam..
"Lo pikir gue tolol" Adry menunjukkan TV yang menampilkan CCTV dari luar penangkaran.
Aku merangkak ke Pak Samudra dan melihatnya kesakitan, besi panjang menancap di dadanya. Aku menangis, tapi kakiku terasa sangat sakit karena gigitan ular laut tadi.
"Pak, bertahan pak" tangisku melihat pak Samudra mulai memuntahkan darah dari mulutnya.
"Makasih Dra uhukk" Darah mulai memenuhi tubuhnya.
"Pak, kita bisa selamat pak"
"Lanjutin hidup kamu, terima kasih udah berusaha merubah saya" Nafas Pak Samudra semakin berat, aku sama sekali tidak bisa berpikir apa-apa lagi, kepala ku pusing dan gigitan ular laut di kakiku sudah mati rasa. Pak Samudra tidak lagi bersuara, dan mataku sudah mulai pudar..
"Saya cinta bapak" bisikku sebelum benar-benar tidak bisa melihat apa-apa.
-----POV KEVIN.
"Halo" Adry membangunkan ku.
Aku melihat sekeliling, berada di tepi pantai dengan pakaian kemeja dan jas formal yang tampaknya Adry pasangkan ke tubuhku.
"Selamat pagi, ini sarapan kita hari ini" Adry memberikanku sepotong ikan mentah.
"Kurang puas kamu nyiksa aku?" tanyaku.
"Ya.. Ayo makan" jawab Adry.
"Dry, aku bisa kabulkan apapun kemauanmu asal kamu bebaskan aku"
"Lo bisa hidupin Hans?" tanya Adry dan mendekatiku, dia mengambil ikan mentah tadi dan mengunyahnya "Gak bisa kan?" Adry memaksaku membuka mulut dan memuntahkan ikan dari mulutnya ke mulutku, tangannya menutup mulutku dan memaksaku menelan makanan menjijikan itu.
Hueek, aku muntah dan saat itu Adry terlihat marah, dia menendangku, menarik rantai leherku, dan meninju perutku berkali-kali.
Adry mengambil minyak tanah dan menyiramku..
"Lo tahu rencana utama gue?"
Adry mengeluarkan sebuah korek api gas "Gue bakar lo, gue liat tubuh sempurna lo kebakar api, dengan begitu, gue bakalan bisa berhenti jadi gay"
"ad-ry ja-ngan" aku berusaha mencegahnya.
"dengan begini Kevin si putih mulus bakal jadi Kevin yang gosong"
Tidak ada bantuan datang. Adry melempar korek api gasnya, dan api menyambar secepat angin. aku terbakar, punggungku terbakar, api membakarku, panas dan hanya itu yang bisa kurasakan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Siput lamban dan Kelinci yang Menunggunya ( GREEN)
RomansaBL 18+ [Selesai - Menuju tahap revisi] 🔕🔕 Dark - Erotic - Drama Judul nya Imut, Isinya Brutal Kalian salah kalau mengira ini hanya cerita BL biasa yang lembut dan menggemaskan, cerita ini akan semakin gelap dan panas di tiap chapternya. 🏩🏩 Memua...